31. Masalalu

606 62 2
                                    

Malamnya, setelah mereka berbincang tentang perpawangan. Tidak makan malam karena sudah dijamak tadi sore kata Aghata.

Hanya makan jajan-jajan yang sudah Aghata beli tadi sore di luar. Sambil mengobrol ngalor ngidul apa saja di obrolan.

Rencananya baru besok mereka akan jalan-jalan bertiga ke daerah yang agak kota, mencari sesuatu yang menarik disana.

"Gue mau nanya deh" ujar Alvin sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya.

Kedua perempuan yang ada di depan refleks memperhatikan dengan serius.

"Fan, Lo kan sahabat Aghata dari jaman dulu. Sebenernya Aghata dulu kayak apa sih?" Tanya Alvin dengan mata sedikit menyipit.

"Kayak orang sih" jawab Fany singkat membuat Alvin hampir melempar keripik yang sudah dia jepit dengan jarinya ke perempuan itu.

"Oke oke, dulu Aghata tuh irit ngomong. Bodoamat sama sekitarnya selama Raka masih sama dia, dunia aman" kata Fany menjelaskan.

Aghata tersedak ketika dia mendengar kalimat Fany, buru-buru tangannya meraih air mineral yang ada di depannya.

Alvin masih memperhatikan Aghata yang terlihat salah tingkah.

"Raka?" Tanya Alvin lagi.

"Lo enggak tau Raka?!" Balas Fany dengan pertanyaan juga.

"Gue beberapa kali pernah dengar sih kalo Raka itu sahabat Aghata dari kecil. Tapi gue sama sekali belum pernah ketemu sama itu orang" ujar Alvin dengan nada seperti kebingungan.

"Jangankan Lo, gue aja enggak pernah ketemu dia lagi" gumam Aghata nyaris tidak terdengar yang lain kalau dia memelankan suaranya sedikit lebih kecil lagi.

"Jadi sekarang Raka di Inggris, bahkan kita enggak tau dia masih hidup atau enggak" ucap Fany dengan senyum miring dan mata menatap kearah jendela.

"Bener, Ta?" Tanya Alvin ingin memastikan langsung dari Aghata.

"Ya gitu deh, tiga tahun lalu dia pergi dan bilang kalo dia bakal balik buat gue. Bakalan ngabarin gue tiap hari. Tapi namanya manusia ya pasti ada titik bosennya kali ya? Dia cuma berkabar sama gue selama kurang lebih tiga bulanan selebihnya gue enggak pernah sekalipun denger kabar ataupun dapet pesan dari dia" ucapan Aghata ditutup dengan senyuman manis dari perempuan itu.

"Lo... Suka ke Raka?" Tanya Alvin tanpa basa basi apapun.

"Lo tau, Vin? Enggak ada persahabatan antara cowo dan cewe selama belasan tahun tanpa ada rasa yang lainnya" ucap Aghata lagi, kali ini dia terlihat sendu.

Hampir saja Aghata melupakan kalau Alvin sekarang adalah pacarnya. Bagaimana bisa dia mengatakan menyukai pria lain di depan kekasihnya.

"Tapi untung Lo dateng di waktu yang tepat, makasih" ujar Aghata dengan bibir membentuk simpul.

Fany hanya manggut-manggut walaupun dia sendiri tau kalau sahabatnya ini masih menyimpan secercah harapan untuk Raka.

"Makasih udah milih gue, Ta" balas Alvin dengan tersenyum menunjukkan gigi ratanya dan kedua mata tertutup.

"Eh Gha, kemaren-kemaren putra nanyain Lo. Dia dateng ke rumah gue cuma buat nanyain Lo doang coba" kata Fany membuat Aghata mengalihkan pandangannya.

"Kenapa?" Tanya gadis itu.

"Gue juga enggak tau, dia cuma nitip salam buat Lo" lanjut Fany serius.

Rumah Fany dan putra memang dekat, hanya saja dia tidak satu kampus. Dengar-dengar kabarnya, Putra masuk satu kampus yang sama dengan Regal dan Ridwan. Tapi karena Aghata tidak pernah mencari tau jadi Aghata sama sekali tidak tau keberadaan sahabat-sahabat SMA nya dulu.

"Bisa enggak ya kita kumpul lagi kayak dulu" harapan Aghata melambung diantara udara dingin Bandung.

"Mungkin nanti kalo salah satu diantara kita ada yang coba ngumpulin. Percuma kalo salah satu dari kita enggak ada mah" kata Fany lagi, dia tau maksud Aghata dengan kata 'berkumpul' itu.

"Udah gue duga, gue cuma peran pembantu di hidup Lo, Ta" Batin Alvin tanpa menyuarakan lewat mulutnya.

TBC.

***
Nyesek sendiri deh Alvin:(
Sama gue aja kalo gitu mah mendingan.

AGHATA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang