E i g h t

609 80 2
                                    

"Kenapa hanya ada nomer pak Sean dengan Johnny disini. Bagaimana aku bisa menghubungi Julian nantinya dan juga ahh Nancy juga pasti dia bingung dengan keadaanku." Ucapnya sambil mengigit bibir bawahnya dengan kening yang berkerut.

Irene berpikir dengan sangat keras untuk menghubungi mereka jujur saja ia tak memiliki sosial media juga lebih tepatnya ia tak mau terperangkap dengan sosial media setelah ia mampu berjalan.

"Aku hubungi kantor saja semoga Nancy masih disana." Yakinnya.

Panggilan telepon tersambung Irene menelpon dengan perasaan gusar.

"Hello ini Paradise City Resort and Hotel ada yang bisa dibantu dengan saya Nancy." Sapa penelepon.

"Nancy ini aku Irene. Sorry aku baru mengabarimu dan maaf aku tak memberitahu kepindahanku yang mendadak dan juga -"

"Irene ya tuhan bagaimana keadaanmu? Tak apa tak usah menjelaskannya kemaren asisten pak CEO sudah menjelaskan secara detail saat aku disuruh menyusun semua perlengkapanmu."

"Aku baik baik saja. Terimakasih banyak Nancy oh yaa ini no hpku yang baru yaa. Maaf membuatmu khawatir."

"Jangan selalu minta maaf itu bukan salahmu dan aku doakan semoga hidupmu disana lebih baik dan aku mohon selalu jaga kesehatan ya." Ucap Nancy.

"Terimakasih Nancy" ucapnya menutup panggilan itu.

Dilain sisi seseorang mendengar percakapan mereka berdua. Ia mendengarkan tanpa ekspresi sedikitpun.

"John, urus kepulangan Irene dan bawa dia langsung ke bandara. Aku akan tunggu di lounge bandara." Titah Sean.

"Welcome to the hell cantik." Smirknya.

Irene saat ini memandang langit sore  yang akan berubah menjadi langit malam besok ia akan meninggalkan kota ini kota yang membuat semua rasa takutnya sirna waktu itu tetapi karena sebuah pekerjaan yang menjanjikan dan juga balas budinya terhadap sang atasan yang menyelamatkannya 2 kali maka ia bersedia dan ia perlu mencari tahu kebenaran tentang dirinya.

3 tahun yang lalu

Irene membuka mata perlahan lahan tetapi ia merasakan tubuhnya kaku dengan banyak alat berada di badannya.

Saat itu ia melihat sosok tinggi berbaju jas dokter yang memunggunginya dalam kesadarannya ia bingung dan nampak kosong dalam ingatannya.

Saat itu dokter yang hendak meninggalkan ruangannya itu berbalik sejenak tetapi ia melihat bawah mata Irene sudah terbuka namun nampak kosong.

Dengan segera ia menghampiri sang putri tidur itu.

"Hai kamu sudah sadar. Kamu bisa mendengarkan saya" Tanya Sang dokter itu.

Irene hanya bisa mengedip 2 kali karena mulutnya masih ada penyokong alat bantu pernapasan.

"Syukurlah. Tunggu sampai alat bantu kamu di lepas baru kamu bertanya." Ucap sang dokter mengerti pandangan yang diberikan Irene.

Dua orang suster membantu Julian untuk memeriksa ulang dan mencabut alat alat yang sudah tidak diperlukan Irene.

"Dokter siapa nama anda dan juga saya dimana dan kenapa?" Tanya Irene bersusah payah.

"Saya dokter Julian yang bertanggung jawab sepenuhnya dari awal kamu masuk hingga sekarang kamu sadar dan kamu sudah tertidur selama 3 tahun Irene." Ucap Julian.

"Irene?" Bingungnya.

"Ya itu nama kamu. Kamu tak mengingatnya?" Tanya Julian.

Irene hanya menggeleng. Julian mengerutkan keningnya bingung.

I Don't Love You [ SUHO X IRENE ]Where stories live. Discover now