9 - Mengutarakan Jawaban

40 13 0
                                    

🔹🔸🔹🔸🔹Bismilllah🔸🔹🔸🔹🔸

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen, ya

🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹

"Cie cieee .... Akhirnya, keinginan lo terkabul juga."

Zevan dan Mola menoleh bersamaan. Mereka mendapati sosok makhluk yang berpenampilan acak-acakan. Rambut yang kusut dan poni yang menjuntai di keningnya sangat tidak beraturan. Ditambah lagi dengan posisi celana tidurnya yang tidak sejajar. Entah sengaja atau tidak, satu sisi celananya sudah tergulung ke atas sampai sebatas lututnya.

"A Zevan, kok di sini ada orang gila, ya?" bisik Mola, tepat di telinga Zevan.

Mola bingung saat melihat lelaki yang berpakaian tidak rapi itu. Wajahnya yang begitu asing dan menyeramkan membuat gadis itu sedikit takut. Untung saja masih ada Zevan di sebelahnya. Jadi, keberaniannya perlahan mulai meningkat.

Zevan terkikik geli saat suara lembut berhasil masuk ke gendang telinganya. Ia menatap gadis yang tengah bersembunyi di bahunya. Cowok itu tersenyum senang dan bersorak ria di dalam hati. Ia berpikir bahwa peluang kedekatannya dengan Mola akan semakin bertambah. Seiring berjalannya waktu.

"Kalo bukan karena gue takut sendirian di kamar, mana mau gue dateng ke sini. Bisa-bisa gue jadi kambing congek nanti. Nah, kan bener dugaan gue."

Mola memperhatikan lelaki yang berdiri di hadapan Zevan dengan sangat saksama. Rahang yang tegas, mata yang bulat, hidung yang mancung dan tahi lalat di dagu menambah kadar ketampanan laki-laki yang tidak ia ketahui namanya.

"A Zevan, usir orang gilanya," pinta Mola dengan nada berbisik. Ia menarik-narik baju Zevan sampai sang empu menoleh dan menggeleng heran.

Pemuda itu mendelik dan menatap tajam Mola. Ternyata telinganya masih berfungsi dengan baik. "Gue bukan orang gila! Gue Richal Setya Bambang, anaknya Bapak Bambang," sentaknya sambil bersedekap dada dan memaksa duduk di tengah-tengah Zevan dan Mola. Mau tidak mau, Mereka berdua harus bergeser ke arah yang berlawanan.

"Ih, kenapa nyelip-nyelip, sih?"

Mola mengatupkan bibir. Menyipitkan mata dan memalingkan wajahnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada sambil memutar bola mata malas. Suasana hatinya mendadak rusak karena kedatangan Richal yang sangat tidak diharapkan.

Richal mengayunkan kedua kakinya dan memandang langit. "Di mana-mana kalo lagi ada yang berduaan, pasti yang ketiganya setan."

"Nah, itu tau, A. Berarti A Richal yang jadi setannya, dong?" terka Mola dengan nada santai.

Tak memedulikan tatapan Richal yang mulai tidak bersahabat. Zevan hanya tertawa kecil memerhatikan keduanya. Ada rasa senang di dalam hati ketika mengingat sesuatu yang akan membuatnya bahagia saat ini, esok, dan nanti.

"Kok lama-lama lo ngeselin, sih? Gue kawinin juga lo biar diem."

Richal memekik saat hidung mancungnya besentuhan dengan lantai. Rasanya seperti ada yang mendorong tubuhnya, hingga jatuh seperti ini. Terdengar gelak tawa dari arah belakang. Richal yakin bahwa itu suara si cewek resek yang duduk di sampingnya.

Ini (Bukan) Perjodohan |TAMAT|Onde histórias criam vida. Descubra agora