"Kenapa?"

Siswa itu tak menjawab Jevan.

Sedangkan Galen duduk santai saja di ujung dekat dinding sambil mengetik entah apa di ponselnya.

"Siapa nama lo?"

Evan Mahendra.

Evan tidak memberitahu. Jevan sendiri yang melihat di seragamnya.

"Disuruh?" Jevan berjalan santai, lalu mengambil dan menggigit sebuah apel merah segar yang terdapat di meja. "Terserah sih kalo ga mau jawab pertanyaan gue sebelumnya, tapi yang kali ini terserah lo juga mau jawab atau diurus semua tangan dan kaki Razasta. Better?"

Evan tersenyum miring bersama kepalanya yang menunduk.

Manusia penuh manipulasi.

"Gue ga punya banyak waktu!" Jevan menyentak dan menarik kerah seragam Evan.

"An injury, i'll call police. Indonesia issa country of law," bisik Evan dengan senyum licik.

Jevan melepaskan tangannya dari kerah Evan. Segera Evan berdecih tanda ia menang.

Namun, ternyata tak berhenti sampai situ karena Galen tiba-tiba berdiri dari duduknya, kemudian Galen asal melempar ponselnya pada permukaan sofa yang tadi ia duduki.

Cowok yang tinggi badannya sama seperti seorang Jevan Jaegara itu kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana abu-abu SMA Taruna yang ia kenakan.

"What i got here.." Galen menatap Evan dengan tenang. "Miranda Ayu Mahendra, nyokap lo? Dulu sekolah di SMK Busana 1 Malang. Sekarang lagi kerja di rumah salah satu siswi SMA Taruna kelas sepuluh? Deon Mahendra, bocah SMP yang lagi di-skors karna buka rok guru baru. Chika Mahendra, anak SD kelas enam yang gak bisa ikut ujian akhir karna gak bayar SPP? Keluarga lo punya banyak masalah juga," ucap Galen yang membuat Evan menatapnya dengan benci. "Desan Mahendra, papa lo... malah lebih parah. Perlu gue kasih tau?"

"ANJING!" murka Evan hingga akan memukul tubuh Galen, namun tak sempat kena sedikitpun karna tangannya langsung ditangani Jevan sampai terdengar bunyi retak di sana.

"Hmm, tahun 2018 ditangkap karna kasus penipuan investasi bodong? Terus... orang bank sering datang ke rumah lo, karna ada hutang tiga ratus tujuh puluh juta yang lunasnya masih 30 persen. Sekarang bokap lo lagi dicari-cari, dan diperkirakan lari ke Jambi. Dia juga punya istri—gak sih, cewe maksudnya, dan sebulan lalu lo punya adik tiri cowo yang gapernah dibawa ke posyandu buat cek. Bener gak?" lanjut Galen, membuat Evan diam tak menyangka bahwa seluruh informasi detail keluarganya terbongkar begitu saja.

Jevan menghempaskan tangan Evan hingga cowok itu berdesis kesakitan.

Jevan lalu memasukkan tangan kanannya ke kantong celana abu-abunya dan berkata, "Udah bisa kasih tau siapa yang nyuruh lo?"

"Revlaz. J-jayen." Akhirnya Evan mengaku jujur seraya mengaduh perih karena tangannya.

Berurusan dengan Razasta tidak lagi akan pernah terlintas dalam hidupnya. Sialan! Fakta bahwa geng itu dan orang-orang di dalamnya terlalu bahaya dan berpengaruh ternyata benar adanya.

Bagaimana bisa mereka mendapat info tentang hutang dan papanya yang kabur? Bahkan dengan hal yang terkecil sekalipun, seperti adik tirinya yang tak pernah dibawa ke posyandu, Galen bisa tahu! Apalagi tentang sosok Jevan Jaegara yang hanya memegang tangannya namun bisa membuat satu tulang tangan Evan rasanya patah.

"Ok," ucap Jevan lalu membuka pintu untuk pergi keluar, sedangkan Galen masih tetap tinggal di tempat yang sama sambil membaringkan tubuhnya yang lelah di sofa.

[RZT #1] JEVANWhere stories live. Discover now