27.

2.6K 614 43
                                    


"Happy birthday junghwan.."

"Happy birthday junghwan.."

Nyanyian itu benar benar membuat junghwan sangat senang, junghwan menatap kedua orang tuanya lalu tersenyum sangat lebar kedua orang tua itu tidak pernah mengecewakannya.

"Tiup lilinnya."

"Tiup lilinnya."

Junghwan menutup mata, menyebut harapannya di dalam hati.

"Semoga ayah bunda ga pergi ninggalin junghwan."

Sesederhana itu doa yang junghwan ucapkan, harapan kecil yang junghwan ingin kan, namun doa sederhana itu tidak di kabulkan oleh tuhan.

Tuhan merenggut segalanya dari junghwan, bukannya hanya orang tua, sekarang tuhan juga merenggut semua sodara yang ia punya.

Junghwan juga tidak mengerti akan takdir tuhan, kenapa tuhan selalu menggambil kebahagian junghwan, terkadang junghwan berfikir dosa besar apakah yang telah ia lakukan kenapa tuhan menghukumnya sangat berat seperti ini.

Junghwan tertunduk lesu saat dimana ia di kerumini oleh preman preman sekolah, ingin melawan rasanya percuma, satu lawan lima bukan lah tandingan yang sepadan.

Si kakak kelas berambut keriting, memeriksa saku celana, saku baju, tas dan semuanya ia geledah.

Dua orang lainnya memegangi tangan junghwan, rasanya junghwan ingin menangis namun air matanya tertahan kala salah satu dari mereka terus mencaci dirinya dan sodara sodara Yang sudah mati.

Kata kata itu hanya menimbulkan dendam di hati junghwan.

"Gue anak yang ga punya apa apa, tapi kenapa kalian masih palak gue."

Junghwan memberontak, pegangan dua kakak kelas itu lepas.

Si rambut keriting menarik kerah baju junghwan.

"Kenapa? Biasanya anak panti itu banyak duit, lebih lagi Lo yang tinggal sendiri, pasti uang donatur lo yang pegang."

"Kalian ga takut dosa emang."   Ucap junghwan melepas genggaman si kakak kelas.

"Nge lawan lu?" Ucap si rambut keriting tersenyum remeh.

Ia mengisyaratkan pada ke empat temannya, agar mengeroyok junghwan.

Belum sempat mereka mengeroyok, sebuah sepatu putih terbang dan tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.

"Woi apa-apaan Lo!"

Ryujin berjalan dengan sebelah sepatu, sambil memainkan ponsel ia berlagak songong pada lima pembuli itu.

"Nyari lawan dia." Ucap kelima orang itu tertawa remeh.

"Halo pak, Di jalan narangijja ada pengeroyokan masal."

"Iya pak."

"Cepet ya pak."

Lima bocah itu langsung lari terbirit-birit, takut takut nanti polisi datang dan menangkap mereka. Yang sebenarnya telfon tadi hanya main main, ryujin hanya mengancam untuk menakuti mereka.

Our little brother [✓]Where stories live. Discover now