"Argh!!! Aku mau ketemu anak-anak!!!"
Pekikan terdengar jelas menggaung diruangan kerja sebuah cafe. (Y/n) disibukkan dengan berkas-berkas yang mendadak setinggi gunung Fujinya Jogo.
Pemindahan hak juga masalah jual beli tanah, mengurus hal yang sulit demi matangnya rencana (y/n). Matanya melirik ponsel miliknya yang tergeletak mengenaskan.
Membuka galeri dalam ponsel, (y/n) memandang sendu potret tiga orang kesayangannya. Perempuan itu melipat tangannya diatas meja dan meletakkan kepalanya diatas.
Penjualan akta tanah dan bangunan cafe miliknya memang terbilang bagus. (Y/n) memutuskan memindahkan cafenya ketempat yang lebih dekat dengan kediaman Fushiguro.
Tak.
Secangkir teh hitam dengan aroma mint mengepulkan uapnya. (Y/n) menghirup dalam-dalam aroma segar yang menguar itu.
"Kenapa tidak beristirahat dulu?" tanya Yume. "Kau sudah bekerja sejak tadi pagi. Ini sudah mulai masuk jam makan siang."
(Y/n) mengulas senyum manis, perbedaan usianya dengan Yume hanya lima tahun. Yume sendiri sudah punya anak sejak dua tahun lalu.
"Bagaimana kabar Rei-chan?"
Yume menatap orang yang dia hormati dengan senyum lebar, "Rei-chan baik, kemarin malam dia sedikit rewel karena suamiku terlambat pulang."
"Pasti imut," ujar (y/n). "Lain kali bawa Rei-chan kesini lagi dong, Yume-chan."
Yume tertawa kecil, "tentu, kalau kau tidak masalah dengan rengekannya."
(Y/n) menatap Yume, "nee, apa mengurus anak itu susah?"
Yume menggeleng pelang, "ada susah ada gampangnya juga. Susahnya ketika dia rewel, gampangnya ketika dia asik dengan dunianya sendiri."
"Hee~"
Yume meletakkan sebuah piring berisi pancake dengan lelehan madu juga sepotong butter dengan buah diatasnya. "Bagaimana denganmu? Kau sudah bertemu dengan ujungnya bukan? Apa dia baik?"
(Y/n) mengangguk, "ya dia baik, Tsumiki dan Megumi juga anak-anak yang manis."
Manik mata Yume mengerjap, "apa kau... Tidak apa-apa dengan itu?"
(Y/n) membalas tatapan Yume dan mengangkat dua jari tangan kanan dan satu jari telunjuk tangan kiri, "ya, beli satu dapat gratis dua, aku menyukai keramaian mereka."
Yume kembali mengulas senyum, "yah, aku akan mendukung kalau kau menyukai mereka."
(Y/n) berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Yume erat, "ha~ seandainya kau itu kakak kandungku pasti aku akan jadi adik paling bahagia, Yume-chan."
Yume mengusap pelan surai (y/n), "kalau aku jadi kakakmu, kakak aslimu mau dikemanakan dong?" Yume terkekeh pelan dan membalas pelukan (y/n).
(Y/n) menatap Yume dan mengambil kedua tangan Yume, "nee, Yume-chan. Kalau cafe barunya sudah jadi, apa kau mau jadi pegawai pertamaku lagi?" tanya (y/n) dengan mata penuh harap. "Kumohon."
"Dengan senang hati, (y/n)-chan."
.
.
.
Butuh waktu seminggu lebih (y/n) mempersiapkan segalanya dengan sangat matang. Tak ada lagi campur tangan ayahnya disemua aset yang sudah dia miliki sejak dulu sampai sekarang.
Tangannya menekan dial telepon yang tersambung langsung kesebuah toko pakaian. Bibirnya bergerak meminta penjahit pakaian untuk menyediakan jas dan pakaian formal lainnya.
(Y/n) kini tengah berjalan menuju rumah calon tunangannya. Rumah besar dengan pagar besi tinggi menjulang kokoh membuat perempuan itu berdecih kesal.
Dia memang disambut baik, tapi sayangnya jika dia tetap mengikuti pertunangan ini, semua yang dia punya tak akan lagi menjadi miliknya. Semua yang dia rintis dari nol akan dialihkan ke kakak dan adiknya. Sedang dia membusuk sebagai tunangan orang kaya didalam sangkar emas.
"Jiwaku bebas," bisik bibir persik (y/n). Wajahnya datar menatap kedepan, dagunya terangkat dan pandangannya mengangkuh. "Ayo kita mulai perang dinginnya."
Kaki (y/n) melangkah masuk kedalam rumah yang dingin itu. Tak ada kehangatan disana, hanya ada formalitas dan segala kerumitan orang kaya.
Bibirnya mengulas senyum tipis dan duduk diatas sofa. Membiarkan orang-orang penjahit dari keluarga Gino mulai mengukur tubuhnya untuk menjahit gaun tunangannya.
Gaun simpel dengan potongan bahu yang terbuka dan bagian pinggang yang terlihat kecil juga ketat. (Y/n) sedikit meringis membayangkan betapa tidak nyamannya gaun itu.
Arata, laki-laki yang berusia dua puluh lima tahun itu turun dari lantai dua mengenakan kemeja biru muda. Lengannya dikait oleh lengan lain yang menatapnya tajam.
"Oh," ucap Arata. "Kau sudah datang huh?"
(Y/n) melambaikan tangannya keudara, "tidak, aku belum datang. Yang kau lihat ini cuman bayangan saja." mata (e/c) (y/n) berputar mendelik. Bibirnya mencebik kesal.
Arata terlihat mengerutkan keningnya, tak suka dengan jawaban (y/n), "perempuan yang dijual sepertimu, sebaiknya tidak banyak bertingkah."
Alasan menjengkelkan dari ayahnya yang menjodohkannya dengan laki-laki yang sudah menikah. Izinkan (y/n) mencekik dua orang itu nanti.
"Ya ya ya, terserah anda saja, obocchama." ejek (y/n).
(Y/n) langsung hengkang dari rumah Arata setelah pengukurannya selesai. Kakinya berjalan cepat dan kesal menuju daerah kediaman Fushiguro.
Dari jauh, dia melihat Megumi yang berjalan sendirian tanpa ditemani Toji maupun Tsumiki.
Tangan (y/n) melambai pelan ke udara. Megumi yang melihat (y/n), yang tadinya lesu dan tak bersemangat langsung tersenyum cerah.
"Okaa-san!" panggil Megumi dengan suara khas anak-anaknya. Megumi merentangkan tangannya dan memeluk leher (y/n) yang berjongkok ditanah.
"Halo sayang," ucap (y/n) mengecup pelan pipi dan pelipis Megumi. "Bagaimana kabarmu? Astaga aku sangat merindukanmu."
Megumi semakin membenamkan wajahnya diceruk leher (y/n), "aku juga Okaa-san," jawab Megumi. "Okaa-san kemana saja seminggu ini? Aku, Tsumiki-nee dan otou-san kangen Okaa-san."
(Y/n) menggendong Megumi kecil didepan tubuhnya. Matanya menatap mata biru Megumi, "ada satu hal yang harus kuselesaikan."
Bibirnya kembali mengecup kening Megumi, "mau menemaniku dicafe? Aku punya banyak makanan manis disana."
Megumi mengembangkan senyumannya, kepalanya mengangguk dan tangannya melingkari leher (y/n). "Mau Okaa-san!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.
.
San: grup pengen cekek Arata ->
.
.
.
.
.
.
See you next chapter 😌
3 Februari 2021
YOU ARE READING
✔ ꒦ ͝ Red String (F. Toji x Reader)
FanfictionMate Project By San_21_Arts . . . Pada dasarnya, semua terhubung pada satu garis takdir. Garis tipis seperti benang merah yang melingkar dijari kelingking setiap orang. Tapi.... Kenapa garis takdirku terhubung dengan om-om yang wajahnya super duper...
