꒦ 12

9.5K 1.4K 446
                                    

(Y/n) berdiri diambang pintu ganda yang kokoh. Jantungnya berdegup kencang, khawatir rencana yang sudah dia siapkan jauh-jauh hari rusak.

Padahal ini hanya acara pertunangan, tapi yang diundang ternyata cukup banyak kolega dan keluarga besar.

Tangan (y/n) mencengkram tepian gaun dengan erat. Keringat dingin menetes dan pintu dibuka. Kakinya melangkah menuju aula tengah dimana Arata berdiri angkuh dengan istri pertamanya disampingnya.

(Y/n) mendengus pelan, bagaimana mungkin ayahnya menjodohkannya dengan seorang laki-laki yang sudah beristri?

(Y/n) berhenti berjalan ditengah-tengah, menimbulkan kegaduhan diantara dua keluarga besar. Ayahnya menatap tajam (y/n), seolah memperingati perempuan itu agar maju dan menerima cincin tunangannya.

Pintu tempat dia masuk tadi kembali terbuka. Di sana, Toji berdiri angkuh dengan kemeja yang membentuk sempurna proporsi tubuhnya.

Beberapa gadis bahkan meneguk ludah ketika Toji melonggarkan dasi yang mencekik kerah kemeja. Melihat itu (y/n) sedikit mengernyit kesal kearah gadis-gadis yang tergiur dengan badan Toji.

Toji berdiri di samping (y/n), menaut jemari perempuan itu dan berjalan menuju aula. Membuat (y/n) kembali tersadar dan melanjutkan rencananya.

Arata menyingkir bersama istrinya yang kebingungan dengan keadaan. "Kita menyingkir dulu, ada pasangan sebenarnya yang akan bertunangan disini."

Istrinya mengangguk patuh dan ikut turun berjalan bersama Arata. Ayah (y/n) terlihat merah padam dan siap meledakkan amarahnya.

"(Y/n)!" pekik ayah (y/n). "Apa-apaan ini?!"

(Y/n) mengambil tangan Toji, membiarkan benang merah tipis mengambang dan mengikat keduanya, "ayah," panggil (y/n) lembut.

"Tolong jangan pisahkan aku dengan takdirku." (y/n) memasang cincin yang terbuat dari emas putih itu kejari Toji. Begitupun Toji, memasangkan cincin yang satunya kejari manis (y/n).

Ada banyak orang diruangan, membuat ayah (y/n) tak bisa berbuat lebih untuk mengambil tindakan.

(Y/n) mengangkat sedikit gaunnya dan mengambil tangan Toji, tangannya yang lain melambai kearah kedua orang tuanya, "ayah! Ibu!" panggilnya. (Y/n) memasang senyum lebar, "aku akan kawin lari dengan Om Toji! Jangan merindukanku ya!"

Keduanya berlari meninggalkan aula menuju mobil hitam yang terparkir dihalaman. (Y/n) langsung mengambil kursi pengemudi sedangkan Toji kebingungan.

"Masuk!" perintah (y/n). Toji terpaksa duduk dikursi disamping (y/n).

"(Y/N)!" pekik ayah (y/n) berlari mengejar keduanya.

"Kau bisa menyetir?!" tanya Toji. "Memangnya kau punya surat izin mengemudi?!"

(Y/n) mengerlingkan sebelah matanya, "aku sudah legal melakukan apa yang aku mau sejak setahun yang lalu!"

Tangan (y/n) membanting kemudi dan keluar dari halaman rumah keluarga Gino.

Toji sedikit memucat melihat gaya mengemudi (y/n) yang terhitung ugal-ugalan. Perutnya terkocok merasakan getaran mobil yang semakin menjadi-jadi.

"(Y/n), biar aku saja yang mengemudi." ucap Toji.

(Y/n) menggeleng, "nanti! Kita kekuil dulu!"

Manik mata Toji mengerjap, "mau langsung nikah?!"

(Y/n) tertawa keras, "ya!"

.
.
.

Kuil shinto menjadi pilihan (y/n). Keduanya berlari menaiki tangga dan langsung menemui biksu yang bisa menikahkan mereka.

Tentu saja keduanya disambut dengan penolakan awalnya, tapi begitu (y/n) dan Toji memperlihatkan benang keduanya yang terhubung, biksu itu langsung setuju untuk menikahkan keduanya.

(Y/n) kini berhadapan didepan kuil dewi kesuburan. Berdoa dan mengharap disana. Sedangkan Toji berdiri didepan kuil dewa. Toji berbisik pelan berharap rumah tangga yang akan dia bangun bersama (y/n), lancar hingga keduanya menemui ajalnya masing-masing.

(Y/n) dan Toji dihadapkan kembali dan saling berpelukan. Mengabaikan biksu yang terlihat malu melihat keduanya berciuman.

"Tolong maafkan hamba dewa," bisik biksu itu. "Hamba melihat hal tak senonoh didepan mata." tangannya mengatup berdoa.

(Y/n) terkekeh pelan dan Toji memeluknya dari samping. Keduanya turun dari kuil dan pulang. Tentu dengan Toji yang mengemudi, bukan (y/n). Toji tidak mau ambil resiko dia akan muntah nanti pas sampai dirumah.

"Fushiguro! Namaku sekarang Fushiguro (y/n)!" ucap (y/n) meregangkan tubuhnya yang sejak tadi kaku dan tegang karena rencana kawin lari.

Toji mengulas senyum dan mengusap rambut (y/n), "apa kau tidak masalah dengan pernikahan singkat itu, hm?"

(Y/n) menggeleng pelan, tangannya membentuk huruf 'ok', "aku tidak masalah!"

Senyum lebar terpampang di wajah keduanya, (y/n) langsung berlari kedalam rumah begitu mobil diparkiran dihalaman.

"(Y/n), jangan lari-lari!" ucap Toji mengingatkan.

(Y/n) membuka pintu dan disambut oleh Tsumiki yang mengenakan apron merah muda. "Tsumiki-chaaan!!"

(Y/n) membawa bocah itu kepelukan, mendusel dagunya ke bahu Tsumiki hingga menimbulkan tawa kecil karena Tsumiki merasa geli.

"Okaa-san..." lirih Tsumiki menatap (y/n).

Langkah kaki kecil terdengar, Megumi dengan baju tidur bergambar anjing kembar berwarna hitam putih turun melirik (y/n). (Y/n) langsung membawa Megumi ikut serta kedalam pelukan mautnya.

"Okaa-san?" tanya Megumi yang bingung dengan tingkah laku (y/n).

"Ya, sayang?" jawab (y/n).

"Okaa-san terlihat senang, ada apa?"

(Y/n) melebarkan senyumannya, "aku akan tinggal disini selamanya! Sekarang aku adalah Fushiguro (y/n)! Ibu baru kalian!"

Megumi dan Tsumiki ikut tersenyum lebar dan memeluk (y/n) erat, "hontou?! Okaa-san tidak bercandakan?"

Toji datang tersenyum tipis dan mengelus kepala keduanya, "(y/n) adalah ibu kalian sekarang."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: waw, nikahnya bentaran doang ya bund :'''v

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 🌚

18 Februari 2021

✔ ꒦ ͝  Red String (F. Toji x Reader)Where stories live. Discover now