Ketos Galak : 1 | Kabar Putus

Comenzar desde el principio
                                    

"Gue periksa kok." Aku berusaha mengeluarkan suara senormal mungkin, padahal sebenarnya aku ingin menangis. Atau balik kanan, keluar dari ruang OSIS, dan langsung pulang ke rumah.

"Terus?" Kaezar mengembuskan napas lelah. Pada tahap ini, aku yakin sekali bahwa Kaezar menganggapku sangat tidak becus menjadi sekretaris.

Laporan empat bulan pertama di semester satu saat itu memang masih sempat Kaezar periksa, tapi laporan di bulan kelima, Kaezar menyerahkan sepenuhnya padaku karena dia harus mengikuti lomba olimpiade Fisika di tahap kedua setelah menjadi yang terbaik di penjaringan tahap pertama. Saat itu dia berkata, "Minta tolong Janari kalau ada apa-apa."

Janari yang sudah meraih tasnya dari meja dan hendak pulang, menghampiriku yang masih berdiri di depan meja Kaezar. "Maafin gue ya, Je. Waktu itu nggak bantuin lo periksa laporan, padahal kan lo juga pasti sibuk banget sama persiapan PAS."

"Nggak apa-apa, Ri." Aku berusaha tersenyum, tapi ucapan Kaezar membuat mood-ku kembali buruk.

"Ya kalau Jena ngerasa keteteran, harusnya dia sendiri yang minta tolong, nggak usah nunggu orang lain nyamperin buat nawarin bantuan." Kaezar menggeser laporan lebih dekat ke arahku. "Lo beneran copy-paste dari laporan tahun lalu?"

Aku melotot. "Nggak!"

"Ya, terus kok bisa—"

"GUE UDAH BILANG NGGAK, KAN?!" Aku merasa usahaku mengerjakan laporan di tengah-tengah persiapan PAS itu sama sekali tidak dihargai.

"Santai, dong." Kaezar mengernyit seraya berjengit mundur. "Gue kan cuma nanya."

"Lo tuh nuduh! Bukan nanya!" bentakku. Mohon maaf ya, Kaezar. Kesabaranku sudah habis, jadi sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak berteriak. Namun rasanya ini lebih baik daripada aku menahan emosiku dan berakhir menjadi tangisan, akan sangat memalukan.

Janari yang masih berada di sana hanya sibuk melirik ke arah kami bergantian. "Eh, udah sore. Balik aja, besok lagi kita beresin—"

"Satu jam cukup nggak?" tanya Kaezar tiba-tiba. Lalu melihat jam di pergelangan tangannya. "Sampai jam lima. Atau ... ya paling lambat sampai jam enam deh. Lo periksa lagi laporannya."

SINTING KALI NIH ORANG!

"Kenapa?" Kaezar seperti menangkap aksi protes dari ekspresiku. "Cuma laporan satu bulan terakhir. Sisanya kan aman." Dia melirik ke arah Janari. "Lo kalau mau balik, balik aja, Ri. Gue tungguin dia dulu nih." Dagunya menggedik ke arahku.

"Oh." Janari tersenyum dengan ekspresi yang masih terlihat merasa bersalah padaku. "Gue balik duluan, nggak apa-apa kan, Je?"

Aku mengangguk. "Nggak apa-apa." Lalu melirik Kaezar.

Pengurus OSIS yang lain sudah tidak ada di tempatnya masing-masing, mungkin mereka sudah pulang atau melanjutkan kegiatan ekstrakurikuler.

Namun di luar, di lapangan basket, aku bisa mendengar suara pantulan bola. Masih ada kehidupan di sekolah. Setidaknya, jika aku kesal dan akan menikam Kaezar dengan gunting yang berada di kotak pensilku, akan ada yang mendengar teriakan permintaan tolongnya.

Janari melangkah keluar, menyisakan aku dan Kaezar di ruangan itu. Aku mendengkus seraya meraih laporan yang berada di meja Kaezar, yang bentuknya sudah berubah menjadi setengah gulungan, lalu berjalan ke arah mejaku.

"Satu jam bisa selesai, kan?" tanya Kaezar ketika aku baru saja menekan tombol power di komputerku.

"Baru juga gue nyalain komputernya, Kae," gerutuku. "Udah ngomong selesai-selesai aja."

Aku menyangga dagu dengan telapak tangan seraya menunggu komputerku benar-benar menyala.

"Gue kan udah bilang, kalau nggak sanggup, lo bilang."

Ketos GalakDonde viven las historias. Descúbrelo ahora