(17) Full Sun

99 7 0
                                    


Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.


Lima jam sudah berlalu. Sedari tadi seorang pemuda berumur 20 tahunan itu masih senantiasa duduk termenung menggenggam tangan seorang yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit tanpa ada tanda-tanda akan tersadar. 

Selang infus yang bertengger manis di tangan kirinya dan masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya membuat siapa saja akan merasa sedih. Ruangan yang hanya diisi oleh suara Elektrokardiogram (EKG) menambah kesan kesedihan tersendiri oleh pemuda yang sedang duduk disebelah ranjang.

"markeu-ya....." ucap lirih Taeyong kepada adiknya. 

Tangan kanannya tergerak untuk mengelus kepala sang adik dengan pelan, merapikan sedikit anak rambut yang sedikit menutupi kedua mata yang terpejam.

Taeyong memejamkan matanya sebentar dan menundukkan kepala, jika Mark seperti ini entah mengapa hatinya selalu merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Suasana hatiya akan selalu down jika sudah menyangkut adiknya ketika sakit.

Cklek

Dua orang yang berlawan jenis memasuki ruangan dengan mata yang sedikit sembab menghiasi wajah canting sang wanita.

Chanyeol menuntun Irine untuk tidur terlebih dahulu di sofa Panjang agar bisa mengistirahatkan badanya sejenak dari pikiran yang kacau saat ini.

Setelah dirasa Irine mulai tertidur, Chanyeol berjalan menghampiri Taeyong yang masih setia berada disisi sang adik, dengan keadaan tertidur dan tangannnya masih setia menggenggam tangan kanan Mark. Dengan Gerakan pelan Chanyeol mengelus kepala Mark dengan lembut, menatapi wajah sang anak dengan sendu. 

Bagaiaman cobaan seperti ini harus diberikan kepada anaknya, kenapa tidak kepada dirinya saja. Orang tua mana yang tidak merasa terpukul jika melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya dan menahan sakit yang dirasakan sendiri.

Tanpa sadar air matanya terjatuh dengan bebasnya hanya dengan memandang anaknya. Chanyeol bukanlah laki-laki yang mudah menangis atau laki-laki yang lemah, tetapi jika sudah dihadapkan dengan keadaan sang istri atau sang anak dia akan menjadi laki-laki yang lemah. Pikiran-pikiran buruk selalu menghantui pikirannya sejak si bungsu dinyatakan mengalami kelainan pada jantungnya.

Dengan kasar tangannya mengusap wajahnya yang sudah basah air mata. Dia tidak boleh seperti ini, dia harus bisa menjadi seorang penyemangat untuk keluarganya.

Chanyeol berpindah untuk membangunkan anak sulungnya yang terlihat sudah tertidur dengan posisi duduk dengan kepala ia sandarkan keranjang adiknya.

"Taeyong-a .." ucap pelan Chanyeol dengan mengusap punggung Taeyong.

"eugghh" lenguhan Tayong.

"pindahlah ke sofa agar badanmu tidak terlalu sakit, biar dady yang menjaga Mark."

Taeyong yang mendengar penuturan sang Dady langsung bergegas menuju sofa Panjang lainnya, memang badanya sudah Lelah ditambah paginya nanti ia harus berangkat ke kampus.

Ruang rawat yang dipakai Mark ini adalah ruang VVIP dengan vasilitas yang lebih, terdapat sofa mahal yang bahkan sangat nyaman untuk tidur, nuansa kamarnya pun tidak terlihat seperti dikamar rumah sakit pada umumnya dan fasilitas lainnya.


~~


"haechan-ie~" panggil Jaemin yang baru saja selesai mengantri makan siang bersama dengan Jeno.

Haechan yang saat itu sedang bermain ponsel dan menikmati makan siangnnya bersama Chenle dan Renjun pun berdengus malas, mendengar ocehan manja dari sahabatnya itu bagaimana tidak dengan nada yang sangat menjijikan bagi Haechan itu pasti ada sebuah keinginan dari Jaemin.

"Haechan-a, nanti sore bagaimana kalau kita mampir ke café baru di depan sekolah. Aku dengar aka nada diskon besar-besaran pada hari pertama."

"aku sedang malas pergi, dan aku ingin langsung pulang nanti." Jawab Haechan yang menimbulkan tekukan lucu di wajah Jaemin.

"kalau aku mengajak Mark hyung kau mau ik-?"

"Jaemin-a." panggilan lirih dari jeno, menghentikan ocehan Jaemin.

Jaemin yang merasa salah bicara hanya bisa menutup mulutnya dalam-dalam bahkan Renjun, Chenle dan Herin pun menghentikan acara makannya. bagaimana bisa dirinya lupa jika pasangan si chanchan itu sedang tidak masuk sekolah.

Haechan menatap Jaemin dengan tatapan mematikan. Suasana hati Haechan sedang buruk, bahkan sangat buruk.

"mian." Jaemin yang merasa bersalah pun mengucapkan maafnya dengan pelan.

"gwenchana. Tapi memang aku sedang tidak mood untuk pergi nanti." Balas Haechan dengan senyuman yang mulai menghiasi wajahnya. Tidak baik juga membuat sahabat-sahabatnya takut dengan dirinya, padahal dia hanya kesal dengan kekasihnya tetapi mereka yang terkena imbasnya.

"sudah bisa menghubungi Mark hyung?" tanya Jeno.

Haechan hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Jeno.

"ingin ku telfonkan Taeyong hyung untuk menanyakan keadaan Mark hyung?" tawar Chenle.

"aku takut berbicara padanya. Mungkin Dia sendang istirahat, tak apa." Jawab Haechan.

"sejak kapan kau takut kepada orang, biasanya orang yang takut padamu." Ucap Renjun

"Yakk, Huang Renjun habiskan saja makannmu itu!" sarkas Haechan yang menimbulkan gelak tawa para sahabatnya, setidaknya mereka bisa menghibur si Chanchan itu.

Tadi pagi mereka mendapat kabar dari guru jika Mark tidak masuk karena sakit, dan itu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak mereka. Tidak biasanya Mark maupun Taeyong hyung tidak mengabari Jeno, Chenle, atau Renjun jika Mark tidak masuk sekolah. Mereka bertiga pun sudah berusaha menghubungi nomor Mark maupun Taeyong tapi sama-sama tidak diangkat oleh pemiliknya.


TBC


jangan lupa vote ya...

Makasih buat yang udah mau mapir dan vote...

see you...


My Full sun [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang