Bab II • Sindiran

Comenzar desde el principio
                                    

Membuka seat belt, Cleo melirik pada Chatur yang tak ada pergerakan untuk ikut turun. Mesin mobil bahkan dibiarkan tetap menyala.

"Jangan bilang kamu mau menghindar lagi?" Chatur tidak menjawab. Namun praduga Cleo diperkuat oleh tangan Chatur yang masih nangkring di setir mobil.

Dengan kesal Cleo mencabut kunci yang menggantung, membuka pintu dan turun. Kemudian perempuan itu membuka pintu samping kemudi yang menyuruh Chatur untuk turun.

"Please Cle." pinta Chatur pelan tanpa melihat kearah istrinya itu.

"Ada juga aku mohon sama kamu. Please kamu hadepin ini secara jantan. Jangan menghindar terus bisanya." Chatur menjeling enggan. "Ayo! Kamu juga belum jenguk papa kan? Kasian Mas, dari kemarin Papa minta ketemu kamu terus tapi kamu selalu bilang sibuk. Dosa lho." bujuk Cleo menarik tangan Chatur. Berdecak samar, Chatur pun akhirnya menuruti kemauan sang istri.

Benar saja, kedatangan mereka disambut senang oleh Anita, Mama Chatur.

"Ya ampun sayang, akhirnya kamu mau dateng juga. Kebiasaan kamu tuh, ya. Suruh pulang aja susahnya minta ampun." gemas Anita setelah mencium kedua pipi menantu dan putranya.

"Iya tuh Ma. Itu aja Cleo paksa dulu baru mau." adunya tanpa mau menutup-nutupi. Anita mengerut sangsi kearah Chatur yang tak mempedulikan ucapan istrinya. Lalu wanita setengah baya itu beralih lagi pada Cleo.

"Kalo cucu mama gimana kabarnya? Udah check up kan?"

"Udah kok Ma. Baby nya sehat kata dokter." ujar Cleo menyimpul senyum saat Mama Anita mengelus perutnya dibalik baju yang ia kenakan. Rasanya hangat dan bahagia mendapat banyak perhatian dari keluarganya.

"Alhamdulillah... Jangan sampai telat ya. Harus diingat baik-baik jadwal yang dikasih dokternya. Dan kamu juga, harus cekatan jaga istrinya. Jangan sibuk sama kerjaan terus." Chatur berdeham panjang mengiyakan wejangan ibunya. Ujung-ujungnya dia juga yang kena.

"Papa masih sakit Ma?" tanya Cleo.

"Udah agak mendingan. Cuma ya, begitu. Faktor U." tutur Anita sendu sambil melirik kecil kearah Chatur. "Kalian berdua kalo mau ketemu papa keatas aja. Papa lagi tiduran kok di kamar."

"Kalo gitu Cleo sama Chatur ke Papa dulu ya Ma." pamit Cleo menaiki anak tangga diikuti Chatur dibelakangnya.

Seperti halnya bertemu Anita, yang menyapa pertama kali sesaat pintu kamar berplitur hitam itu terbuka adalah Cleo yang memeluk Agung Wiratanegara. Pria yang tak lain ayah Chatur yang kini tengah duduk menyandar pada headboard ranjang king size itu.

"Udah mendingan Pah?" Agung mengangguk pelan menjawab lontaran Cleo. Lalu manik yang sewarna milik Chatur itu menyorot putranya.

"Bengkelmu apa kabar?" tanya Agung terselip nada dingin didalamnya.

"Baik." jawab Chatur tak kalah datar.

"Gibran sudah dua hari lalu mengurus semuanya. Jadi papa harap kamu sudah mengatur semuanya. Karena sekarang, tinggal tugas kamu yang melunasi janji. Dan papa tidak menerima alasan apapun lagi." pungkas pria itu tegas dengan ultimatumnya.

Sudah diprediksi. Inilah sebabnya Chatur malas bila didorong untuk hanya sekedar mampir di rumah orang tuanya. Pasti tentang pengalihan jabatan. Dan setelah ini, hidupnya sudah tak akan sebebas dulu lagi.

Sedangkan dalam posisi Cleo yang berdiri antara kedua lelaki itu, ikut merasakan aura yang tak mengenakan. Begitu mengintimidasi... dan tegang. Melirik kearah Chatur lalu ke papa mertua bergantian dengan kikuk dilakukannya karena bingung.

"Eung, papa udah minum obat?" interupsi Cleo memecah keheningan yang ada.

"Sudah. Kandungan kamu bagaimana nak?" lagi-lagi senyum Cleo terbit. Selalu begitu. Entah kenapa hatinya langsung berbunga-bunga saat ada yang menanyakan soal anaknya. Ia bahkan melupakan aura dingin yang sebelumnya merajai.

"Baik kok Pah. Apalagi abis diturutin maunya sama daddy-nya."

"Oh ya?"

"Iya Pah. Dedeknya minta cilok."

"Kirain minta yacht." celetukkan Agung membuat Cleo melebarkan matanya.

Gila saja kalau sampai ia ngidam nya begituan.

"Papa bisa aja becandanya." ringisnya memaksa senyum.

"Nggak masalah. Kalo ayahnya gak bisa kasih, biar papa sebagai kakeknya yang turuti." kata Agung serius. Hal itu jelas sengaja ia katakan untuk menyindir putranya. Dan yeah, usahanya berhasil. Karena Chatur mengepalkan kedua tangannya, merasa tersentil bila itu menyangkut darah dagingnya.

•••

Boring gak? Ini bener2 cuma drama keluarga 🤣🤣

Pasti nungguin adegan sweet nya Chatur kan?😂😂

C FamilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora