7

24 8 3
                                    

-🐶🐱

Matahari tampak sangat tinggi.Membuat bayangan terlihat jelas tepat di depan tempatnya berdiri.Cahayanya menelusup masuk ke dalam pori-pori.Keringat yang membasahi dahi.Di sinilah Mentari.Berjemur di tengah lapangan_lebih tepatnya di jemur dengan posisi hormat menghadap bendera.Yang sayangnya dia tidak dihukum sendirian,tapi juga bersama Angkasa dan kawan-kawan_Aldo dan Kenzo.Seharusnya dia sudah menduga kalau mereka pasti juga tidak mengerjakan tugas.Entah dia harus menyebutnya keberuntungan atau kesialan.Di posisi seperti ini dia lebih menyebutnya kesialan,karna sejak tadi mereka tidak bisa diam.Entah itu saling dorong-dorongan sampai bu Inggit menyuruh menaikan satu kaki mereka.berisik.

"Gue rasa nih ya besok Silvi bakal notis gue."Setelah beberapa saat hening,Kenzo pun membuka suaranya lagi.

"Pede lo,awas patah hati lagi,lagian nih lo kenapa si masih ngejar-ngejar Silvi cari yang lain lah,nyusahin idup dewek."Jawab Aldo,Kenzo itu buaya dia biasa menaklukan hati para wanita,tapi jika dengan yang satu ini dia sendiri bingung.Sudah hampir satu tahun Kenzo menyukai Silvi tapi cewek itu sama sekali tidak membalasnya.Sungguh miris.Mungkin ini karma untuk Kenzo,karna sudah banyak memainkan perasaan perempuan.

"Gak semudah itu,gue gak bakal nyerah buat dapetin my baby,honey,sweetie,Silvi.Dia tuh beda dari yang lain dan itu jadi tantangan tersendiri buat gue.Duh kan panutan banget,terharu gue terharu."Ucap Kenzo,mendramatis,dengan tangan yang di angkat-angkat ke atas.

Mentari mendelik melihat kelakuan sepupunya."Tangan lo tuh hormat yang bener!"Mentari tahu kalau Kenzo menyukai Silvi,karna cowok itu selalu minta bantuan dirinya untuk bisa deket dengan sang pujaan hati.Tentu saja mentari mau dengan syarat dia haru di belikan coklat dan Kenzo menyetujuinya,dia akan melakukan apapun.Tapi sudah beberapa kali percobaannya gagal.Sebernarnya Mentari memang tidak terlalu serius membujuk Silvi,terlebih cewek itu memang agak galak jadi Mentari tidak mau memaksa.Yah , memanfaatkan sepupu sendiri sekali-kali tidak apa lah.Dan itu juga membuat Kenzo tidak mau lagi bekerja sama dengan Mentari.Uang mengalir hasil nihil,masalahnya Mentari jika meminta coklat tidak tanggung-tanggung.Terkuras sudah kantongnya.

"Ini kok istirahat lama bangat si bangsat."Ucap Aldo yang sudah terlihat prustasi.

"Lebay lo baru juga,berjemur kaya gini udah ngeluh aja."Jawab Kenzo mengejek.

"Alah babi,emang lo gak aus?tapi ini kayanya ada yang dendam sama kita deh masa lama banget si bel nya,gue curiga nih pak buncit."Ucap Aldo, memicingkan mata tajam.Membayangkan sosok guru buncitnya.

"Kebanyakkan drama lo."Ucap Angkasa,yang akhirnya membuka suara.

Ten~

Suara yang di nanti-nanti pun datang,bukan cuma untuk Aldo tapi juga untuk semua murid.Bisa di lihat satu persatu siswa berhamburan ke luar.

"AKHIRNYA YA TUHAN!"pekik Aldo sambil menuruntan dengan lemas tangan yang sedari tadi hormat.Lalu mengeusap keringat di dahinya dengan dramatis.Di ikuti juga yang lain,tapi tidak selebay Aldo.

"Asli gue aus,bye saja gue mau menghilangkan dahaga dulu."Ucap Kenzo,yang langsung berlari ke kantin dan langsung di susul oleh Aldo.

"Woy joo tungguin gue!"

"Temen kampret."Gumam Angkasa yang menatap kepergian Aldo dan Kenzo tanpa memperdulikan dia.sudah terlalu lebay.

"Yaudah ah gue juga mau ke kantin."Ucap Mentari kepada Angkasa.Melangkahkan kaki pergi.

"Eh tungguin gue."Ucapnya sambil melangkah mengikuti Mentari.Menyamakan posisi mereka.

Sesampainya di kantin,Mentari sudah bisa melihat ketiga sahabatnya duduk manis di sana.Melambaikan tangan ke arahnya.

HI ANGKASA! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang