12 : pengadilan

1K 113 3
                                    

"Tolong, tolong beri aku pelukan"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tolong, tolong beri aku pelukan"

happy reading ~

Pandangan buram dan kabur mendominasi keadaan, pria itu bangun dari posisi awal menuju posisi duduk, menyeka kepalanya yang terasa pusing. Bau obat-obatan terhirup dengan sangat kuat. Andy tau ia sedang berada di mana.

Melihat keseliling, ruangan itu tampak sepi tidak ada orang lain selain diri nya disana. Pria itu menyeritkan kening dalam, yang terjadi tadi malam sangat lah aneh. Sudah semenjak dua tahun lalu, ia tidak lagi merasa luluh hati nya sakit kembali. Tapi, sekarang rasa sakit nya itu tiba-tiba saja datang kembali.

Baru saja ingin bangun dari posisi tiduran, Lia datang dengan sekantong bubur yang ia tenteng. Lia menghampiri Andy cemas, "Biar saya bantu pak"

Menerima bantuan tersebut, "Kamu nginep di sini semaleman?"

Mengangguk, "Iya, kondisi Bapak kurang meyakinkan. Jadi, saya gak bisa ninggalin Bapak gitu aja" lalu pria itu ber-oh kecil akan nya.

"Oh iya, ini saya beliin bubur buat Bapak, gak pake kacang, kuah kuning nya banyakin" wanita itu tersenyum hangat sembari mengankat tentengan nya.

Andy sempat binggung sesaat, seingat dia. Ia tidak pernah memberi tahu tentang kesukaan nya sedikit pun, termasuk racikan bubur sedetail ini. Cuma Tirta yang tahu.

Memberikan bubur itu, "Pak? kok benggong, ini di makan" Lia tertawa kecil.

Mengambil bubur tersebut, "Makasih, tapi kamu gak perlu repot-repot nungguin saya di sini. Kamu bisa pulang sekarang, lagian saya udah gak papa"

Terdiam sesaat, "Maaf jika saya lancang sebelum nya, tapi apa bapak punya riwayan penyakit hati?"

Laki-laki itu terkejut bukan main, lagi-lagi bagaiman Lia bisa tahu? "Semalam saya bertemu dengan Dokter yang menangani Bapak dan kata nya, dulu Dokter pernah bilang katanya pasca oprasi pun sama sekali tidak menutup kemungkinan untuk kembali terjadi pembengkakan dan..."

Belum menyelesaikan kalimat nya, Andy lebih dulu memotong pembicaraan tersebut, "Kamu boleh pulang, Lia"

"Tapi Pak kondisi Bapak bel-"

"Lia saya mohon kepada kamu untuk pulang, saya juga sekarang harus pergi ke suatu tempat" sahut nya buru-buru turun dari ranjang nya.

"Dokter bilang pembengkakan nya belum parah, Bapak bisa merubah pola hidup Bapak" tambah Lia.

Namun, laki-laki itu masih sibuk dengan merapihkan pakaiannya. Mengambil jas dan sepatu yang mungkin wanita itu letakan di sudut kamar, jujur kepala nya masih terasa begitu menyakitkan. Terasa berat, itu yang ia rasakan, tapi ia juga tidak boleh lemah. Secepat mungkin ia harus menyelesaikan pekerjaan nya, tugas di kantor nya masih tertumpuk di atas meja kantornya.

Dan satu lagi, ia teringat bahwa saja ia harus benar-benar datang ke pangadilan. Saat ia mengecek ponsel, Tirta sudah menelfon nya sebanyak lima belas kali. Wanita itu masih saja, tidak suka menunggu. Padahal persidangannya di mulai satu setengah jam lagi.

SEMESTA ✔Where stories live. Discover now