Aksi balas dendam

Start from the beginning
                                    

Apapun itu kalau hal itu mencakup pak dokter nya. Pasti akan disukai nya.

***

Claretta berjalan keluar kelas karena terlalu bosan. Hari ini seluruh kelas sedang free karena ada rapat guru mendadak. Dan itu benar-benar surga tersendiri bagi para siswa. Kenapa tidak langsung di pulangin saja?. Jawabnnya karena pasti nanti habis rapat biasa nya akan ada pengumuman jadi yah gitu deh, dari pada repot dan ribet, mending yang simple-simple saja.

Claretta menatap girang kearah Kafka, setelah nya gadis itu melirik Sesil berserta kedua teman nya yang juga tengah menatap kearah nya. Rasa nya dia punya ide cemerlang deh buat balas si Sesilampir.

"Waktu nya balas dendam, biar tau rasa lo Sesilampir. Biar lo rasain apa yang gue rasain kemarin, sakit banget hati gue," gumam gadis itu.

Claretta menghampiri Kafka yang kini tengah beristirahat di pinggir lapangan basket. Cowok itu terlihat lelah dan kepanasan.

"Kafka," panggil nya seraya melambaikan tangan. Sementara di ujung koridor sana Sesil mendelik kan mata nya tajam kearah Claretta. Tapi gadis itu tetap bodo amat dan terus berjalan menghampiri Kafka.

"Kaf lo capek yah?" Tanya gadis itu sesekali mirik kearah Sesil seraya tersenyum.

"Nih minuman buat lo, di minum yah," Claretta menyodorkan sebotol minuman isotonik yang dibelikan nya tadi pada Kafka. Dengan senang hati ia berikan dan dengan senang hati pula Kafka meneriman nya.

"Thanks,"

"Santai aja kali," ujar terkekeh seraya memukul lengan cowok itu.

Sesil mendelik, apa-apaan ini? Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja.  Gadis itu menghampiri Claretta dengan geram mendorong sang empuh hingga menciptakan jarak antara Claretta dan Kafka.

"Maksud lo apa?" Bentak Sesil.

"Kenapa lo? Ada masalah?" Tanya Claretta. Dengar yah siapa pun itu jika orang itu berani mendekat pada milik nya, maka jangan harap akan dia biarkan begitu saja. Mau itu Sesilia Pertiwi sekalipun.

"Apa-apaan sih lo? Lo berani sama gue?" Tantang Sesil.

Kafka mendorong bahu Sesil membuat gadis itu terdorong kebelakang.

"Elo yang apa-apaan Sil," bentak cowok itu.

Sesil kesal sekesal-kesal nya.
"Kamu belain dia?" Tunjuk nya kearah Retta.

"Iya kenapa?"

"Aku nggak suka,"

"Terserah gue nggak perduli,"

"Aku nggak suka kamu belain dia. Aku nggak suka kamu lebih pilih dia dari pada aku,".

Kafka diam tak menjawab.

"Lo itu cuma mantan nya, jadi sadar diri. Lo nggak berhak ngatur-ngatur dia buat dekat sama siapa pun, kalian berdua udah selesai," Claretta buka suara. Kali ini ada begitu banyak sekali dorongan-dorongan dari dalam diri nya untuk melawan Sesil dan membalas gadis itu.

Gadis itu menatap kearah Kafka yang juga menatap kearah nya.

"Iya kan Kaf? Kalian udah selesai kan?" Tanya nya seraya menaik turunkan alis nya. Jujur saja nih yah Claretta puas banget, ini setimpal banget, senang banget lihat muka Sesil yang tengah Kesal.

Kafka mengangguk "Iya,".

"Gue sama dia udah selesai,".

Tertampar oleh kenyataan itulah yang Sesil rasakan, sakit? Iya, banget? Apa  lagi. Kafka berubah, semua nya selesai. Tapi jangan harap, bagi nya semua belum selesai, tidak pernah ada yang selesai antara dirinya dan Kafka.

"Nggak akan pernah ada kata selesai diantara kita,"

Setelah mengatakan itu Sesil beranjak pergi, melewati Claretta gadis itu menatap tajam kearahnya, lalu menyenggol keras lengan Claretta. Membuat sang empuh terdorong keras.

"Lo gakpapa?" Tanya Kafka.

Claretta menggeleng seraya tersenyum "Gue gakpapa. Gue duluan yah Kaf,"

Claretta berlalu pergi, hati nya bersorak senang riang dan gembira.

Makanya jangan main-main sama gue. Ganjen sih deketin pak dokter gue segalah- batin gadis itu. Claretta tidak selemah itu, kalau menyangkut soal dokter Rian mah, dia maju paling depan.

***

Bel pulang sekolah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, seluruh siswa telah berhamburan untuk pulang.

Sesil berdiri tepat didepan seorang laki-laki bertubuh tegap.

"Kenapa?" Tanya dokter Rian.

Gadis itu menggeleng dan sedikit mendongak.

"Gakpapa,"

"Kalau gakpapa kenapa sedih?" Tanya Rian lagi sedikit menunduk mensejajarkan tinggi mereka.

Sesil langsung menghambur kepelukan dokter Rian.

"Nggak akan sedih lagi kalau dokter trakrir ke mall,"

Dokter Rian mendengus.

"Pinter banget cari alasan,"

Gadis itu tertawa kecil.

...

"BICTH," desis Kafka tajam dari atas motor nya saat melihat Sesil dan seorang pria tampan yang usia nya lebih tua diatas mereka.

..

Claretta menghentikan langkah nya.  Saat melihat Sesil yang tertawa bersama dokter Rian.

"Retta itu bukannya dokter Rian? Kok bisa bareng tuh cewek lampir?" Tanya Sasa bingung.

Claretta menggeleng tak tahu.

"Nggak tahu," jawab nya.

"Lo kenapa?"  Tanya Sasa menyenggol lengan Claretta.

"Heart gue sakit Sa, sakit banget," gumam nya, masih fokus menatap kedua insan itu.

Claretta berniat melangkah, namun ditarik lengannya oleh Sasa.

"Eh mau kemana?"

"Gue harus nyamperin mereka," kekeuh nya.

"Jangan biarin aja," larang Sasa.

"Nggak bisa Sa, gue nggak----

"Balik sekarang atau gue tinggalin," ucap Sasa memotong, dengan berat hati Claretta mengikuti langkah Sasa menuju mobil mereka.

Sepanjang perjalanan gadis itu terus merengek, inilah itulah kepada Sasa, membuat Sasa pusing saja.  Sasa tahu Claretta sakit hati, tapi nggak gini juga kali, merengek kayak anak kecil.

Tbc

Vote

Next..

Sorry banget kalau feel nya kurang dapet. Ini nulis nya buru-buru.

Kim_Indah

Kim_Indah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I Love U Pak Dokter [End✔ ]Where stories live. Discover now