Cicit burung sudah menjadi hal yang biasa (y/n) dengan selama beberapa minggu ini. Kepala dan tubuhnya berat, remuk dan sakit. Pintu kamar tempat dia tidur terbuka, memperlihatkan pria dengan bekas luka kecil disudut bibir.
Senyuman dari pria itu membuat (y/n) mengernyitkan keningnya. Tangan kanan perempuan itu mengambil bantal dan langsung melemparnya kearah pria tersebut.
"Pergi!" pinta (y/n).
Pria itu mengerjap bingung dengan reaksi (y/n). "Kau masih marah karena aku tak sengaja menggigit dadamu?"
Bibir persik (y/n) berdecih kesal, "menurut om?"
Toji memiringkan kepalanya. Meski sudah melalui malam panas bersama, (y/n) nya masih memanggilnya om. "Toji," ucap Toji. "Bisakah kau memanggil nama depanku?"
(Y/n) berbalik dan menutupi tubuh polosnya dengan selimut, menyisakan kepala. "Biarkan aku tidur," ucap (y/n). "Aku lelah."
Toji duduk disamping (y/n). Menunduk sedikit dan mengecup pelipis perempuan itu. Tangan Toji yang lain menyentuh perut (y/n), "aku ingin tahu, apa yang pertama akan membuahkan hasil atau tidak ya?"
Mendengar ucapan itu, (y/n) langsung terduduk dan membungkus kepala Toji dengan selimut, "dasar! Keluar sana! Om-om menyebalkan!"
.
.
.
Suasana makan siang terasa sangat canggung, terlebih Megumi dan Tsumiki yang menatap (y/n) sedih.
"Okaa-san," panggil Megumi. Tangannya terlihat menghentikan sumpit miliknya dan menatap (y/n) sedih. "Apa otou-san memukuli Okaa-san tadi malam?"
(Y/n) mengerjap, "tidak, om Toji tidak memukuliku. Memangnya kenapa?"
"Kami mendengar suara erangan yang keras semalaman penuh." kini Tsumiki yang menjelaskan.
"Uhuk!" (y/n) terbatuk. Tak dia sangka Megumi dan Tsumiki akan mendengar suaranya semalaman penuh. (Y/n) menelan air minum yang disodorkan Toji padanya. "Bukan! Aku tidak apa-apa, sungguh!"
Kini kedua bocah itu menatap Toji tajam, "otou-san," panggil Tsumiki. Wajahnya datar dengan mata melotot kearah Toji. "Kalau otou-san berani memukul Okaa-san, aku akan menggigit otou-san." ancam Tsumiki.
"Dan aku akan memukul kepala otou-san sampai berdarah." sambung Megumi.
Toji yang mendapat ancaman dari kedua anaknya hanya bisa terdiam kaku. Toji jadi sedikit susah menelan makanannya.
"Pfft..."
Suara tawa tertahan membuat ketiganya menatap (y/n) yang menahan tawa. Bahunya bergetar melihat Toji yang kecut dihadapan Megumi dan Tsumiki.
Toji menatap kedua anaknya. Berbisik pelan ditelinga Megumi dan Tsumiki. "Gelitik yuk?"
Megumi dan Tsumiki saling berpandangan lalu tersenyum lebar sebelum menerjang (y/n) yang menahan tawa.
Tawa yang tertahan meledak berkat gelitikan Megumi dan Tsumiki. Mata (y/n) menatap Toji yang tersenyum puas.
"Selamat merasakan kekuatan para bocah."
"Om!!!!"
.
.
.
Keempat orang yang tinggal serumah terlihat duduk santai diteras. Tsumiki diatas pangkuan Toji dan Megumi diatas pangkuan (y/n). Toji terlihat menguap sesekali dan menyenderkan kepalanya kebahu (y/n).
"Berat." celetuk (y/n). "Badan om itu dua kali lipat lebih besar dariku, dasar tak sadar diri."
Toji terlihat tak peduli dan malah melingkarkan tangannya, memeluk tubuh (y/n) sekaligus Megumi.
Disaat keempatnya asik bersantai, pintu rumah keluarga Fushiguro diketuk keras. Toji yang mendengar keberisikan itu langsung menyerahkan Tsumiki kepada (y/n). (Y/n) memeluk kedua anak Toji erat karena ketakutan bunyi dentuman keras.
Megumi mengalungkan tangannya keleher (y/n) dan Tsumiki memeluk kaki (y/n). Ketiganya mengintip siapa yang datang dengan cara tidak sopan kerumah orang lain.
Manik mata (e/c) langsung membulat menatap siapa yang ada diambang pintu. "Loh, ayah?" kata (y/n) tiba-tiba.
"Ayah?" tanya Tsumiki.
Orang yang dipanggil (y/n) dengan sebutan ayah langsung masuk dan menarik pergelangan tangan (y/n). Jarinya teracung kearah Toji yang membeku menatap ayah (y/n).
"Kamu! Dasar penculik! Beraninya menculik putriku! Aku tidak akan melepaskanmu, sialan!"
(Y/n) yang mendengar nada ancaman dari ayahnya. Langsung menghentikan tarikan tangan ayahnya. "Ayah!"
"(Y/n), jangan melawan! Kau sudah menghilang lebih dari dua minggu! Kau pikir aku dan ibumu tidak khawatir hah?!"
(Y/n) menurunkan Megumi dari pelukannya dan membiarkan bocah itu berlari kebelakang, ketempat kakaknya berada.
"Ayah, dengar dulu." ucap (y/n) mencoba lembut didepan ayahnya. "Dia ujung benang merahku, yah."
Ayah (y/n) menggeleng keras dan menarik pergelangan tangan (y/n), "tidak! Dia sudah punya anak dari wanita lain! Dia pengkhianat! Ayo pulang!"
(Y/n) mengerjap dan menatap Toji yang tak bergerak sedikitpun. "Om, bantu!"
Toji diam, bibirnya tak berucap sedikitpun selain mengulas senyum tipis. Tangannya tersampir mengelus rambut (y/n). "Ayah dan temanmu benar, aku pengkhianat."
Mendengar ucapan Toji, (y/n) hanya bisa membulatkan matanya. Tarikan kuat pada tangan (y/n) membuatnya tak bisa menggapai tangan Toji.
"Om!" pekik (y/n) tak terima. "Toji! Kau melepaskanku?! Lagi?!"
Toji kembali mengulas senyum masam. "Kau pantas mendapat yang lebih baik dariku."
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.
.
San: cih, kurang nyesek :(
Toji bgsd cuman nyicip doang habis tuh dibung, cih (-᷅_-᷄)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
See you next chapter :(
23 Januari 2021
YOU ARE READING
✔ ꒦ ͝ Red String (F. Toji x Reader)
FanfictionMate Project By San_21_Arts . . . Pada dasarnya, semua terhubung pada satu garis takdir. Garis tipis seperti benang merah yang melingkar dijari kelingking setiap orang. Tapi.... Kenapa garis takdirku terhubung dengan om-om yang wajahnya super duper...
