49. Reuni 💤

Start bij het begin
                                    

"Ayok Miss, masuk."

Ballroom ruangan acara mulai dipadati oleh orang-orang yang asik cipaka-cipiki. Suara gelak tawa terdengar di gendang telinga. Hidangan makanan khas western menarik perhatian indera penglihatan. Misya tertarik menghampiri hidangan, akan tetapi Benny menahannya karena Benny dihampiri oleh beberapa teman sekolah.

"Acaranya begini doang? Cuma ngobrol-ngobrol?" bisik Misya setelah cukup lama Benny mengobrol dengan temannya.

"Ya. Nanti ada perform," jawab Benny singkat.

"Kapan?"

"Masih lama."

"Mau makan."

"Sebentar lagi, Miss."

Misya kembali manyun. Sudah hampir setengah jam, ia mendengar teman Benny sibuk mengoceh. Sesekali Misya ingin nimbrung, tapi mana bisa? Mereka lagi nostalgia masa putih abu mereka, memangnya Mista tahu apa? Misya pun mulai menunjukkan rasa suntuknya. Pandangan cewek itu mulai menyapu sekitar.

Benny yang tampak asik menyimak percakapan temannya, ternyata dari tadi mengawasi gerak-gerik Misya. Tanpa sadar, Benny tersenyum melihat kecantikan Misya di malam ini.

Merasa Benny terus menatapnya tanpa henti, perhatian Misya sepenuhnya kembali. "Apa lo lihat-lihat?" tanya Misya masih dengan jutek. Acara ini sungguh membosankan.

"Hati-hati!" Benny menarik siku Misya ketika, tapi terlambat. Seorang cowok berkemeja biru yang berjalan cepat, tidak sengaja menabrak ujung pundak Misya. Minuman yang dipegang oleh cowok itu tumpah mengenai pakaian Misya.

"An--"

"Aduh. Maaf. Baju lo kena sirup yang gue pegang," ucap cowok itu penuh sesal. Ia mengeluarkan sapu tangan untuk membersihkan noda sirup di pakaian Misya, akan tetapi dicegah oleh Benny. Benny tidak ingin Misya disentuh cowok lain.

Benny berdehem membuat Misya yang tadinya mau dibersihkan reflek merebut sapu tangan dari cowok itu.

"Gue bersihin dulu nodanya di WC." Misya segera meninggalkan ruangan.

"Maaf ya, Bro. Gue gak sengaja nih," kata cowok itu lagi setelah melihat rahang Benny mengeras yang kemudian melunak.

"Hm. Pergi, sebelum gue marah."

Cowok itu langsung pergi terbirit-birit, sebelum Benny benar-benar mengamuk.

Beberapa teman Benny yang dari tadi menyimak, salah satunya menepuk bahu Benny. "Udah ... udah .... Maafkan dia. Lagian selama temanan sama lo, gue gak pernah lihat ekspresi lo hampir ngamuk gini. Cewek itu sespesial itu bagi lo?"

"Ya. Gue pengen bahagiain dia ...," balas Benny sambil membuka sebuah kotak cincin yang ia keluarkan dari saku celananya. Sudut bibirnya melengkung. "Seumur hidup."

💤💤💤

Sementara itu, Janice menyuruh body guard-nya tunggu di dalam mobil. Janice beserta Robert memasuki gedung restoran. Jangan lupa. Janice dulu satu sekolahan sama Benny, jadi Janice juga pasti hadir di acara reuni ini.

"Kau lambat kayak kura-kura. Coba tadi kau nyetirnya cepat, kita nggak akan telat!" Seperti biasa, Janice mulai menyalahi Robert.

After Being Happy, Then? [TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu