Disinilah (y/n) dan Gojou bersembunyi saat ini. Diantara tumpukan kayu dan beberapa peralatan bangunan tepat didekat gang rumah keluarga Fushiguro.
(Y/n) duduk menyender menghafal kembali jalan yang dia dan Gojou lalui tadi. Matanya berkilat menatap Tsumiki berjalan keluar menenteng sebuah tas besar.
"Sisialan itu!" umpat (y/n). "Dia membiarkan Tsumiki kepasar sendirian!?"
Gojou yang duduk disamping (y/n), menahan tawanya yang hendak menyembur keluar. (Y/n) jelas punya dendam pada Toji dan sepertinya Gojou akan sangat merasa puas ketika pria itu babak belur nantinya.
Gojou menatap wajah (y/n) yang berkerut kesal, "(y/n)-san, jangan marah sekarang." ucap Gojou. "Marahnya nanti saja saat Toji keluar dari rumah."
(Y/n) mengangguk menjawab ucapan Gojou. Yah, dia harus menyimpan tenaga agar bisa memuaskan diri mukul Toji nanti.
Pintu pagar kediaman Fushiguro kembali terbuka. Menampakkan Toji dengan baju kaus hitam juga celana hitam. "Dia mau melayat? Kenapa pakai baju hitam terus?"
"Pftt!"
Pecah sudah tawa Gojou. (Y/n) benar-benar mengatakan semua yang ada dipikirannya. Gojou menahan tawa dan menarik perempuan itu keluar daei persembunyian. Keduanya terus mengikuti Toji yang berjalan entah kemana.
Toji terlihat berhenti tepat didepan seoang wanita. Minami, sahabatnya sendiri kini tengah asik berbincang dengan Toji.
"Heh! Sialan! Kau mau menikungku hah, Minami?!" pekiknya pelan. Bibir (y/n) langsung dibekap oleh Gojou agar suara teriakannya teredam.
"Sst!! Jangan berteriak!" bisik Gojou.
Namun bukannya perselingkuhan seperti yang dipikirkan (y/n) yang terlihat, justru sebaliknya. Toji terlihat menunduk sedikit kearah Minami.
"Kumohon, maafkan aku tentang masalah yang dikafe dulu, tolong beritahu bagaimana kabar (y/n)."
Suara Toji terdengar sangat lirih. (Y/n) berhenti berontak dan kembali mendengarkan percakapan Toji dan Minami.
"Sudah kubilang," ucap Minami menyesap minumannya. "(Y/n) tidak hamil, seberapa keras kepala lagi kau ingin bertanya masalah itu? Kalian melakukannya berapa kali, ha?"
Toji menghela nafas. Tangannya berpangku diatas meja, "haah... Padahal kalau (y/n) hamil aku bisa mengecapnya dan anak kami secara hukum nantinya."
Minami terlihat berdecih kesal, "kau sendiri main unboksing lalu kau lepas begitu saja. Menyebalkan, kau tahu betapa susahnya membujuk (y/n) yang mengurung dirinya sendiri dikamar, ha?"
(Y/n) terduduk disamping Gojou, Gojou sendiri menatap (y/n) yang menutup setengah wajahnya karena memerah malu, "bangsat! Kenapa kau bahas itu dengan Minami!?! Malu sial!"
Gojou terperangah, wajah perempuan didepannya benar-benar berbanding terbalik dengan lidah tajamnya. Baru kali ini Gojou mendengar perempuan semanis (y/n) lancar dalam mengumpat.
(Y/n) langsung menarik tangan Gojou kembali kekediaman Fushiguro. Keduanya berdiri didepan pintu dan menunggu Megumi yang mungkin ada didalam sana untuk membuka pintu. Tak mungkinkan, (y/n) atau Gojou mendobrak masuk begitu saja.
Wajah (y/n) masih tertunduk dan tertutupi rambutnya. Gojou jadi kesulitan melihat ekspresi apa yang dikeluarkan perempuan itu.
Mata biru dengan rambut tajam bak landak menatapnya berbinar. (Y/n) langsung memasang senyum dan memeluk Megumi erat.
Megumi sendiri yang masih terkejut hanya membalas pelukan (y/n). Sedikit terisak karena rasa rindu pada perempuan dihadapannya.
"O-okaa...san." lirih Megumi. Tangan Megumi melingkar dileher (y/n), tangan (y/n) menepuk pelan punggung Megumi.
YOU ARE READING
✔ ꒦ ͝ Red String (F. Toji x Reader)
FanfictionMate Project By San_21_Arts . . . Pada dasarnya, semua terhubung pada satu garis takdir. Garis tipis seperti benang merah yang melingkar dijari kelingking setiap orang. Tapi.... Kenapa garis takdirku terhubung dengan om-om yang wajahnya super duper...
