Our Apartment [20]

Comincia dall'inizio
                                    

"Aku berharap begitu."

"Ini ponselmu. Tidak henti-hentinya berbunyi dari tadi."

Nicole mengambil ponselnya. Menggeser layarnya untuk membuka kunci. Ketika dia melihat layar ponselnya, Nicole langsung lemas, sehingga dia terduduk di ranjang.

Layar ponselnya menampilkan akun instagramnya, lebih tepatnya foto yang di tandai Justin padanya lima belas menit yang lalu. Di foto itu, Justin memakai jaket, Knit hat—topi rajut cokelat yang senada dengan syalnya. Justin memegang karton yang berukuran satu meter. Di karton tersebut ada kalimat, Happy Birthday My Beloved Nicole. Tapi bukan kalimat itu yang membuat Nicole terkejut. Melainkan latar belakang tempat foto itu di ambil. Puncak bukit!

Itu jelas sekali puncak bukit, dan Justin tidak mungkin punya waktu untuk mengedit foto hanya untuk membuatnya senang. Laki-laki itu pasti lebih suka melakukannya secara langsung. Bukankah Justin bilang dia tidak suka hiking?

"Astaga! Apa yang dipikirkan laki-laki itu?!" ujar Nicole tak habis pikir.

oOoOoOoOo

"Baiklah," ujar Nicole, dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas jinjingnya.

Baru saja Skandar kembali menghubunginya, mengatakan kalau Justin sudah melewati masa kritisnya. Hal itu sempat membuat Nicole meradang karena Skandar tidak menyebutnya dari awal. Dia mulai memikirkan seberapa parahnya keadaan Justin sampai membuat laki-laki itu kritis. Skandar bilang, dia tidak ingin membuat semua orang panik, sehingga tidak begitu menceritakan keadaan Justin.

Nicole menyandarkan kepalanya pada jok mobil yang sedang melaju menuju Banff. Setidaknya sekarang dia sedikit lebih tenang. Justin sudah melewati masa kritisnya meskipun masih belum sadar. Itu hal yang patut di syukuri.

Penerbangannya ke Kanada, tepatnya ke Calgary memakan waktu satu setengah jam.  Jauh lebih cepat di bandingkan menggunakan pesawat biasa. Yeah, Nicole benar-benar terkejut ketika petugas bandara itu mengatakan kalau dia akan terbang menggunakan pesawat pribadi Jeremy. Yeah, dengan hotel, villa dan resort sebanyak itu, dia seharusnya tidak heran kalau Pattie dan Jeremy memliki pesawat pribadi. Lagipula, Pattie dan Jeremy akan berangkat dari Wilmington menggunakan jet.

Pesawat pribadi milik Pattie tersebut berukuran kecil, karena hanya bisa menampung 30 orang penumpang. Tempat duduknya nyaman, dan pramugari nya tak kalah ramah dibanding dengan pramugari pesawat sebuah maskapai.

Begitu mendarat di bandara Calgary International Airport, Nicole segera keluar dan kembali terkejut karena sudah ada yang menunggunya. Jelas orang itu menunggunya, karena laki-laki yang berumur akhir 20-an itu memegang papan nama yang bertuliskan namanya secara lengkap, dan laki-laki itulah yang sedang mengendari mobil yang saat ini di tumpanginya.

"Apakah masih lama?" tanya Nicole.

"Sekitar setengah jam lagi," jawabnya.

Nicole mendesah. Perjalanan menuju Banff lebih lama dari perkiraannya. Setengah jam lagi mereka akan sampai, itu artinya, perjalanan darat dari Calgary menuju Banff memakan waktu hampir dua jam. Astaga! Kenapa pesawat pribadi Pattie tidak mendarat di Banff saja?

"Banff tidak punya bandara, dan memang hanya jalur darat yang bisa mencapainya," ujar laki-laki tersebut, seolah bisa membaca pikiran Nicole.

Nicole mengangguk mengerti. Apa wajahnya terlalu menggambarkan apa yang dipikirkannya?

Kalau dia tidak dalam keadaan cemas seperti sekarang, dia pasti akan menikmati jalanan yang dilaluinya. Jalan yang dia laluli di apit oleh bukit-bukit yang ditutupi oleh pohon-pohon yang daunya berwarna cokelat kemerahan. Warna khas musim gugur.

Our ApartmentDove le storie prendono vita. Scoprilo ora