Part 3

145 89 83
                                    

"Aku harus memulai semua ini dari mana? Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, apa aku lepasin aja ya?" Cel bingung dengan keputusan nya. Baginya Dani adalah orang yang sangat setia untuk mencintai Cel dan sangat tidak mungkin jika Cel harus membunuh orang yang sudah pernah berusaha meluluhkan hatinya walau sampai saat ini belum pernah pria itu rasakan hasilnya.

"Anak Ibu yang cantik, kamu lebih sayang padanya dibandingkan nyawamu sendiri? Ibu tau kamu sangat tidak percaya dengan keinginan Ibu yang satu ini, tapi dia sangat ingin membunuhmu, lihat saja pisau yang dia bawa, dia gunakan untuk membunuh kamu secara terbuka," bisikan dari Yuni kembali terdengar di telinga Cel.

"Ibu benar, aku harus membunuh Dani. Bagaimanapun hasilnya Dani harus tetap mati di tanganku dan dia harus merasakan sebuah penindasan sebelum ia berhasil membahayakan nyawa orang lain, terutama aku." Tekad nya semakin bulat, tak ada satu orang pun yang dapat menghalanginya.

Sebenarnya hati kecil itu masih memiliki nurani, dia lebih memilih untuk memejamkan mata disaat membunuh sang korban. Perlahan tapi pasti menggoreskan secara terus menerus di lengan milik korban tepat pada urat nadi yang ia lukai, sempat beberapa kali Dani sedikit memberontak karena merasakan sakit namun dengan tekad yang bulat gadis itu terus menarik dan mendorong pisau lipat yang digenggamnya hingga Dani benar dinyatakan mati.

Darah membasahi seluruh tangan mereka dan juga mengotori pakaian hitam putih miliknya. Perlahan Cel membuka kedua matanya, melihat seorang Dani yang sudah tak bernyawa ternyata ada perasaan lain di dalam dirinya. Perasaan ini belum pernah ia rasakan sebelumnya, ini benar-benar membuat Cel merasa jika beban pikiran yang selama ini ia pendam karena kehilangan sang Ibu ternyata berhasil dihilangkan begitu saja hanya dengan menggoreskan luka di tangan Dani.

Cel tidak pernah mengira jika dengan membunuh akan merasakan sebuah kebahagiaan yang menurutnya ini sangat berlebihan.

Pisau yang sedang ia genggam ia perhatikan dengan sangat detail, darah yang cukup kental itu berhasil menghipnotisnya seketika. "Aku membunuh Dani? Tapi aku merasa kalau aku bahagia, aku suka ini, aku suka, iya aku suka," ucapnya sembari tertawa.

Tak luput dari itu, ia mencoba melanjutkan aksinya dengan menancapkan pisau itu persis di kepala Dani tepatnya di bagian ubun-ubun. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Cel tidak menutup kedua matanya. Ketika mata pisau itu berhasil menancap seutuhnya, ia tarik dengan sekuat tenaga tanpa ada rasa beban hingga berhasil menimbulkan suara krek... ya betul itu adalah suara tanda bahwa tulang kepalanya sudah berhasil ia rusak

Otak yang memiliki tekstur kenyal, dan sebuah bola mata yang berbentuk bulat sempurna, berhasil menggoyahkan iman nya. Bola mata pria itu dengan sengaja ia ambil dan memisahkan nya dari wajah yang kini sudah mandi darah, ia jadikan mata itu sebagai mainan pertamanya.

Memotong secara perlahan hingga membuat bola mata yang awalnya bulat sempurna kini telah terpisah menjadi empat bagian, dilanjut dengan mematahkan kedua tulang kaki Dani dengan sebuah balok kayu yang ia gunakan untuk memukul punggung korban. Ditambah lagi dengan mematahkan kedua tulang tangan nya hingga pada kondisi Dani kini sudah mati dalam keadaan sangat mengenaskan.

"Aku harus kembali ke rumah, sebelum ada orang yang mengetahui kalau aku adalah pelaku pembunuhan ini," Cel mencuci tangan yang penuh dengan darah menggunakan air minum di botolnya.

Tak lupa juga membersihkan beberapa percikan darah di seragamnya, dilanjut dengan memberikan sedikit parfum beraroma cake itu agar menghilangkan sedikit bau amis darah, walau sebenernya tidak membantu.

Sesampainya dirumah ia mengistirahatkan tubuhnya di kasur, kedua kaki dan tangannya ia rentangkan dengan rileks, "ternyata membunuh adalah cara terbaik untuk menghilangkan luka haha," tawanya.

"Selama ini Ibu tidak salah mendidik ku, aku semakin sayang pada Ibu, seandainya Ibu dapat melihat langsung atas penyiksaan tadi, mungkin Ibu akan merasa sangat bangga atas prestasi yang baru saja aku raih."

Drrt... Drrt...

Ponselnya berdering, tercantumkan nama Fina di layar ponselhya. sekejap Cel menarik tombol warna hijau ke atas untuk menerima panggilan itu.

"Halo Fin."

"Halo Cel, boleh aku bicara sebentar?"

"Boleh, ada apa?"

"Besok ada tugas Akuntansi, boleh kamu kirimkan jawaban lewat WhatsApp atau Instagram aku? Aku sama sekali belum mengerjakannya."

Cel sudah tau tujuan Fina menelfon dirinya, tak lain adalah untuk meminta jawaban. Tanpa berat hati ia mengijinkan nya.

"Akan aku kirim ke grup," jawab Cel yang sangat menjanjikan.

"Terimakasih banyak Cel, aku akan kasih tau semua anak-anak kalau kamu akan kasih jawaban itu dalam waktu singkat."

Sangat ringan sekali Fina berkata, tidak merasa kalau dirinya sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Beruntung itu adalah satu trik Cel untuk tetap mempertahankan prestasi dan kecerdasannya di kelas, jadi disaat ujian mendatang mereka tidak akan bisa menjawab soal-soal dengan baik, karena kebiasaan mereka yang selalu mencontek.

Gadis itu langsung memotret jawaban seperti yang ia janjikan pada Fina. Ia memang anak yang rajin, apabila ada tugas Sekolah dengan cepat dan cermat ia kerjakan dengan baik dan benar, berbeda dengan teman-temannya yang lebih mengandalkan jawaban dari Cel.

Akuntansi memang pelajaran yang terbilang cukup membingungkan, kali ini Cel memberikan jawaban nya sebanyak 13 halaman, semuanya dipenuhi dengan angka, angka dan angka. Bukan nominal kecil yang harus Cel hitung, bahkan bisa sampai miliaran, dengan nama lain mereka yang masuk kedalam jurusan Akuntansi akan selalu menghitung uang gaib.

Tanpa berfikir panjang gadis itu memberikan jawaban nya ke grup kelas yang didalamnya tidak ada guru killer itu, bisa dibilang mereka memiliki dua grup kelas.

Fani
Terimakasih Cel.

Andre
Terimakasih Baby.

Reihan
Terimakasih Cantik.

Itulah kebiasaan respon teman-temanya, parahnya sampai ada respon menurut Cel sangat berlebihan.

Wisnu
Terimakasih Sayang.

Mereka adalah sahabat baik dari SD, mereka tidak pernah ribut sampai membuat persahabatan mereka hancur. Baru kali ini mereka hampir baku hantam karena demi mendapatkan Cel. Beruntungnya perasaan itu tidak berlaku lama, karena karakter mereka yang mudah bosan.

Ya gitu deh laki-laki, mudah mencintai dan mudah bosan eh malah berlagak menjadi korban, duh duh duhh.

Cel hanya menjawab singkat pesan mereka semua, untuk apa merespon panjang lebar jika singkat saja dapat mengambil inti dari semuanya.

Cel sebenarnya tidak memperdulikan mereka yang membicarakan dirinya di belakang, karena baginya meningkatkan kebodohan mereka adalah nomor satu.

My Weird HobbyWhere stories live. Discover now