Akhir.

1K 82 21
                                    


Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu dengan cepatnya, semuanya sudah kembali normal Harumi dan teman temannya sekolah seperti biasanya, Shiro lebih memilih bekerja dari pada kuliah kembali karena ia sudah beberapa bulan yang lalu.

Saat ini Harumi sedang di taman belakang sekolah, kali ini ia sendiri tanpa di temani oleh siapa siapa tadi saat ia pergi Jarvis hendak menemaninya namun Harumi menolaknya karena ia benar benar sedang ingin sendiri saat ini.

Ia duduk di bangku taman sendiri dengan memandang langit yang berwarna biru muda karena cuaca saat ini sedang cerah jadi mata Harumi tidak sakit karena terlalu lama menatap langit.

"Apa kabar lo di sana? Apa saat ini kita lagi saling memandang? Gua tau lu pasti selalu liat semua aktivitas yang gua lakuin di sini. Apa lo udah bahagia? Apa lo udah ketemu orang tua lo? Gimana kabarnya? Gua harap di sana lo berprilaku baik, jangan bikin cape orang tua lu, apa keputusan gua tepat?" Ucap Harumi dengan mata yang berkaca kaca.

Wussssss

Tiba tiba angin berhembus menerpa Harumi.

"Kenapa tiba tiba ada angin? Apa lo yang kirim buat gua? Ngomong apaan si gua hahah" ucap Harumi dengan tawa garing nya.

Tes

Air mata Harumi sukses menetes melewati pipi chubby nya, dengan segera dan kasar ia usap air mata tersebut.

"Nangis itu perlu, lu boleh nangis asal jangan berlebihan" ucap Jarvis yang tiba tiba datang dan langsung duduk di samping Harumi.

"Sejak kapan lu datang?" Ucap Harumi.

"Barusan" ucap Jarvis.

"Ooo" ucap Harumi.

"Lu mau curhat? Gua siap ko dengernya" ucap Jarvis.

Harumi hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Nggak" ucap Harumi dengan senyum manisnya.

"Apa lu udah tenang?" Ucap Jarvis.

"Udah ko" ucap Harumi.

"Kalo gitu gua tanya sekali lagi, apa lu mau jadi pacar gua?" Ucap Jarvis.

Plak

Harumi menampar Jarvis.

"Nembak cwe gak gini caranya" ucap Harumi.

"Menurut gua ini udah romantis" ucap Jarvis.

Harumi hanya menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Gua suka sama lu dari kecil, tapi saat Fiona datang di kehidupan gua, gua juga suka sama dia gua pacaran sama dia karena gua tau kalo lu belum tentu bisa jadi milik gua, gua gak jadiin Fiona pelampiasan karena gua suka sama Fiona juga tulus, maka dari itu lu mau gak jadi pacar gua? Gua tau gua jelek, dekil, berkuman, banyak kekurangan, miskin idup lagi, tapi seenggaknya pasangan gua harus yang cantik, bersih dan steril, mau gak?" Ucap Jarvis yang membuat Harumi ingin menghabisinya di tempat.

"Gak sadar diri lu, harusnya lu sadar diri bukan cari yang cantik buat memperbaiki keturunan" ucap Harumi pedas.

"Intinya lu mau jadi pacar gua gak? Jawabannya cuma iya sama yes" ucap Jarvis.

"Devinisi memaksakan garis keras" ucap Harumi.

"Iya apa Yes?" Ucap Jarvis.

"Apa" ucap Harumi.

"Iya jawaban lu apa?" Ucap Jarvis.

"Itu jawaban gua, gua pilih apa" ucap Harumi.

"Lu gak mau jadi pacar gua?" Ucap Jarvis dengan wajah di tekuk nya.

"Najis ih, pen nabok" ucap Harumi ketika melihat ekspresi wajah Jarvis.

Jarvis tidak menanggapi ucapan Harumi.

"Pikir pikir lagi" ucap Jarvis.

Harumi menggelengkan kepalanya.

"Yaudah deh, gua coba lain kali, tapi lu jangan pacaran sama Felix dulu" ucap Jarvis lalu berdiri dan hendak meninggalkan Harumi.

"28-Februari-20** catet" ucap Harumi ketika melihat Jarvis yang sudah mulai menjauh.

Jarvis yang mendengar ucapan Harumi dengan segera berbalik kemudian berlari dan memeluk Harumi.

"Makasih" ucap Jarvis di telinga Harumi.

Sisi lain...

Felix sedang memperhatikan mereka dari jauh ia tersenyum meski tidak dengan hatinya.

"Gua seneng lu seneng, kalau terjadi lu  harus tepatin janji lu" ucap Felix kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

Flashback...

"Kalo mau ngomong kan bisa di kantin?" Ucap Felix.

"Gua mau ngomong serius makanya gak bisa di kantin" ucap Harumi.

"Lu mau ngomong apa?" Ucap Felix.

"Gua suka sama Jarvis" ucap Harumi.

Degh

Felix seperti mati rasa di tempat ketika mendengar ucapan Harumi.

"Gua suka sama dia bukan karena dia mirip atau karena dia kembaran Bastian tapi gua suka sama dia karena dia bikin gua nyaman sedangkan gua sayang sama lu sebagai sahabat, maaf gua harap lu bisa ngertiin gua" ucap Harumi menunduk karena ia tidak tega melihat ekspresi sedih Felix.

Tanpa di sangka sangka Felix mengusap pucuk kepala Harumi dengan lembut.

"Sebenernya gua tau, cuma gua gak mau  terima kenyataan itu makanya gua tetep nyatain perasaan gua ke ku biar lu tau, gak papa ko kalo lu suka sama dia, asal dengan syarat dia gak bakal nyakitin lu dan dia baik sama lu, kalo dia bikin lu sakit hati lu lari ke rumah gua, gua bakal selalu ada buat lu kapan pun itu" ucap Felix.

"Makasih hiks" ucap Harumi dengan menangis, ia bukan menangis karena sedih ia bahagia Felix tidak marah atau memaksa seperti Brayn.

"Yuk kantin lagi, yang lain pasti udah nunggu" ucap Felix.

"Yuk" ucap Harumi.

Harumi dan Felix pun berjalan beriringan menuju kantin dengan Felix yang merangkul Harumi.

Flashback off...






































































































































Yeyyyy Tamat, gak kerasa yah makasih buat kaka kaka yang selalu dukung aku dan nyemangatin aku buat ngelanjutin cerita ini, makasih banyak deh pokonya buat kaka kaka, ini Tamat beneran dan di cerita ini gak ada sequel nya, jadi udah sampe di sini aja. Pokoknya aku berterima kasih banyak banyak sama kaka kaka yang selalu nunggu aku buat up, aku gak tau mau ngomong apa lagi intinya terimakasih buat kaka kaka semua...






Love you all❤️❤️❤️❤️

Harumi (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon