[16] Dijenguk

11K 2.1K 797
                                    

Keesokan harinya, Ara gak masuk sekolah. Seharian Rose spam notif wa tuh anak, tapi masih aja centang satu. Rose kan jadi khawatir, apalagi hari ini ada ulangan Kimia. Bisa berabe Rose kelimpungan, pusing nyari contekan kemana lagi.

Disisi lain, Rudi nyengir-nyengir sendiri di mejanya. Malam tadi, dia udah belajar mati-matian, sampai dibelain begadang. Rudi yakin, ulangan kali ini pasti dapet 100. Harus.

Rudi sejenak menoleh, menatap Leo yang terus-terusan melirik ke arah bangkunya Rose.

Rudi tiba-tiba cengengesan. "Gak bakal mempan lo kode-kodean minta contekan sama Rose, dia gak bakal denger. Apalagi kalo gaada Ara, makin gak berfungsi telinganya."

"Ara kemana?" tanya Leo

Rudi mengendikkan bahunya. "Entah. Gue gak tau, dan gue gak penasaran. Tanya aja sama Rose. Pokoknya yang gue tau, kalo si Ara gak masuk, pasti Azka juga gak masuk. Siklusnya udah ketebak."

Leo terdiam, kemudian menghela napasnya. Ia pun bangkit dan perlahan menghampiri Rose yang lagi sibuk sendiri.

Rose langsung diem kicep waktu menyadari Leo berhenti disamping mejanya. Aksi naruh contekan rumus-rumus kimia di kolong meja terpaksa Rose hentikan.

Rose meneguk ludahnya kasar, jangan sampe Leo ember ngadu ke guru soal kelakuannya ini.

"Plisss... ampuni gue. Gue gak bisa kimia. Jangan aduin gue ya." Rose mengatupkan kedua telapak tangannya di hadapan Leo.

Leo tiba-tiba menggamit lengan Rose, dan menggeretnya keluar dari kelas.

Rose makin teriak memohon ampun. Bahkan teriakannya makin menjadi-jadi waktu Leo mulai membawanya ke area lobby khusus guru.

Tapi ternyata, Leo masih jalan terus. Dan akhirnya mereka berhenti di deket kolam.

Rose mengernyit takut. Badannya gemeteran, bingung. "L-Lo gak setega itu kan mau nyeburin gue ke kolam? Gue kan cuman nyontek buat diri gue sendiri, bukan buat--"

"Gue minta nomernya Ara."

Rose terdiam kaget. Leo merogoh sakunya, dan tiba-tiba menyerahkan sebuah ponsel ke hadapan Rose.

Rose makin diem, gak bisa berkata apa-apa. Baru kali ini ada cowok yang minta nomer cewek lain ke dia. Rose berasa jadi kurir JNT yang cuman dimintain no resi, trus ditinggal pergi.

Rose perlahan menunduk cemberut, lalu meraih lemes ponsel di tangan Leo. Rose mulai mengetikkan nomernya Ara.

"Buat apaan lo minta nomernya Ara? Dia udah punya pacar tau," gumam Rose.

"Lo ternyata gak berubah ya dari dulu."

Rose langsung mendongak, menatap Leo penuh keheranan.

"Lo... kenal gue?"

"Lo masih tetep sama Revan kan?"

Seketika Rose tersentak kaget. Tau dari mana si Leo kalo dia deket sama Revan.

Langsung aja Rose menyandra ponsel Leo, hampir menjatuhkannya ke dalam kolam.

"Lo siapa?! JAWAB!" bentak Rose. "Gue jatuhin hape lo ke kolam kalo lo gak mau jawab. Cepet jawab!"

Leo mulai melangkah maju. Rose reflek melangkah mundur. Tubuh Rose makin mundur, masuk ke semak-semak deket kolam.

"Revan cerita banyak soal lo."

"Hah??"

"Dia berharap lo masih mau nungguin sampe dia pulang."

BRUK

He is My (Boy)friend ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang