22. Menghilang

Mulai dari awal
                                    

Ini sudah seminggu dari hari ulang tahun Jay, dan seminggu juga Jay menghilang tanpa kabar. Tak ada yang tau keberadaan lelaki itu di mana.

Jay bagaikan di telan bumi tanpa meninggalkan jejak.

"Ra, gimana, nih?" bisik Gaisa, Anara menggeleng tidak tau. Dia bingung dengan cara apalagi menghibur Caca.

"Ca tau gak sih di mall lagi ada diskon gede-gedean," ujar Gaisa heboh. Caca hanya meliriknya sekilas, lalu kembali memandang papan tulis yang isinya sisa materi kemarin.

Seperti ada bagian yang hilang dalam hidupnya, padahal awalnya dia tidak seserius ini.

"Si Jay lagi hibernasi kali ya jadi ustad. Atau lagi di azab karena banyak ceweknya?" celetuk Ringgo yang langsung ditoyor oleh Zigo. Mendengar itu, Caca hanya menghela nafasnya agar terasa lega dan sedikit menghilangkan sesak di dada.

"Ca, jangan didengerin omongan Ringgo, suka ngasal emang," kata Gaisa, dia berusaha membuat Caca agar tak terpengaruh oleh ucapan Ringgo.

Caca tersenyum sambil mengangguk. "Gak papa kok, santai aja. It's okay, guys. Lagian si Jaylani bukan tokoh penting juga di hidup gue."

Bohong. Kalimat itu jelas untuk menutup kesedihannya saja, semua itu tidak benar. Sesama perempuan Gaisa maupun Anara tau kalimat itu tidak dengan kebenarannya, dari sorot matanya saja terlihat jelas Caca merindukan sosok Jay.

"Iya gak penting juga ya, Ca. Lupain deh ayo, atau mau gue cariin pengganti si Jaylani? Culas tuh anak pergi gak bilang-bilang," ujar Aji mengompori, setelahnya lelaki itu mendapatkan jitakan dari semua temannya.

"Lo diem deh," ujar Galang, Aji hanya memperkeruh keadaan saja. Galang juga cukup peka bahwa Caca hanya membodohi dirinya sendiri saja.

Teng! Teng! Teng!

Caca berdiri sambil menggendong tasnya. "Udah bel, kalian mau langsung balik?"

"Kita mau nongkrong di kafe, lo ikut?" tanya Zigo.

Caca menggeleng. "Nggak deh, gue punya janji. Duluan, ya!" Setelah itu Caca pergi meninggalkan ruang kelas. Koridor sangat penuh oleh siswa-siswi yang berdesakan ingin pulang, memang dijam terakhir ini semua angakatan SMA Kencana jam kosong, karena ada rapat guru.

Saat sudah di depan gerbang, Caca berlari menyebrang dan masuk ke dalam mobil hitam yang sudah terparkir di sana.

"Udah sedihnya, mau ice cream?" ujar lelaki yang ada di sampingnya. Caca mengangguk dengan wajah yang masih cemberut.

Farrel mengelus rambut gadis itu, pergerakannya terhenti saat tangan Caca memegang tangannya. Aneh, Caca rasa Farrel sudah jauh dan melebihi batas. Perlakuan ini sungguh berbeda.

"Sorry," Farrel menarik kembali tangannya, suasana menjadi canggung. Padahal dulu Farrel sering mengelus rambut Caca, tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda.

"Jadi, beli ice cream?" tanya Farrel.

Caca mengangguk, pikirannya masih kalut tentang Jay. Berputar mencari kunci dari teka-teki ini, kenapa perginya dia? Sedang apa dia? Semua pertanyaan itu terus menerus datang di kepalanya.

"Udah, Ca. Satu minggu lo murung terus. Lo pernah bilang sama gue, kalo seseorang memutuskan pergi itu artinya lo harus rela melepaskan."

Caca melirik Farrel, dia lupa akan ucapannya. Lagi pula Caca dan Jay awalnya hanya permainan saja, dan mereka tidak serius. Caca hanya objek taruhan saja, tidak lebih. Seharusnya Caca tau kapan pun Jay bisa pergi, dia sudah tau betul bagaimana Jay, tapi entah mengapa dia menolak semua itu. Dia berpikir akan selamanya bersama Jay.

"Sampe, Ca. Yu turun," Farrel membuka seatbelt-nya, lalu tanpa berkata apapun lelaki itu membukakan seatbelt untuk Caca. Gadis itu tertegun, perlakuan Farrel sungguh membuatnya bingung.

Canggung. Buru-buru Caca turun dari mobil, dan memilih masuk ke dalam kedai ice cream itu duluan. Sedangkan Farrel dia tersenyum saat melihat pipi Caca yang bersemu merah.

Farrel menyusul Caca ke dalam, lelaki itu memesan terlebih dahulu dan duduk di bangku samping Caca. Caca melirik Farrel sebentar lalu membuang mukanya ke arah lain, aneh rasanya.

"Lo kenapa sih, Ca? Canggung banget kayaknya?" tanya Farrel.

Caca menggeleng kuat. "Nggak kok! Kata siapa?" ujar Caca tidak santai.

"Tuh, nadanya aja beda. Ada apa sih?" desak Farrel.

"Gara-gara lo bego!" batin Caca.

"Ca ke Korea, yu?" ajak Farrel.

Caca menaikan satu alisnya heran. "Hah, mau ngapain?"

"Bikin seneng lo, mood lo naik kalo bahas tentang dunia per-KPOP-an, kan? Yaudah kita langsung ke negaranya aja, pasti lo suka, kan?"

Caca sedikit mengulum senyumnya, dari dulu Farrel memang tau bagaimana cara membuat Caca senang.

"Nggak sampe ke Korea juga, El."

"Mau kemana dong, gue turutin deh keinginan lo biar senyum lo balik lagi. Gak pantes lo tangisin orang yang gak bisa menghargai hati lo. Masih banyak cowok yang suka sama lo dan ngantri mau jadi pacar lo."

Caca tampak berpikir. "24/7 bareng gue?"

"Pengawal pribadi, nih?"

Caca mengangkat alisnya. "Bisa dibilang begitu."

"Yaudah es creamnya di makan," ujar Farrel saat es cream itu baru saja datang.

"Makasih ya El."

"Sama-sama, Ca."




***

Gimana part ini?

kapalnya Farrel pasti suka nih.

Tebak deh kedepannya hubungan mereka gimana?

instagram
kaylasapana_
wattpadpana



JayesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang