episode 3

42 12 3
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan komen dulu ya
Happy reading, sehat selalu.

Aku sudah siap kencan dengan Ayu di hari minggu ini. Bertemu di tempat yang sudah dijanjikan. Ternyata dia sudah datang lebih dulu, duduk sendiri di depan kursi kosong. Menatap hampa ke arah jendela.

Aku kasihan melihatnya, gadis secantik dia sedang kesepian. Hanya ditemani meja kosong yang menjadi sandaran tangannya. Terlamun sambil mendengarkan musik akustik bersuara lirih yang putar pemilik kafe.

Dari samping wajahnya sangat manis, hidung mancungnya punya lekuk indah. Rambut panjangnya terurai, dia selipkan ke belakang telinga kiri. Ada anting berbentuk lingkaran kecil yang menggantung di telinganya. Kulit putihnya bersih terawat. Cantik dari segala sisi, tidak pernah aku melihatnya jelek.

Aku menyapanya, "Pagi Mba, mau pesan apa?"

Dia terbangun dari lamunan. "Oh iya, Mas. Kalau ada, saya mau pesan pacar yang paling ganteng di kafe ini."

"Maaf Mba, tapi ini kafe. Tempat makan dan minum, bukan biro jodoh." Seusai bercanda, aku duduk di depannya. "Udah lama nunggu, ya. Maaf, aku kira kamu gak bakal dateng, ternyata malah duluan."

"Masa sih aku nolak ajakan ngedate dari siswa paling ganteng di sekolah." Ayu mendekatkan wajahnya. "Kamu wangi banget hari ini."

"M-mungkin karena parfumnya baru beli."

"Kamu pernah pacaran?"

"Belum," aku menjawab spontan, tidak sempat berfikir apa maksud dari pertanyaannya.

"Pantesan aku udah cantik begini, tapi gak kamu puji."

Andai Ayu tahu, aku selalu memujinya. Setiap melihatnya, setiap mengingatnya, setiap fotonya aku pandang, aku selalu mengagumi kecantikannya. hanya saja aku memang tidak pernah mengucapkanya di depan dia langsung.

Aku membalas Ayu dengan mendekatkan wajahku. "Ayu," kataku memandang matanya dalam. "Tanpa aku bicara, mata ini selalu mengagumimu. Lebih tulus dari perkataan mulut orang-orang atau ketikan tangan di kolom komentar postinganmu. Ayu ... kamu sangat cantik hari ini." Aku tersenyum di akhir kalimat, ujung dua jariku mengetuk dahinya pelan.

Dia mengelus dahinya di bekas ketukanku. Bibirnya mengembang, tersenyum manis. Menarik hati siapapun yang melihatnya.

Pelayan datang menanyakan pesanan, aku tidak tahu apa yang mau dipesan. Ayu yang berbicara dengan pelayan, dengan menunjuk pilihan di menu yang tidak aku mengerti.

Sepuluh menit kemudian, pelayan datang lagi untuk mengantarkan pesanan. Pelayan tersebut meletakkan satu gelas di depanku, lalu aku ambil. "Ada nama aku di gelasnya. Minuman yang sering selebgram posting. Benar, kan?"

"Gelas yang ada namanya bukan cuma satu merek ini aja, Li," tutur Ayu. Dia lalu mengambil ponsel dan memfoto gelas miliknya.

"Mau memfoto gelasku juga?" Aku mengulurkan gelasku ke depan kamera ponselnya, bersanding dengan gelas milik Ayu.

"Hmm, Alii." Dia tersenyum. "Tahan ya, satu ... dua ... tiga ... selesai."

Kami meninggalkan meja, sisa kopinya diminum sambil jalan.

Aku mengulurkan tangan untuknya. Dia tersenyum melihatnya, entah sudah berapa kali aku melihatnya tersenyum, itu membuat aku senang. Dia menerima dan menggenggam tanganku erat. Berjalan sambil bergandengan dengan tangannya yang hangat dan nyaman. Ternyata, hanya bersamanya bisa sebahagia ini.

"Mau kemana nih, Yu?"

"Kemanapun tanganmu membawaku."

Waktu yang aku lewati bersamanya berlalu begitu cepat. Tidak terasa sudah seharian aku menyelesuri tiap titik di kota ini. Aku masih ingin bersamanya, sekalipun itu terbawa arus laut saat bermain di pantai, atau perahu yang kami naiki terbalik ketika mendayung di hutan Mangrove. Selama bersamanya, aku selalu bahagia.

Dalam lipatan senja, jemariku menggenggam tangannya. Ada rama-rama di kerlip netraku. Tanpa ingin membuang pandang, dalam tegukan, degup itu seikhlas sinar mentari.

Dialah satu-satunya wanita yang membuat diri ini yakin. Di sini, di bawah langit yang membentang, biarkan sebuah kata aku ucap, "Aku mencintaimu."

Angin berembus sejuk, sepoi menerpa wajah. Rambut panjangnya terayun di depan bening embun matanya. Dedaunan kering terlepas dari tangkai rapuh, menari-nari bebas di udara, mengiringi kata-kata yang dia ucap, "Aku juga mencintaimu, Ali."

*********************
Wahwah kayaknya gampang banget Ali dapet pacar.

Jangan lupa vote dan komen
Selalu sehat dan bahagia ya kalian

Jangan lupa follow aku

Instagram: @n.syahidin
Terima kasih sudah mampir, nantikan cerita aku berikutnya

Setiap Sudut Wajah BidadariWhere stories live. Discover now