Hello gess, welkam di chapter 2. Moga suka yaa, jangan lupa kritik dan saran, Dan jangan lupa votenya juga.
Happy reading...
"SONGKANG GANTENG BANGET GAKUATT!"
"LE, LIAT LE SONGKANGNYA BERUBAH JADI MONSTER!"
"AAAA BAPER BANGET!!"
Entah sudah berapa kali aku menutup telinga karena teriakan Kak Lia yang sangat heboh itu.
Aku yang sedang mengerjakan tugas pun merasa terusik dengan teriakan Kak Lia yang sedang tersongkang-songkang itu.
"Kak, bisa gak sih nonton di ruang tv aja, ganggu banget tau," omelku kesal.
Kak Lia hanya menatapku sekilas lalu lanjut meneriakan adegan drama sweet home tersebut.
"Anji, astaghfirullah.... Keep halal brader." Sabarku pada diri sendiri.
Aku pun berinisiatif mematikan WiFi rumah, untuk memutus sambungan internet di laptop Kak Lia.
"LEAAAA!!!!"
Aku pun tertawa puas di depan ruang televisi. Kegiatan ini terinspirasi dari kartun Upin Ipin, terkadang kartun itu berguna dan memberi inspirasi dalam mengerjai kakakku hehe.
Terlihat kak Lia yang sedang menghampiriku dengan emosi lalu dengan segera menyalakan kembali WiFi rumah yang berada di samping televisi.
Aku buru buru pergi, menghindar dari amukan Kak Lia yang sudah terlihat sangat marah.
"SINI LEAAAA!!" Aku buru-buru ke kamar mengunci pintu dengan cepat hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
Suara bunda pun ikut terdengar dari luar, entahlah tidak terlalu terdengar jelas namun pasti bunda sedang memarahiku yang menutup pintu dengan keras.
Apadaya, jika aku nggak menutup pintu dengan cepat, Kak Lia pasti akan ikut masuk ke dalam kamar dan menimbulkan perang yang kesekian kalinya.
Lagian, Kak Lia nggak tau apa aku lagi ngerjain tugas yang memerlukan konsentrasi tinggi untuk menyelesaikannya, ini dia bukannya bantuin malah gangguin, sengaja meledekku yang belum bisa menonton episode terbaru.
Aku segera kembali mengerjakan tugas rumah di meja belajar, dan tak lupa juga menggunakan headphone agar suara dari luar terhalangi.
Aku dan Kak Lia memang sekamar bareng, maka dari itu kami sering nobar K-drama bareng.
Namun ada waktu saat aku atau dia yang sedang mengerjakan tugas dan tidak bisa nobar K-drama, pasti salah satu diantara kita akan selalu meledeknya dengan menonton disaat kita sedang mengerjakan tugas, seperti tadi.
Mungkin habis ini Kak Lia akan mengomeliku habis-habisan karena tadi, namun itu lebih baik daripada Kak Lia yang mengambek dan susah untuk dibujuk.
Tak terasa, tugasku pun telah selesai. Aku segera merapikan peralatan sekolahku dan melihat jam Beker yang menunjukkan pukul 20.15 malam.
Aku pun membuka kembali pintu kamar dan melihat Kak Lia yang sedang menonton K-drama di televisi dengan bunda dan juga ayah.
Entahlah bisa dibilang nobar atau tidak, karena ayah lebih fokus dengan ikan cupangnya yang sedang diganti airnya, lalu bunda sambil fokus nyetrika.
"Heh, Lea!" Kak Lia memelototiku dengan amarah. Aku pun hanya cengengesan sambil ikut bergabung dengan mereka.
Ayah melirikku sebentar lalu fokus kembali pada ikan cupangnya, sedangkan ibu bertanya basa-basi mengenai tugas dan sekolahku besok hari. Aku hanya menjawab sekenanya.
"Oh iya, besok siang pulang sekolah Lea tolong mampir ke rumah Bu RT bentar yaa nganterin uang arisan. Bunda nggak bisa datang besok soalnya ada banyak pesanan."
Aku yang mendengar itu tersentak kaget. "Yahh Bunda, kan ada Kak Lia."
"Nggak bisa aku besok siang ada kelas." Jawab Kak Lia cepat.
Aku cemberut mendengar hal tersebut. Aku pun mengarahkan pandangan ke arah Leo, bocah laki laki yang sedang memakan es krim di meja makan.
"Bentar doang kok Lea, Bunda besok harus ngerjain pesanannya Mpok Ati 100 kotak. Leo juga masih ada bimbel jadi pulang sore, kamu kan besok jam 3 udah pulang." Pinta Bunda.
Aku pun mengangguk pasrah, dan segera izin kembali menuju kamar. Mau bagaimana lagi, Kak Lia harus kuliah besok, lalu Leo yang sudah menginjak bangku kelas 6 pun mengikuti bimbel untuk persiapan UN.
Bukan tanpa alasan aku malas menuju rumah Bu RT. Karena pasti disana terkumpul ibu-ibu tetangga arisan yang senang mengomentari perbedaan ku dan juga keluargaku.
Sudah bukan lagi rahasia warna kulitku lebih gelap daripada anggota keluargaku yang lain, dan juga sudah sering menjadi bahan bincangan. Namun setiap melihatku pasti tetangga yang lain akan selalu membahasnya, yang membuatku muak.
Maka dari itu sebisa mungkin aku menghindari papasan dengan para tetangga. Walaupun tidak semua tetanggaku seperti itu, tapi tetap saja pikiranku tidak tenang.
Mungkin aku terlihat lebai, namun menghindar jauh lebih baik bagi mentalku sekarang ini. Tapi besok aku malah harus mengantar uang arisan, rasanya pengen nangis aja deh.
Aku berharap esok hari tidak akan datang. Huhu...
[][][][][]
Nyatanya harapan itu tidak akan pernah terjadi, buktinya sekarang aku sedang duduk di kantin sekolah sambil memandangi mie ayam yang baru kubeli bersama Cila dan Al.
Tiba-tiba saja nafsu makanku hilang, mengingat saat ini adalah istirahat ke-3 yang berarti setelah ini pelajaran lalu kita langsung pulang sekolah. Uang arisan pun juga harus diberikan ke rumah Bu RT.
"Kenapa Le? Daritadi makanannya diaduk-aduk terus bukannya dimakan juga." Tanya Cila. Al pun ikut mengangkat alis melihatku yang lemas.
Ditanya seperti itu membuatku melengkungkan bibir kebawah. "Pulang sekolah aku disuruh anterin uang arisan ke rumah Bu RT, kalian tau sendiri kan aku menghindari banget yang namanya ketemu sama ibu-ibu arisan."
Mereka berdua mengangguk paham. "Yaudah, nanti pulang sekolah kita anterin kamu aja Le. Iya nggak Al?" Pertanyaan Cila langsung dijawab dengan anggukan dan jempol oleh Al.
"Nanti ngerepotin lagi, kalian takutnya kan udah dijemput."
"Telpon lewat TU." Jawab Al singkat.
"Nah iya betul tuh Al, habis ini kita telpon aja di ruang TU, kalo kita pulangnya bareng Lea naik angkot."
Aku pun mengangguk dengan terharu, dan segera menghabiskan mie ayam ku yang sudah mulai mengembang.
[][][]
Minta vote dan komennya yaa. Aku yakin kalian pasti tau cara menghargai sebuah karya, semoga suka sama bab kali ini. Thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE?NO!
Teen Fiction-Manusia yang tidak sempurna dituntut untuk menjadi sempurna oleh orang orang sekitarnya yang tak sempurna pula, namun menghakimi dan menuntut hal-hal yang bukan merupakan haknya. - :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::...
