episode 2

55 12 6
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan komen dulu ya
Happy reading, sehat selalu.

Tiyas dan Sahrul yang berada di seberang meja, menatap kami dengan heran. Nasi yang ada di mulut Tiyas lupa dia kunyah. "So sweet. Uhukk." Tiyas tersedak di ujung kalimatnya.

Aku melepas tanganku dari Ayu, lalu membuang pandangan dengan malu. "Makasih," aku ucapkan untuk Ayu, sudah membantuku. Untungnya bukan kantin jam istirahat, hanya sedikit yang melihat musibah ini.

Selanjutnya, suasana makan siang menjadi canggung. Ditambah Tiyas dan Sahrul yang terus-terusan mengejek. Aku harus mengontrol diri.

Selesai makan, kami berempat segera ke lapangan. Laki-laki dan perempuan berbeda barisan. Melakukan kegiatan yang disebut pramuka, hingga pukul setengah lima sore.

Satpam sekolah mengatur lalu lintas, membantu para siswa menyeberang jalan yang akan pulang seusai pramuka. Sebagian ada yang naik motor dan ada yang jalan kaki. Pak satpam mempersilahkan kendaraan lewat dulu. Menunggu siswa terkumpul banyak.

Ketika momen sudah tepat, pak satpam meniup peluit, mengangkat bendera kecil. Tangan satunya memberikan jalan untuk siswa-siswi menyeberang. Di saat yang sama, dari belakang ada tangan yang menepuk pelan helmku. Aku menoleh, terlihat dari samping dia tersenyum, lalu berlari kecil melewatiku.

"AYO MAS!" Pak satpam berteriak ke arahku.

Aku bergegas menyeberang, lalu berhenti ketika sampai seberang. Memperhatikan arah Ayu berlari seusai menepuk helmku. Dia berhenti, kemudian menghilang di balik pintu mobil. Kacanya gelap, aku tidak bisa melihat orang lain di dalamnya.

Mobil hitam yang Ayu naiki melaju, sudah jauh meninggalkan sekolah. Aku menjalankan motorku ke arah sebaliknya. Menuju rumah dengan lancar tanpa ban bocor lagi.

Di rumah tak banyak yang aku lakukan selain bermain ponsel, tugas dari sekolah dengan cepat aku selesaikan. Saat membuka instagram, aku menulis 'Dewi Ayu Larasati' di kolom pencarian. Akun Ayu muncul paling atas, sudah aku follow seminggu lalu.

Tidak banyak yang aku tahu tentang dia selain di sekolah, sepertinya dia punya kakak perempuan. Wajahnya mereka berdua mirip, hanya usia dan potongan rambut yang membuatnya terlihat berbeda. Tidak ada foto dengan orang tuanya. Sebagian lain hanya foto random tanpa caption, bahkan kolom komentar dimatikan. Aku tidak tahu apa maksudnya.

Tiba-tiba ada pesan masuk saat aku masih sibuk menelusuri instagram Ayu. Aku langsung berpindah aplikasi membalas pesan itu dengan singkat. Setelahnya, aku melanjutkan kembali kegiatan yang sempat aku tunda. Sekarang aku mengingat kejadian di kantin saat sebelum pramuka, kejadian singkat yang membuatku terkenang-kenang, serta bau parfumnya yang masih tertinggal membuatku bersembunyi di balik selimut dan berteriak dalam hati, "Uwahhh!"

Bukan hanya mengingat, aku juga berkhayal banyak tentang Ayu. Jalan bareng, ketawa bareng, menghabiskan waktu berdua. Jika dia di dekatku setiap saat, mungkin aku tidak perlu memikirkannya. Tapi aku ragu keinginanku itu bisa terwujud.

Semua orang tahu Ayu adalah perempuan paling cantik di sekolah, siapapun pasti ingin menjadi pacarnya. Artinya, jika aku ingin menjadi pacarnya, sainganku banyak. Perempuan seperti Ayu tidak akan kesulitan mencari pacar, meskipun dia pernah menjadi selingkuhan dan merusak hubungan orang. Dia cantik, orang-orang akan mudah memaafkannya. Jika tidak, dia pasti sudah di kucilkan. Tapi laki-laki tidak melihat kesalahan. Fisik adalah mutlak, keindahan yang ingin dinikmati.

Wajah sempurna dan hidup sempurna, penggambaran untuk orang good looking. Mendapat perhatian, selalu didahulukan, diterima lingkungan di mana pun berada. Hak istimewa yang tidak dimiliki wajah pas-pasan. Aku rasa semua orang memang dituntut terlihat sempurna di lingkungannya, bukan hanya penampilannya saja, tapi menyeluruh.

Sabtu pagi aku berangkat sekolah seperti biasa, aku dengar akan ada peraturan baru dari pemerintah. Tentang sekolah full day yang sebentar lagi akan di lakukan seluruh sekolah di Indonesia. Kabar baik bisa libur dua hari untuk orang lain, buruk buat aku yang biasa membantu orang tua di sawah saat libur, meskipun aku bisa menolaknya kalau aku mau.

Aku masuk ke kelas, mengucap salam pada teman sekelas yang lebih dulu datang. Lalu duduk di kursi favorit, menyandarkan lengan ke meja, dan tidur. Meskipun tidak begadang, aku biasa seperti ini sebelumnya.

"Ngantuk, Li? Gak tidur ya semalem." Aku mendengar suara itu didepanku. Kepalaku terangkat, melihat siapa yang berbicara. Dia Meli yang mengirim pesan padaku semalam.

********************
Wah wah siapa nih Meli, tiba-tiba muncul depan Ali?
Jangan lupa vote dan komen
Selalu sehat dan bahagia ya kalian

Jangan lupa follow aku

Instagram: @n.syahidin
Terima kasih sudah mampir, nantikan cerita aku berikutnya

Setiap Sudut Wajah BidadariWhere stories live. Discover now