SHIC - 1

182K 5.2K 63
                                    

Di sebuah perkampungan yang menjorok kepedalaman dari keramaian kota terdapat beberapa deretan rumah kontrakan yang masih layak pakai meskipun lingkungannya terlihat agak kumuh. Beberapa penghuni kontrakan tersebut sudah memulai aktivitas mereka seperti biasanya. Hanya sedikit di antara mereka yang masih berleha-leha di rumah karena hari ini memang masih pagi dan hari minggu, hari libur bagi pelajar dan beberapa pekerja. Rumah kontrakan yang paling ujung, terdapat dua rumah yang berdempetan dan agak terpisah dari kontrakan lain. Dengan halaman yang lumayan luas dan beberapa bunga di dalam pot membuat kedua rumah itu tampak berbeda dari rumah kontrakan lainnya. Di sekitarnya tampak lebih bersih dan enak dipandang mata.

Tetapi hingga saat ini, salah satu sang empunya rumah sama sekali belum membuka pintu atau jendela untuk sekedar menandakan rumah itu berpenghuni atau mengganti udara ke dalam rumah tersebut. Bukan karena sang tuan rumah masih tertidur atau sedang tidak ada di rumah. Mereka sudah bangun dari subuh tadi dikarenakan suara bayi selalu mengganggu tidur nyenyak mereka. Yoga dan Shella, sepasang orang tua muda yang menikah setahun lalu dan sekarang telah di karuniai seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan.

Di dalam rumah itu, seorang laki-laki yang berumur 21 tahun sedari tadi menggendong anak bayinya yang tidak mau berhenti menangis. Beberapa kali ia mengganti posisi gendongan sang bayi, dan tangannya menyodorkan dot susu formula serta menepuk-nepuk pantatnya agar mau diam. Akan tetapi usahanya selalu sia-sia. Sang bayi tetap tidak mau berhenti menangis dan berusaha menjauhkan wajahnya dari dot yang di sodorkan oleh ayahnya.

Laki-laki itu berusaha menahan emosinya agar tidak terlepas kendali dan membuat bayinya semakin histeris. Ia mendekat pada sebuah pintu dan mengetuknya, "Shel, buruan!" untuk kesekian kalinya ia mengetuk pintu itu dan memanggil nama istrinya dari dalam sana.

"Bentar!" suara dari dalam kamar mandi itu menjawab dengan nada yang melengking tanpa terburu-buru menyelesaikan acara mandinya. Ia membasuh wajahnya dan terlihat sama geramnya dengan suaminya. Ia selalu jengkel pada suaminya yang tidak tahu cara membuat bayi mereka tidak menangis lagi.

"Berapa jam lagi sih selesainya?"

Pintu kamar mandi itu terbuka dan menampakkan seorang wanita yang seumuran dengan ayah si bayi. Wanita itu bertolak pinggang dan menatap suaminya tajam. Ia masih belum selesai mandi, busa shampoo di kepalanya masih terlihat mengembang dan tubuhnya hanya di balut selembar handuk yang tidak mencapai lututnya.

"Bisa ngga lo yang bener jagainnya?! Bahkan gue ngga tenang dalam kamar mandi. Lo selalu manggil-manggil gue. Kapan lo bisa jagain anak kalau kayak gini terus?!" ucapnya emosi.

Yoga, nama ayah si bayi, menggeram semakin emosi melihat kelakuan istrinya. Bukannya langsung mengamankan anaknya, ia malah balik memarahi suaminya. Benar-benar istri durhaka, batin Yoga kesal.

"Cepetan lo mandinya. Ngga udah marah-marah di situ," Yoga meninggikan satu oktaf suaranya sehingga istrinya kembali menutup pintu dan melanjutkan mandinya sambil menyumpah serapah.

Pertengkaran yang tidak jauh berbeda dari biasanya kembali menghiasi hari-hari rumah tangga mereka. Mereka selalu membawa ego masing-masing setiap saat. Untuk menjaga bayi saja, mereka sering beradu mulut dan saling melempar tanggung jawab satu dengan lainnya. Sebelum dan sesudah menikah, keduanya sama saja. Selalu bertengkar tanpa ada titik-titik perdamaian yang akan terjadi. Mereka bagaikan kucing dan anjing sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus tempat mereka menuntut ilmu.

Menikah dan memiliki bayi bukan atas kemauan mereka berdua atau dari pihak keluarga. Mereka menikah juga bukan karena perjodohan yang sering terjadi di sinetron atau novel-novel roman. Akan tetapi bayi itu hadir di saat mereka masih ingin bebas menikmati masa muda tanpa ikatan pernikahan. Malam dimana mereka liburan mengubah status single menjadi suami dan istri, kemudian menjadi mama dan papa. Kedua sahabat mereka, Leona dan Sardi merayakan annive ke-5 di puncak bersama sahabat-sahabat mereka, Yoga, Shella, Dika, Sri, Gita dan Reno.

(S)He Is Crazy [TERBIT] Where stories live. Discover now