Bibir persik mencebik kesal menunggu didalam kafe yang terletak dijalan yang sama ketika dia bertemu dengan Toji. Jemarinya mengetuk pelan meja kaca sembari mengutuk Toji yang masih tak menampakkan dirinya.
"Bajingan sialan," umpatnya pelan. "Dasar pemberi harapan palsu, habis kau kalau ketemu."
Sudah lebih dari dua bulan sejak kejadian (y/n) dibawa pulang secara paksa oleh ayahnya. Dikurung dirumah tanpa diberi akses keluar selain membeli makanan secara online.
Ayahnya menjadi lebih overprotektif semenjak dia diculik Toji. Apalagi dia anak perempuan satu-satunya. Tangannya mengeluarkan selembar uang seribu yen dan langsung hengkang dari kafe. Matanya menunduk menatap jalanan berbatu. Disini tepatnya dia dan Toji bertemu. Meski sedikit buta arah, (y/n) masih mengingat jalanan ini.
Tepat dipersimpangan empat, (y/n) mulai menjerit bak orang gila karena tidak tahu lagi arah menuju kediaman keluarga Fushiguro.
"Argh!! Sial!"
.
.
.
Toji bersembunyi dari (y/n). Dia khawatir (y/n) akan semakin membencinya karena sudah dua kali melepaskan perempuan itu. Terlebih Toji sendiri sudah melihat betapa mudah marahnya (y/n) pada Toji, sangat berbanding terbalik jika bersama Tsumiki dan Megumi. Perempuan itu iblis didepan Toji dan malaikat didepan Tsumiki dan Megumi.
Toji melepas nafas yang sejak tadi tertahan, tangannya terbuka setelah menutup mulut Tsumiki. Tsumiki terlihat berkaca-kaca menatap (y/n) dan mencoba memanggil perempuan itu tadi.
Toji berpikir sudah seharusnya seperti ini. Perempuan itu berhak mendapatkan laki-laki yang setia padanya. Bukan seorang pria yang sudah lebih dulu mempunyai dua anak dari wanita lain.
Melihat kepergian (y/n), Toji hanya bisa tersenyum miris. Mereka berjodoh, tapi sayang Toji sudah lebih dulu berkhianat. Toji meringis pelan mendengar umpatan kecil yang keluar dari bibir (y/n) tadi. Memukulnya? Perempuan itu benar-benar punya keberanian besar.
Tarikan kecil dibajunya membuat Toji menatap pelaku. Tsumiki terlihat mengerutkan bibir, tak senang dengan keputusan Toji yang seolah mendorong (y/n) menjauh dari mereka.
"Dia pantas mendapat yang lebih baik, Tsumiki." ulas Toji. Tangannya mengelus rambut coklat sang putri.
Tsumiki sendiri semakin terlihat kesal, "otou-san bilang seperti itu, tapi aslinya otou-san juga tak rela kan?! Aku dan Megumi sering melihat otou-san diam dikamar berjam-jam!"
Toji terpekur, putri tirinya benar-benar menjadi orang yang sangat peka. Bibirnya terkekeh kecil menatap Tsumiki.
"Otou-san sendiri takut kehilangan Okaa-san, lalu kenapa otou-san menjauh darinya?"
Toji mengulas senyum, "Tsumiki masih kecil, anak kecil tak perlu tahu urusan--"
"Itu! Itu yang aku tidak suka dari otou-san! Selalu menganggap Tsumiki dan Megumi anak kecil!" pekik Tsumiki tak terima. Tangan kecilnya memukul Toji kesal. "Otou-san bodoh kalau bilang begitu!"
Toji yang dibilang bodoh langsung tak terima dan melotot pada putrinya, "Tsumiki! Siapa yang mengajarimu untuk melawan orang tua?!"
"Kalau otou-san tak mau aku dan Megumi melawan otou-san, kembalikan ibu kami!"
.
.
.
Keduanya jalan beriringan dengan Tsumiki yang sibuk mengusap hidungnya karena kesal dan Toji yang terlihat bingung bagaimana harus menghadapi kekeraskepalaan Tsumiki.
Megumi terlihat menunggu didepan rumah. Berjongkok dan menonton semut yang beriringan ditanah. Mata biru Megumi menatap Toji tajam karena kakaknya terlihat menangis kecil.
"Otou-san," panggil Megumi. "Kakak kenapa?"
Toji mengusap tengkuknya karena merasa bersalah, "itu..."
"Otou-san tak membiarkan ku bertemu Okaa-san tadi dijalan." ucap Tsumiki.
Megumi langsung menatap Toji. Kakinya melayang menendang tulang kering Toji. Toji sedikit meringis pelan dan menatap putranya dengan pandangan bertanya. Megumi sendiri menatap Toji datar, "otou-san itu orang yang bodoh, ya?"
.
.
.
Kesekian kalinya (y/n) menunggu ditempat yang sama. Toji masih tidak bisa dia temukan. Perempuan itu berjongkok dan menutup wajahnya, menahan isak tangis kesal karena sekali lagi gagal bertemu dengan Toji.
Langkah kaki terdengar ditelinganya, seorang pria berambut putih terlihat menatapnya menyelidik.
"Hm?" ucap pria itu. "Kau kan perempuan yang dipanggul Toji dulu?"
(Y/n) mendongak menatap pria berambut putih dan mengenakan kacamata hitam. Matanya berbinar menatap pria itu, "kau! Kau temannya Toji kan?"
Pria itu menggeleng dan mencebik kesal, "bukan, aku bukan temannya. Mana ada teman yang membanting temannya sendiri, sisialan itu--"
"Apa kau tahu rumahnya Toji?!" potong (y/n) cepat.
"Ya? Bukannya kau pernah tinggal disana? Kenapa kau bertanya rumahnya padaku?"
(Y/n) mengeram kecil, "aku sedikit buta arah, tolong antarkan aku!"
Tangan (y/n) mencengkram erat pakaian yang dikenakan pria itu. Pria itu sedikit menaikkan alisnya tanda tidak mengerti, "kenapa aku harus mengantarmu? Apa kau punya masalah dengan Toji?"
Anggukan kencang (y/n) berikan sebagai jawaban, "iya! Ada! Aku ingin memukulinya karena sudah melepaskanku sebanyak dua kali!"
Pria itu mengembangkan senyum lebar, "hee... Boleh juga! Aku join battle! Ngomong-ngomong siapa namamu nona?"
"Konana (y/n), dan kau tuan?"
Tangan lebar pria itu tersampir dibahu (y/n), "namaku Gojou Satoru. Kau bisa memanggilku sesukamu."
"Jaa, Gojou-san. Mohon bantuannya!"
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.
.
San: Gojou Satoru join the battle, mampus kau om 😌
Udah dibilang bodoh sama anak" sekarang kau terancam babak belur om 😌
.
.
.
.
.
.
See you next chapter 😌
26 Januari 2021
YOU ARE READING
✔ ꒦ ͝ Red String (F. Toji x Reader)
FanfictionMate Project By San_21_Arts . . . Pada dasarnya, semua terhubung pada satu garis takdir. Garis tipis seperti benang merah yang melingkar dijari kelingking setiap orang. Tapi.... Kenapa garis takdirku terhubung dengan om-om yang wajahnya super duper...
