Part 6

96 63 44
                                    

Terus melangkah seperti tak punya dosa walau hatinya bedegup kencang, jika bertemu dengan teman sekelasnya terlebih lagi teman SMP Angga, mereka sudah sangat tau jika jaket dan tas yang digunakan nya itu milik Angga.

Sesuai prediksi, secara tidak sengaja mereka bertemu di persimpangan, Andre namanya.

"Siang Cel," sapa remaja itu.

Pria itu menaiki sepeda motor milik pribadinya, niat baik Andre untuk mengantarkan gadis itu pulang ke rumah ternyata ditolak mentah-mentah. Baginya Andre akan merusak rencana untuk menyembunyikan kematian Angga, entah itu dari jaket, aroma atau yang lainya.

"Maaf Ndre aku buru-buru, tugas sekolah kemarin belum aku kerjakan." Pamitnya tanpa senyum atau salam sedikitpun, ia pergi begitu saja meninggalkan Andre.

Andre mulai bingung dengan Cel, belakangan ini Cel berubah. Dia sadar bahwa Cel memang menyukai kesendirian, tapi ini sudah kelewatan seperti selalu menghindar dari teman-teman nya.

"Ya udah deh gapapa, lagi pula niat aku baik." Lirihnya.

Reihan, iya nama itu tertera di layar ponselnya Andre.

"Ada apa lagi sih Rei?"

"Ndre, buruan ke rumah Wisnu sekarang juga!"

"Ngapain?"

"Pokoknya ini gawat, kamu harus kesini secepatnya," ucap Reihan sebelum mengakhir pembicaraan mereka.

Terdengar sedikit panik dari suara Reihan, entah apa yang sedang terjadi disana yang pasti dirinya harus cepat.

Sesampainya di rumah Wisnu firasatnya benar, semua sudah terlihat berantakan. Meja, kursi, pot bunga semua sudah tidak pada tempatnya, melihat pintu nya terbuka sedikit dengan cepat Andre bergegas membuka pintu itu.

Duar...

Happy Birthday Andre Candra.

Seluruh anak 10 AKL 3 ternyata ikut merayakan hari penting Andre. Setelah saling memberikan kado dan ucapan selamat, Andre sadar jika Angga tidak ada diantara mereka semua.

"Angga mana? Dia nggak dateng?" tanya Andre yang masih mencari Angga.

Reihan dan yang lain nya baru menyadari kalau Angga benar-benar tidak datang, "aku pikir dia ada disini karena semua nya sudah janji untuk datang, mungkin dia bakal dateng telat karena ada kesibukan," kata Reihan.

Fina, membawakan kue ulang tahun nya dengan harapan Andre meniup lilin itu. Fina memang sedari lama mengagumi Andre, sangat disayangkan setiap Fina menyatakan cintanya Andre selalu menolak.

"Happy Birthday Andre Candra, tiup lilinnya dulu yuk abis itu aku suapin kamu."

Andre lebih menghargai meniup lilin perihal saling suap-menyuap kue, ia lebih memilih makan dengan tangan nya sendiri.

Hampir 30 menit mereka sibuk menghibur diri, berbeda dengan Andre yang semakin cemas dengan Angga yang tak kunjung datang.

"Guys guys guys coba lihat deh, aku dapet ini dari laman Instagram akun sebelah, ini rumah Angga kan?" Geger Rena.

Andre langsung merebut ponsel Rena, ternyata benar itu rumah Angga. Sudah banyak polisi yang mengepung rumah itu. Feeling nya berkata kalau Angga akan bernasib sama seperti Dani, karena Angga adalah sahabat terbaik Dani. Andre bergegas pergi meninggalkan mereka semua tanpa berkata apapun.

"Ndre tunggu!!" teriak Wisnu yang diikuti Reihan.

Lain halnya dengan Cel yang masih cemas akan kematian Angga. Ponselnya Cel berdering.

Andre? Ngapain dia telfon aku? batinnya bermonolog. "Halo Ndre?"

"Cel kamu harus ikut aku kerumah Angga, disana udah banyak Polisi yang datang, aku juga nggak tau tujuan mereka apa tapi yang pasti aku cuma takut kalau Angga bernasib sama seperti Dani."

Belum sedikitpun Cel berkata, Andre sudah mengakhiri panggilan nya.

Aku harus bersikap kalau aku sama sekali tidak mengetahui kematian Angga, gumamnya dalam hati.

Sesampainya mereka di lokasi, salah seorang polisi tidak mengijinkan mereka untuk melewati police line, ditakutkan mereka akan menghilangkan jejak dan bukti dari kegaduhan itu.

"Maaf Pak, kalau boleh tau ini ada apa ya?" tanya Andre.

"Nak belajarlah untuk selalu berhati-hati, belakangan ini SMAN Bangsa 3 sudah menjatuhkan 2 korban pembunuhan."

"Maksud Bapak Angga dibunuh?!"

Tak butuh waktu lama, Reihan dan Wisnu datang. Sesuai prediksi kalau Andre akan menuju TKP.

"Gimana Ndre?" tanya Wisnu.

"Angga mati," jawabnya degan lesu.

"ANGGA MATI?!!" Teriak Wisnu dan Reihan secara bersama.

"Udah aku duga, kalau pembunuh itu akan membunuh Angga. Aku yakin pembunuhnya pasti mengenal mereka," ucap Andre.

"Pak, boleh kami membantu menyelesaikan masalah ini? Kami janji tidak akan menghilangkan bukti." Kata Andre.

"Lebih baik kalian tunggu saja di rumah, ini sudah menjadi tugas kami. Lagi pula tubuh korban sudah mengalami kerusakan yang fatal dan bisa dibilang ini lebih parah dari pada sebelumnya," jelas Polisi itu.

Andre tidak bisa terima ini, "ini bukan pembunuh biasa Pak, dia udah hilang akal, pembunuh itu gila."

"Kalaupun dia psikopat dan kita ikut campur di masalah yang ada kita bisa jadi korban selanjutnya Ndre, aku nggak mau," kata Wisnu yang membuat Andre jengkel.

"Coba kamu pikir, kalau kamu di posisi Angga dan dia liat kalau dia udah mati, ternyata dia membutuhkan bantuan kita dan dengan sengaja kamu angkat tangan itu akan menjadi lebih berbahaya, Angga bisa menghantui kita setiap saat," cemas Andre yang sangat takut dengan horor.

Reihan yang tidak terlalu percaya dengan dunia gaib membuat tangannya geram untuk mendorong kepala Andre.

"Santai dong, kalau kepala aku copot gimana? Kamu mau tanggung jawab buat pasang kepala kamu di badan aku? Hah?!" Ketus Andre.

"Lebih baik kita pulang, ada yang lebih berpengalaman juga dengan kasus ini dan kita nggak ada hak untuk ikut campur di urusan ini. Kita cuma perlu belajar supaya lebih berhati-hati lagi, tujuan nya supaya kita nggak akan bernasib sama seperti mereka." Kata gadis itu seperti tak memiliki dosa.

My Weird HobbyWhere stories live. Discover now