30. Pawang

585 58 0
                                    

Dulu Aghata orang yang cuek dan berbicara kalau penting saja. Sekarang malah sebaliknya, kira-kira sejak Raka pergi darinya.

Setelah berjalan-jalan cukup lama dan kebetulan melewati salah satu warung nasi Padang. Keduanya membeli tiga bungkus untuk dibawa pulang. Dan mampir ke mini market untuk membeli beberapa jajan untuk menemani obrolan mereka nanti.

Kenapa Aghata suka nasi Padang? Karena harganya murah dan dapetnya banyak. Mantep ga tuh.

Villa Aghata dekat dengan perkebunan teh, masih jam empat sore saja udara disini dingin. Maklum pegunungan.

Kedua perempuan itu baru sampai di tempat mereka menginap, hanya ada Alvin dengan posisi tengkurap diatas kasur. Dia masih tidur ternyata.

"Bangunin gih, Gha" ucap Fany.

Aghata mengangguk kemudian berjalan menuju laki-laki yang masih menutup matanya rapat. Menoel lengannya berulang kali, memanggil-manggil namanya.

"Ini yang gue males kalo suruh bangunin Alvin, Fan" keluh Aghata karena makhluk di depannya tidak merespon sama sekali.

"Biar gue aja deh" Fany turun tangan, entah kenapa Fany selalu tidak suka kalau Alvin tenang dan juga sebaliknya.

Fany mengambil salah satu bantal di samping Alvin, mengarahkannya ke wajah pria itu guna menutup hidungnya.

"Hah—" Berhasil! Alvin bangun walaupun dengan cara yang sedikit kejam.

"Gila Lo! Bangunin gue baik-baik kan bisa kenapa pake cara yang bisa bunuh gue sih!" Protes Alvin yang sedang ditatap Aghata dan Fany tanpa minat.

"Udah bangun, Gha" ucap Fany tidak peduli.

"Kalo gue mati giamana oy!" Kata Alvin lagi yang kata-katanya sama sekali tidak mendapatkan respon apapun.

"Dikubur" jawab Aghata kemudian menyusul Fany ke tengah-tengah ruangan.

"Jahat Lo Berdua!" Ujar pria itu kesal.

"Lo mau makan apa mau ngomel mulu?" Tanya Fany jengah mendengar ocehan satu-satunya pria yang ada diantara mereka sekarang ini.

Alvin melengos tidak peduli. Melangkahkan kakinya kemudian duduk di samping Aghata. Walaupun dengan perasaan dongkol pria itu tetap makan apa yang sudah dibeli oleh Fany dan Aghata.

Setelah selesai makan dan membersihkan sisa-sisa makanan yang berjatuhan, Alvin berpamitan mandi.

"Kalian berdua jangan ngintipin gue" kata Alvin menunjuk galak ke kedua perempuan yang satu kamar dengannya.

"Enggak minat" jawab keduanya kompak.

Setelah Alvin keluar Aghata dan Fany bergantian mendi karena hanya ada satu kamar mandi disana. Sedikit merepotkan memang.

Ponsel Aghata bergetar pertanda ada panggilan masuk.

"Siapa?" Tanya Fany penasaran.

"Pak Bram"

Jawaban Aghata hanya dibalas dengan bibir membentuk huruf O oleh Fany.
Sedangkan Alvin tidak peduli, dia lebih memilih rebahan santai sambil bermain game di ponselnya.

"Hallo" Aghata membuka obrolan.

"Sudah sampai?" Tanya suara di seberang sana.

"Sudah, pak" jawab Aghata singkat.

"Ya sudah, saya cuma memastikan saja" Katanya lagi.

"Bai—" belum sempat Aghata menjawab telfonnya sudah diputuskan secara sepihak.

Aghata menatap ponselnya kemudian memutar bola matanya malas.

"Kenapa, Gha?" Suara Fany terdengar diindera pendengaran Aghata.

"Enggak papa mastiin doang katanya" jawab Aghata apa adanya.

"Kok pak Bram perhatian amat sama Lo sih?" Tanya Fany lagi.

"Karena gue yang punya kost nya kali" kata Aghata kemudian mengedikan bahunya tidak peduli.

"Jangan-jangan suka sama Lo!" Ucap Fany dengan tangan kiri menutup mulutnya.

"Jangan ngada-ngada Lo!" Semprot Alvin yang mendengar tuduhan Fany.

"Pawang gue enggak terima hahaha" ucap Aghata sambil tertawa.

TBC.


***
Pawang ya?

AGHATA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang