Black Pearl On The Deep Of Sea

1.5K 103 0
                                    

"Saat kau membuka mata, mungkin yang kau lihat bukan aku yang dulu. Semua berjalan, kadang arahnya tidak bisa ditentukan."

*.*.*.

Pendaftaran untuk sekolah balet milik Arora sudah akan dibuka pekan depan. Untuk proses latihan akan dilangsungkan sebulan setelah proses pendaftaran selesai. Untuk awal, sekolah itu hanya akan dibuka untuk pemula, baik dewasa ataupun anak. Ke depannya, Arora akan merambah untuk melatih bibit yang bisa menggantikannya sebagai salah satu prima balerina yang bisa tampil di panggung besar Eropa.

Siang itu, matahari berada tepat di atas kepala. Teriknya seakan membakar kulit orang di bawahnya. Arora baru saja selesai rapat dengan bagian administrasi dan marketing sekolah balet yang namai 'Odile Balet Institute'.

Nama yang sempat menjadi pertanyaan, karena dalam kisah swanlake, Odile adalah gadis jahat yang licik. Beberapa rekan kerja Arora menyarankan untuk mengganti dengan Odette saja. Namun, tentu saja ditolak.

"Dalam setiap kisah ada banyak sudut pandang. Cerita Swanlake hanya terlalu berfokus pada Odette, mengenyampingkan perasaan Odile. Seluruh kisah hanya terpaku pada toko utama dan membiarkan tokoh lain dipandang sebelah mata. Aku tidak mau seperti itu, setiap orang harus bersinar dengan caranya sendiri."

Penjelasan Arora itu membuat orang-orang yang mendengarnya kagum. Meski pada panggung prima balet, seorang balerina memerankan dua peran itu bersamaan. Namun, kebanyakan panggung-panggung kecil tidak.

"Saat pembagian peran, biasanya yang berperan jadi Odile akan merasa ia buruk. Itu juga terjadi padaku saat masih pertama pentas. Aku sempat menangis karena menginginkan peran Odette. Anak-anak yang kita didik tidak boleh sepertiku, setiap peran itu baik. Aku mau menanamkan hal itu."

Rekan-rekan Arora akhirnya tidak bertanya lagi, bahkan memuji pemikiran Arora yang dianggap out of the box. Beberapa minggu ke depan mereka akan semakin sibuk, mulai dari materi promosi hingga seleksi.

Selain sekolah berbayar, Arora juga menyiapkan beasiswa untuk anak-anak yang memiliki minat pada balet, tetapi tidak mampu untuk membayar. Bukan tanpa alasan, dulu saat ia pertama kali belajar balet, ada seorang teman yang terpaksa berhenti karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Belum lagi perlengkapan yang lumayan mahal.

Kemarin, Arora baru saja mendapatkan informasi tentang temannya dari Jojo. Sebenarnya, mereka tidak dekat. Hanya pernah mengobrol sekali. Bakat yang dimiliki Sarinah--temannya itu--jauh melampaui Arora. Salah satu alasan Arora terus berlatih adalah untuk melampaui Nana--panggilan akrab Sarinah. Sayang, belum sempat memperlihatkan kemampuannya yang berkembang, Nana sudah berhenti. Sangat disayangkan, bukan?

Setelah rapat selesai, Arora mengendarai mobil menuju salah satu cafe di dekat rumah Nana. Ia bermaksud untuk meminta Nana kembali ke dunia balet.

Setelah turun dari mobil, ia tidak sengaja berpapasan dengan Elvina yang juga habis memesan di kasir. Ia disapa ramah oleh perempuan itu. Tentu saja ia balas dengan ramah pula.

"Ayo, sini gabung! Aku juga lagi sendiri."

Arora menurut. Ia duduk tepat di depan Elvina, lalu meletakkan tas jinjingnya. Mereka berbincang singkat, hanya basa-basi. Ia tahu Elvina tidak begitu nyaman dengannya. Ia sendiri juga begitu, karena tiap kali menatap kekasih dari lelaki yang ia cintai itu, ia ingin merobek senyumnya.

"El, aku mau mengakui sesuatu," ucap Arora setelah secangkir cokelat hangat diantarkan oleh salah seorang pramusaji yang mengenakan apron hitam.

Elvina tersenyum, lalu bertanya hal apa yang ingin dikatakan Arora.

"Masalah kesepakatan agar aku dan Ethan bercerai, sepertinya aku gak bisa." Wajah Arora datar, ia hanya menatap mimik Elvina yang ramah berubah tak terbaca, mungkin kaget.

The Antagonist  (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang