Dream22: Sesuatu Bernama Waktu yang Tidak Kita Tahu

21 10 0
                                    

Bintang Kejora sudah memperingatkannya. Katalis itu sudah memberitahunya.

Bahwa Bintang Hitam sudah memutuskan untuk mengambil langkahnya sekarang juga.

Itu adalah pesan pertama, dilanjut pesan kedua—yang menjadi alasan Schatten berlari secepat mungkin di malam yang mulai kehilangan ketenangannya.

Naomi dalam bahaya. Bintang Hitam mengendalikan bonekanya untuk menyingkirkan gadis itu sebagai prioritas di atasmu, karena auranya-lah yang tertandai melakukan ritual pemanggilan katalis pecahanku.

Sulit menjelaskan bagaimana cara Bintang Kejora berkomunikasi dengannya lewat katalis. Pertama, Schatten selalu merasakan sesuatu yang mengetuk pikirannya—selintas panggilan tanpa ciri suara serupa getaran pengirim sinyal, yang paling cocok diandaikan ketukan pintu. Kemudian, ketika menyentuh katalisnya secara fisik, jalinan sinyal itu akan menguat—seperti menyambut seuntai benang yang diantarkan kepadanya. Jika Bintang Kejora mulai berbicara, satu layar berisi huruf-huruf pengeja kalimat akan terbentang dalam pikirannya begitu saja, dengan suara yang terkadang mengejanya dengan gema atau sekedar getaran. Sejauh ini, Schatten bisa menjawabnya dengan bicara dalam hati dengan fokus kuat, yang efektif bila ia lakukan sembari berkontak fisik dengan katalisnya. Bagian sulitnya adalah, hal itu sama sekali tidak bisa dijadikan patokan.

Pergilah ke Akademi, Schatten. Di sanalah Naomi berada—selamatkan dia.

Tanpa perlu disuruh pun, tentu saja Schatten sudah melakukannya sedari tadi. Kristal katalis yang terantuk-antuk ke dadanya karena derap larinya terasa berdenyut setelah ucapan terakhir Bintang Kejora terdengar. Kemudian, berkas cahaya magis setipis kabut merekah dari katalisnya, menyelimuti sepanjang kaki Schatten bak sulur tanaman. Tidak terasa, tetapi efeknya membuat stamina kaki Schatten pulih dan bertahan, dibuktikan dengan napasnya yang tak lagi terengah.

Dengan itu, tak ada lagi alasan bagi Schatten untuk terlambat.

"Pasti, masih belum terlambat—!"

Gerbang Akademi mulus dilompatinya dengan tumpuan tangan—magis dari katalis melipatgandakan kekuatan kakinya untuk menjadi selincah kijang dan sekuat harimau, meski tentu tak bisa bertahan selamanya. Pintu-pintu dijeblak Schatten dengan tombaknya, lorong-lorong dilaluinya lewat rute terpendek, tangga demi tangga dilompatinya dengan dua-tiga anak tangga sekaligus.

Sampai pada tangga menuju atap di balik pintu tua yang dijeblaknya tanpa jeda juga, harapan bernoda kepanikan kian memacu langkahnya. Tak ada waktu untuk mempertimbangkan apa sebaiknya ia menyembunyikan kehadiran kalau-kalau keadaan di atap sana berbahaya—satu-satunya yang dipedulikan Schatten hanyalah menemukan Naomi secepatnya.

Karena mendongak, dari bawah Schatten sudah bisa melihat pintu atap di ujung tangga itu telah terbuka lebar. Langkahnya yang terburu akhirnya mencapai anak tangga puncak, dan pemandangan luasnya atap berlatarkan langit malam yang mendung segera menyambutnya. Selagi mengendalikan diri, Schatten berusaha mencerna apa yang baru terbentang di depan matanya.

Ada beberapa sosok di tepian atap sana, tiga—tidak, empat. Semuanya berpostur perempuan, dan tampaknya keadaan keempat sosok itu tidak sedang gawat—gestur mereka seperti akrab. Salah satunya tiba-tiba naik ke atas pembatas atap, lantas menarik sosok di sampingnya yang berambut panjang sehitam bagai langit malam untuk ikut naik di sebelahnya juga—

Gadis berambut panjang sehitam langit malam.

Naomi.

Schatten menderap maju tanpa pikir panjang. Kakinya menapak lantai atap bersamaan tegaknya Naomi di atas tepian pembatas. Langkahnya bertalu seirama degup jantungnya yang memangkas jarak, bersamaan tangan-tangan ketiga sosok—yang baru disadari Shatten adalah si trio sahabat—itu mendorong Naomi.

The Dreamless LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang