꒦ 11

10.1K 1.4K 363
                                        

"Surat tanah, surat bangunan, surat sewa, dan terakhir surat gaji."

Perempuan berambut (h/c) menepuk pelan semua dokumen yang dia peluk didada. Semuanya sudah beres, hanya tinggal memindahkan isi cafe ketempat baru.

"Ah! Surat gaji bukan yang terkahir, yang terakhir itu surat pembatalan pertunangannya." lirih (y/n) pelan.

Mata (e/c)nya menatap Tsumiki juga Megumi yang tertidur diatas kasur didalam ruangan pribadi cafenya. Kedua anak itu (y/n) culik dari Toji empat jam yang lalu.

Toji sendiri hanya bisa menghela nafas, kedua anaknya di monopoli (y/n) seorang. Tsumiki dan Megumi puas memakan makanan yang disodorkan (y/n), mulai dari kue manis sampai salad buah. Kedua anak itu sampai dibuat sesak karena memakan terlalu banyak buah-buahan.

(Y/n) terkekeh kecil dan tidur disamping Megumi. Memeluk kedua anak itu dari samping, "sayang-sayangku."

Tangannya mengusap pipi Tsumiki lalu beralih pada rambut landak Megumi. (Y/n) memilih memejamkan matanya, berniat ikut memasuki alam mimpi bersama kedua bocah itu.

Kriet.

Pintu ruangannya terbuka, menampakkan laki-laki berpakaian tuksedo rapi. Rambut hitamnya disisir menyamping. Matanya menatap (y/n) yang tidur diatas kasur lalu beralih kekedua bocah asing yang tertidur disamping (y/n).

"Anak-anak siapa itu?"

Tangan (y/n) menyangga kepalanya, menatap laki-laki yang akan menjadi tunangannya dalam beberapa jam kedepan.

"Anak-anakku."

Kening Arata mengernyit, "ayahmu tidak bilang kau sudah punya anak, apa kau melahirkan diusia muda? Kau baru delapan belas tahunkan?"

Bibir (y/n) mencibir Arata, "aho." bisiknya pelan. "Ya jelas bukanlah. Mereka calon anak-anakku."

"Bagaimana mungkin? Kau mau mengadopsi mereka?"

"Tidak, aku mengambil ayah mereka."

"Kau bertunangan denganku, apa kau mau mengambil laki-laki lain sebagai selir?" tanya Arata.

"Goblok." bisik (y/n) pelan agar tidak bisa didengar jelas oleh Arata.

"Kau bicara sesuatu?"

"Tidak, aku tidak akan bertunangan denganmu." jelas (y/n) kesal.

"Kenapa?"

"Kau kan sudah punya istri, mana mau aku jadi istrimu saat istri pertamamu sendiri masih hidup."

Arata mengeluarkan cerutunya dari dalam saku. Melihat itu, (y/n) langsung melemparinya menggunakan bantal yang ada dikepala Arata.

"Merokok diluar sialan! Awas saja kau merusak pernafasan anak-anakku!" pekik (y/n) pelan. Matanya memejam dan mencoba mengabaikan Arata.

Arata menghela nafas dan kembali menyimpan cerutunya. "Bagaimana dengan perjanjiannya? Kau harus membayar denda kalau mau membatalkan pertunangan ini."

Tangan (y/n) menunjuk kearah berkas yang tak sengaja diduduki Arata. "Ada dua surat tanah disitu, ambil satu dan berikan yang satunya ke ayahku."

Arata mengembangkan senyumannya, "senang berbisnis denganmu."

Arata meninggalkan ruangan yang berisi (y/n), Megumi dan Tsumiki. (Y/n) mengelus pelan rambut Megumi. Matanya menatap jam didinding.

Kehilangan beberapa harta yang sudah dia kumpulkan sejak kecil bukan masalah besar baginya. Dia orang yang hemat dan suka menyimpan uang-uang miliknya tanpa membelanjakan kebarang yang dia anggap tidak penting. Ajaran hemat ibunya.

Pintu ruangannya kembali terbuka, disana Yume tersenyum tipis dan membukakan pintu. Laki-laki berambut hitam dan bermata hijau tersenyum tipis kearahnya.

(Y/n) menyambut Toji yang datang, Yume memilih mundur dan menutup pintu dari luar.

Toji duduk ditepi kasur. Tangannya mengusap rambut coklat Tsumiki yang tertidur pulas. "Aku melihat laki-laki itu tadi."

(Y/n).menghilangkan senyumannya, "kau sudah tahu?"

Toji tersenyum, "dia bilang aku beruntung."

"Beruntung?"

"Kau bisa saja memilihnya dibandingkan aku, dia kaya dan punya penghasilan tetap dari pada aku yang hanya guru bela diri."

"Pesimistis," ucap (y/n). "Aku kurang suka dengan sikap pesimismu itu."

Toji terkekeh, "ya kau benar."

(Y/n) menepuk pelan bagian kasur yang kosong disamping Tsumiki. "Sini tidur sama kami." ucapnya menutup mata. "Aku mengantuk."

Toji membaringkan tubuhnya disamping (y/n). Tangannya yang lain dijadikan bantal oleh (y/n) dengan Tsumiki dan Megumi yang ada diantara keduanya.

.
.
.

Toji dengan tuksedo hitam terlihat mengernyitkan dahinya.

"Sedikit tidak nyaman?" tanya (y/n). Toji menggaruk belakang tengkuknya. "Kau boleh melepas bagian luarnya dan meninggalkan kemeja putihnya."

Toji setuju dengan ucapan (y/n). Otot bisep Toji tercetak jelas, membuat (y/n) sedikit meneguk ludah kasar merasakan otot Toji yang keras.

"Pantas kakiku keram dulu!" pekiknya dalam hati.

(Y/n) dengan gaun putih gading selutut berdiri disamping Toji yang menyerahkan lengannya. Jemari (y/n) menyelangi setiap jemari Toji. Melihat benang merah yang muncul perlahan mengikat tangan keduanya. (Y/n) mengembangkan senyumannya merasakan getaran halus ditubuhnya.

Toji menunduk menatap (y/n). Pandangannya lurus kemata (y/n). Kepalanya sedikit menunduk untuk mencium bibir merah muda didepannya.

"Sepertinya aku akan sedikit cemburu hari ini." ucap Toji dengan suara seraknya.

"Cemburu? Untuk apa?"

"Melihatmu mengandeng tangan pria lain."

Senyum lebar menghiasi bibir (y/n), "hanya sebentar, setelah semuanya selesai, kau tak akan lagi cemburu."

Toji mengangguk dan memeluk tubuh (y/n). Membenamkan kepalanya diceruk leher perempuan itu. Menyesap pelan aroma menenangkan yang keluar dari tubuh (y/n).

"Ayo," ucap (y/n) tersenyum lebar. "Kita batalkan pertunangan bangsat ini."

Toji terkekeh kecil mendengar umpatan yang keluar dari mulut (y/n). "Jangan sampai anak-anak meniru mulut tajammu."

"Oh tentu saja tidak, aku tahu tempat kalau mau mengumpat."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: jangan ditiru umpatannya ya readersku tersayang 😗

Btw, dikit lagi tamat 😌👌🏻

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😗

6 Februari 2021

✔ ꒦ ͝  Red String (F. Toji x Reader)Where stories live. Discover now