Chapter 11 - Tonight

Start from the beginning
                                    

Mobil Sea berlalu begitu saja, keluar dari area Basement dengan kelajuan standar, Sea memperhatikan cuaca hari ini. Sepertinya akan turun hujan, langit mendung dan angin juga bertiup cukup kencang. Dan seperti biasa warga sekitar tidak akan lupa membawa payung.

Ponsel Sea berdering, disana nomor yang tidak Ketahui lagi. Sea melempar ponselnya di kursi sebelah mengabaikan panggilan itu, pikirnya paling juga Mark si pria bodoh itu. Tapi sekali lagi ponselnya berdering, dengan berat hati dan pertimbangan yang cukup lama akhirnya ia mengangkatnya juga.

"Why? Aku sedang menyetir, Stupid." Kata Sea ketus.

"Apa begitu caramu bicara dengan orang tua?" Kata orang di seberang sana, Sea bergeming! suara itu sangat ia kenal. Suara yang ia tunggu-tunggu sejak kemarin, karna ia tahu hal itu akan terjadi ketika Ibunya menemui dirinya. Yah, Simon Johnson Ayahnya.

"Kenapa tiba-tiba menelefonku?" tanya Sea dan memberhentikan Mobilnya.

"Apa kau tidak tahu kesalahanmu?" Simon bertanya balik, Sea memutar kedua bola matanya.

"Jika kau menelefonku hanya untuk memarahiku, aku pikir tidak ada yang perlu di bicarakan lagi" Kata Sea acuh.

"Semakin tinggi pangkatmu, semakin tinggi juga sifat sombongmu" ujar Simon ketus.

Sea yang mendengar itu merasakan sakit di dadanya. Apakah awal pembicaraan harus seperti ini, apa salah ia menemui orang tuanya?

"Apa hakmu mengataiku sombong, jangan memancingku untuk menyakiti hatimu" Sea dengan santai mengatakan itu walaupun sebenarnya ia sedang menahan amarah.

"Jangan mendekati Ibu ataupun Adik-adikmu. Biarkan mereka hidup tenang!"

Sea meneteskan air mata, lagi dan lagi. Seperti benda tajam yang menusuk tepat di dada, itu tak berdarah tapi sangat sakit sekali.

"Baiklah aku mengerti" Sea mematikan Ponselnya begitu saja, dan membuangnya ke jok belakang. Ia benar-benar merasa di rendahkan oleh orang tuanya sendiri.

Ia kembali melajukan mobilnya, ia tidak peduli lagi betapa ramainya kendaraan yang berlalu lalang. Sesekali ia menyalip mobil yang ada di depannya. Dan mengklakson mobil yang menghalangi jalannya.

Merasa di anak Tiri kan itulah yang tengah dirasakan oleh Sea, sejak dulu ia tidak mendapat perhatian lebih dari Ayahnya. Ia tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang Ayah, ia merasa terbuang ketika harus merasakan tinggal terpisah dari kedua orang tuanya.

Hari sudah mulai gelap, Sea singgah di sebuah jembatan yang sepi. Untuk sejenak ia ingin menenangkan hati dan pikirannya, sudah terlalu sakit untuknya mendengar kata-kata yang tak seharusnya ia dengar. Ia cukup sadar diri bahwa keberadaannya membahayakan orang banyak, ia juga tidak bisa mengelak jika yang Ayahnya katakan benar.

"AAAAAAAAA! KENAPA HARUS AKU? KENAPA?" Pekik Sea dengan isak tangisnya.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya Seseorang yang tidak lain adalah Mark. Sea menghela nafas sepertinya ia sudah sangat mengenali suara Mark.

Sea menoleh. "Kau lagi! kau lagi!" Kata Sea sambil mengusap kasar air matanya. "Bukan urusanmu," hardik Sea

"Sebagai warga yang baik, saya memastikan bahwa kau tidak melakukan bunuh diri di sini" Kata Mark sambil melangkah mendekati Sea. "Untuk apa kau bunuh diri di tempat ini, di sini sangat sepi tidak akan ada yang tahu jika kau mati". Sea yang tidak berniat seperti itu, menendang kaki Mark.

"Oh damn it, kau gila!" Pekik Mark yang meringis kesakitan.

"Jangan sok tahu!" ucap Sea ketus.

"Kau terlalu naif untuk menyembunyikan semuanya" ujar Mark Santai.

Sea memicingkan mata. "Apa maksudmu, jangan sok tahu tentang hidupku. Pergilah! aku malas melihat wajahmu" kata Sea.

"Kau orang bodoh yang tidak bisa menyembunyikan apapun, jangan menyimpannya sendiri"

"Ck, tahu apa kau tentangku?" Tanya Sea.

Mark menatap lurus ke depan. "Mungkin saya tidak tahu banyak tentangmu, tapi ada baiknya jika ada yang menganjal di hatimu keluarkanlah semua. Entah masa lalumu yang belum bisa kau terima, mungkin dari sini kau bisa menerimanya."

Jelas Mark panjang lebar. Sea hanya menatap tak mengatakan apapun.

"Berdamai dengan masa lalu adalah kunci menuju masa depanmu. Jika masa lalu terus menghantui dirimu, bagaimana bisa kau fokus dengan masa depan!"

Sea yang sedari tadi memperhatikan Mark bercerita, ia diam seribu bahasa ia bingung harus bagaimana. Sedangkan masa lalu itu sedang ia cari, sedang ia cari tahu apa yang terjadi dengannya. Dan jelas Mark benar, Sea terlalu fokus pada Masa lalu yang seharusnya tak lagi ia pikirkan.

"Jangan kau pikir perkataanmu bisa meluluhkan hatiku" kata Sea akhirnya.

Mark melirik Sea dengan tatapan datar. "Apa kau pikir saya mengatakan tadi untuk meluluhkan hatimu?Tidak! saya hanya sedikit memberi saran untukmu yang terlihat tidak punya semangat hidup" tutur Mark.

Sea maju dengan maksud untuk menonjok lengan Mark, tapi Mark cukup gesit untuk menangkap kepalan tangan Sea. Mereka saling bertatapan saat itu, cukup lama dan Mark segera melepaskan genggamannya.

"Jika kau ingin menangis lagi, menangislah!" Kata Mark lalu pergi meninggalkan Sea.

"Hei! dasar gila. Kau pikir kau siapa seenaknya menyuruhku menangis" Sea menjerit ketika melihat Mark berlalu begitu saja.

Ia menangis sejadi-jadinya, bukan karna Mark tapi karna dirinya yang tidak bisa mengendalikan diri. Ia jatuh terduduk di sana, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Sambil memeluk dirinya Sea sesekali menepuk-nepuk dadanya yang terasa sakit.

Tidak apa-apa Sea, kau sudah melakukan yang terbaik. Gumamnya dalam hati.

Tapi tidak berhasil rasa sakit itu sangat nyata ia rasakan, seperti ada benda tumpul yang sedang menggoreskan sesuatu disana.

"Tidak, tidak aku bukan orang jahat," kata Sea dan setelahnya ia jatuh pingsan di jalanan yang cukup sepi malam itu.


****

Tbc.
🍁🍁

Akhirnya setelah berpikir panjang, author bakal double update lagi. Mengingat mulai senin udah mau fokus sama tugas kampus yang ada, tetap ikuti protokol Wp dengan cara menekan bintang dan dont forget for your Comment❤.


March, 2021.
-sofiapark

SEANNA [ON GOING]On viuen les histories. Descobreix ara