8.

1.5K 208 5
                                    

Jangan lupa votenya..
























"Dokter Irene!"

Irene menoleh dan memutar matanya malas. Menatap jengah seonggok daging yang selalu menghampirinya tanpa rasa jenuh dan bosan. Dia saja bosan dihampirinya, apakah makhluk ini tidak menyadarinya?

"Ada apa dokter Suho?" Tanya Irene datar.

Suho terkekeh geli, "Ayo kita makan siang bersama.."

"Maaf.. Tapi saya ada jan-"

"Irene.." Panggilan halus itu membuat mereka menoleh berbarengan ke arah suara.

Terlihat Kaesa dengan raut wajah dingin dan datarnya. Mata monoloidnya menatap tajam Suho, membuat bulu kuduk Suho berdiri karena ditatap horor dan tajam seperti itu.

Sedangkan Irene tidak mampu menahan senyuman manisnya. Ini memang bukan rencana, tapi dia berharap Kaesa sudah tidak takut lagi melihatnya. Awal permulaan yang baik untuknya dan Kaesa.

Irene berjalan mendekat kearah Kaesa, "Hai.."

Kaesa tersenyum tipis di wajah pucatnya, "Hai.. Yuk makan"

Irene mengangguk. Dia menoleh ke arah dokter Suho yang mematung menatap Kaesa tajam. "Saya ada janji dengan dia. Maaf dokter Suho, saya pamit"

Irene berjalan menjauh sambil menggenggam tangan kiri Kaesa. Selama perjalanan, senyum manis dan cerianya dia pamerkan keseluruh orang yang lewat didepan mereka. Bahkan semua orang yang melihat Irene dan Kaesa menatap mereka kagum.

Apa lagi style Kaesa yang memakai kemeja putih dengan celana pendek hitam dan sendal slop. Rambut hitam panjang mengkulatnya dia ikat ponytail membuatnya terlihat manis dan anggun. Membawa tas ransel berwarna hitam yang tidak Irene ketahui apa isinya.

Style simpel memang, tapi dapat membuat Irene salah tingkah dibuatnya. Apa lagi panggilan halusnya tadi. Membgingatnya saja Irene kembali tersenyum-senyum sendiri.

"Dia.. Dia siapa?" Cicit Kaesa.

Senyum Irene semakin mengembang. Aoakah rasa cinta Kaesa kepadanya masih ada? Apakah srkarang Kaesanya tengah cemburu? Irene berharap seperti itu.

"Dia dokter bedah jantung dirumah sakit ini. Dia selalu mendekatiku" Ujar Irene sambil cemberut.

Kaesa mengangguk kosong, "Ohh.."

Irene dibuat melongo, "Hanya ohh saja?" Tanya Irene dengan tatapan tidak percayanya.

Kaesa menggaruk tengkuk lehernya canggung, "Terus?"

Dihempaskannya genggaman tangan itu. Langkah lebar Irene membawanya kearah kantin rumah sakit. Wajahnya terlihat kesal menahan marah, bahkan sekarang wajahnya berubah menjadi merah.

Kaesa yang nelihat Irene sepeeri ngambek dengannya tersenyum tipis. Dia berjalan dengan santai kearah Irene dan kemvali menggenggam tangannya. Langkah Irene tidak ada apa-apanya dengan langkah lebar Kaesa.

Irene mendengis kesak dan memalingkan wajahnya. "Jangan ngambek.." Pinta Kaesa lirih.

Irene mendengus, "Hm"

Kaesa merangkul pundak Irene untik mendekat dengannya. "Maaf.."

Dan lihatlah, dokter abak itu kembali tersenyum manis seperi orang bodoh. Memamerkan gigi putih rapinya kearah Kaesa. Membuat Kaesa membalas senyuman itu tipis.

"Kau ingin makan apa?" Tanya Kaesa saat mereka duduk dikursi. Mengeluarkan macbooknya dari tas.

"Aku mau makan gado-gado aja deh. Lagi diet" Ujar Irene sambil melihat plang-plang daftar makanan.

Lintang Rasa ✔Where stories live. Discover now