02. Penderitaan

94 51 78
                                    

"VALENCIA!"

Gadis itu memejamkan matanya dengan sepontan saat mendengar seseorang memanggil namanya. "Mati guee!" ujarnya sembari berdecak kesal.

Benar yang ia bilang bukan? Shera pasti sudah mengadu semua ini kepada guru. Buktinya baru beberapa menit ia keluar dari ruangan, perempuan bercepol itu sudah menemukannya.

Cia membuka matanya dan menoleh.

"Lo ngapain disini?!"

"Nesa!" gadis itu menghembuskan nafasnya lega, sembari menghentikan kakinya. Ternyata perempuan di depannya ini bukanlah Bu Marni melainkan temanya sendiri, sukurlah.

"Lo tau gak si Bu Ajeng sampe dateng ke kelas cuma gara-gara ulah lo" ujar gadis itu. "Iya gue tau," balas Cia seolah paham dengan apa yang terjadi.

"Terus?"

"Yaa gue ikutan di marahin gara-gara belain lo, eh malah lo enak enakan di sini!" Teriaknya.

"Jangan teriak bego!" Gadis itu membungkam mulut toa Nesa hal itu membuat sang empunya sesak nafas.

"Sini kita ke bawah aja," Cia berjalan menunduk menuruni anak tangga di ikuti dengan Nesa di belakang nya.

"Asal lo tau ya! gue tadi gak enak-enakan. Gue sembunyi dari tuh nenek lampir, lo pikir gue gak tertekan di dalam UKS?"

"Tertekan kenapa? Mending lo diem deh di UKS sampe bell pulang," Titah Nesa membuat gadis itu menggeleng.

"Gak! Gue disana ketemu sama cowok galak saa."

"Hah? Siapa?"

"Namanya Rean-"

Bruk!

Cia menabrak sesuatu yang membuat dia dan Nesa tersungkur jatuh, rasa nyeri begitu tersa di pinggul Cia. Sontak gadis itu mendongak hendak dan hendak memarahinya, tapii...

Seorang yang sempat ia bicarakan beberapa menit yang lalu berada tepat di hadapannya. "Bu-bu Ajeng?" tanya Cia memastikan membuat sang empunya memelototkan matanya.

Perempuan buncit bercepol itu mengangkat kedua tangannya ke atas pinggang. matanya menatap tajam seolah tidak bersahabat.

Dengan sontak, Nesa berdiri dan membantu sahabat nya tengah mematung itu untuk bangkit.

"Halo bu," ucap Nesa memecahkan keheningan.

"Mau kabur kemana lagi Valencia?! Sini kamu keruangan ibu! " Pengucapan tak terlalu keras tetapi tegas itu mampu membuat kedua nya terpekik ketakutan.

"Ayo cok ikut gue!" ajak Cia kepada Sena sambil menarik narik lengannya tapi Bu Ajeng menepis tangan mereka.

"Ngapain kamu ngajak Nesa! Kamu mau ikut Ibu hukum Nes?" tanya perempuan setengah baya tersebut mampu membuat Kesalahan menggeleng cepat.

"En-enga lah Bu..." ucapnya. "Udah sana Ci jangan ngajak gue dong ah" lanjut gadis itu menyingkirkan tangan Cia yang memelot ke arahnya, seolah meminta pertolongan.

"Nah gitu, Ibu tunggu kamu ke ruangan ibu kalau tidak saya panggil Papa kamu untuk ketiga kalinya!" ancaman Bu Ajeng membuat Cia menggeleng cepat. "Jangan dong Bu..." melasnya, sontak Bu Ajeng pun meninggalkan Cia dan Nesa di sana.

Cia yang melihat hal itu pun hanya bisa pasrah, sambil berdecak kesal.

"Nes, kalo gue ga ada lo jangan nongkrong sama siapapun ya, ATM ga gapapa abisin aja, make up semua buat lo-"

"Apasih alay banget! Lo ga bakalan di bunuh anjir sama manusia bercepol itu" Kata Nesa sambil megeplak kepala Cia pelan.

"Hehe iya juga si tapi bisa aja ga si, kalo iya gue nitip Abdul ya Nes, tolong beliin dia whiskas tiap hari" ucap Cia dengan senyuman hambar, dia berharap Nesa bisa menjaga kucing kesayangannya.

Salah Siapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang