╱╱ 19. Panik 🌿

En başından başla
                                    

"Permisi mbak ... Ini udah malam, pulang aja ya, ga baik cewek-cewek nongkrong dihutan apalagi di pohon gini ..." Lirih Leon mulai menghampiri. Gama, Dion dan Adhan ikut serta mengekor dibelakangnya, penasaran juga benda apakah yang bertengger di pohon itu.

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik ...

"Kok diem mbak? Insecure ya didatengin cowok ganteng kayak kita?" Celetuk Gama walaupun masih deg-degan takut.

Adhan mendesis, "jangan bercanda deh Gam, gue nikahin sama dia nih."

"Kalau cantik kayak Lisa Blackpink ya gue mau aja."

"Sstt! Diem deh!"

Leon menganga memandangi objek di depan matanya, lantas lelaki itu menjinjit guna mengambilnya dari atas pohon.

"Ternyata ini woy!"

"Apaan tuh?"

Leon membuka benda berlapis kain putih di tangannya. "Loh? Bukannya ini harta karun yang kita cari?"

"Yaelah! Kecewa abang, kirain mbak-mbak cantik." Keluh Gama.

Adhan mengambil kotak berbentuk harta karun ditangan Leon guna mengeceknya. "Wah, beneran nih! Itu tandanya, kita menang dong?"

"Wehiya anjirrrr! Kelompok kita menang!" Sorak Dion heboh begitu bahagia. "Berkat gue nih!"

"Idih, apa-apaan, orang Leon yang ngambil!" Sahut Gama tak terima.

"Tapi gue kan yang pertama kali lihat!"

Adhan menendang betis kedua sahabatnya itu bergantian. "Udah jangan mulai dong! Disini tuh rawan, jangan berantem."

"Tau nih, si Dion tuh!"

"Kok gue? Elo ya!"

"Elo!"

Khihihikhikhi~

Suasana mendadak hening kembali. Gama melirik Leon curiga, "lo ngapain ketawa-ketawa sih?"

"Hah? Orang dari tadi gue diem!"

"Lo bukan, Dhan?"

"Nggak."

"Lo ya, Di?"

"Gue juga denger, mana mungkin gue!" Sergah Dion. "Ketawanya alus gitu ... Jangan-jangan —"

"KYAAAAKKKKKKK!!!"

🌿🌿🌿

Pukul sembilan malam, akhirnya para murid kembali berkumpul di area tenda perkemahan, game telah usai berjalan lancar dan dimenangkan oleh kelompok Leon. Kelompok mereka mendapatkan poin plus sebagai hadiahnya.

Sudah waktunya untuk istirahat, namun Leon malah menggosok-gosokkan telapak tangannya di depan api unggun yang masih menyala, hawa malam semakin dingin menusuk tubuh walaupun sudah dilapisi jaket. Bola mata Leon bergerak mengedar ke setiap tenda, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal.

Dia tak melihat Karamel sedari tadi, kemana cewek cupu itu?

Leon hanya melihat temannya, Loura yang berlalu-lalang disekitar. Nggak, bukan karena dia kangen nih, cuma aneh aja gitu rasanya tak ada Karamel.

Leon bangkit dari tempatnya, beranjak menghampiri tenda Karamel  untuk mengecek. Netra Leon menangkap Loura yang masih belum tidur dan asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan tenda.

"Loura!" Panggil Leon. Loura menoleh nampak terkejut, gadis itu bangkit dari duduknya sembari pamit pada teman-temannya terlebih dulu.

"A-ada apa ya, Leon? Nyari aku?" Tanya Loura gugup, terlihat salah tingkah telah dikunjungi oleh sang doi.

"Mana Karamel?"

Raut Loura mendadak berubah masam. "Ngapain cari Karamel?"

"Jawab aja."

"Karamel ada di —" Mendadak gadis dengan mantel pink itu menutup mulutnya panik. Leon mengkerut kala Loura tak segera menjawab.

Perasaan lelaki itu semakin gundah, dugaannya menekan bahwa sedang ada yang tak beres.

"Dimana?!"

"G-gue lupa ... Karamel m-masih ada di dalam hutan ... hiks, maafin gue ... ayo kita cari Karamel." Loura terisak, bahkan mengacak rambut nampak frustasi.

Mata Leon terbelalak sempurna, seakan jantungnya nyaris ingin mencelos keluar dari tempat. Leon mencengkram erat bahu Loura hingga gadis itu meringis, sorot lelaki itu kian memerah memancarkan amarah yang akan membuncah.

"Lo! Lo keterlaluan banget sih bisa nggak sadar kalau dia hilang?! Lo temennya bukan sih?!!" Bentak Leon keras. Ya, katakanlah dia memang kasar. Tetapi untuk tindakan Loura, ini sudah keterlaluan bahkan kelewat batas.

"Hiks .. M-maafin gue Leon .. gue sadar terlalu lalai, gue keterlaluan ... hiks, gue pasti bakal bantu cari Karamel sampai ketemu ..." Mohon Loura sembari memeluk Leon.

"Apaan sih lo!" Leon menghempaskannya sarkas, "gue tau sekarang, lo bukan temen yang baik buat Karamel. Lo egois, cuma pengen dapetin gue dan lo dengan teganya ninggalin Karamel. Sadar nggak sih, tindakan lo ini murahan banget?"

"Leon ... nggak gi —"

"Udahlah!" Amarah Leon sudah ada diujung puncak, kalau saja Loura bukan cewek, mungkin dia akan habis malam ini. "Gue ingetin sekali lagi, jangan lagi macem-macem sama pacar gue!" Usainya dan buru-buru beranjak pergi ke tengah hutan tanpa menghiraukan apapun.

Ya, mari katakanlah dia bodoh jika mengelak untuk tak peduli, dia sangat khawatir seakan ingin depresi memikirkan kemungkinan yang akan terjadi pada cewek itu.

Gue janji, nggak akan biarin apapun terjadi ke lo!

To Be Continued . . .

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
KAMELEONHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin