Baleryn 🌾

43 33 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ⭐

Tengah malam~

Baleryn terbangun dari tidurnya, perut yang berkeroncongan membuat dia tidak bisa tidur, mungkin karena dia tidak makan malam, habis pulang dari supermarket dia langsung menuju ke ranjangnya tanpa melepas pakaian seragamnya, Baleryn mengibaskan selimut kesayangannya, berjalan menuju pintu menuju dapur.

Alis Beleryn mengkerut, tengah malam begini lampu dapur masih hidup? Karena penasaran, Baleryn berjalan secara perlahan menuju dapur. Mengintip dari sela-sela dinding, sejak kapan dia mulai belajar tukang ngintip? Is is tak patut tak patut.

"Papa?"panggil Baleryn.

"Eh, sayang? Kamu kok disini? Belum tidur? Begadang lagi ya?"tanya Rendy ke Baleryn sambil meletakkan secangkir kopi hitam.

"Aku laper nih, tadi malam kan gak sempat makan, papa ngapain?"tanya Baleryn.

"Biasa, kopi malam,"jawab Rendy.

Baleryn hanya ber'oh'ria, berjalan menuju kulkas dan mengambil satu buah apel.

"Papa Luan ya."ucap Rendy dan langsung melenggang pergi berjalan menuju tangga.

🌾

Baleryn berkaca-kaca didepan cerminnya, berpose-pose dengan gaya lucu andalannya, menggunakan seragam olahraga yang sangat pas, melekat sempurna ditubuh body glosnya. Aneh rasanya disekolah-sekolah dulunya dia selalu bodo amat dengan gaya berpakaian bahkan dengan rambutnya yang berantakan, tapi kenapa rasanya dia ingin selalu tampil sempurna dan memamerkan kecantikannya?.

"Kamu kenapa sih Ryn, aneh deh, keknya tuan setan benar? Kalau kamu benar-benar cewek gila!"guman Baleryn, dia melirik ke jam dinding yang berada tepat di atas pintu kamarnya, jam masih menunjukkan pukul delapan kurang lima belas.

"Oh masi...hah? Telatkan gue!!"Baleryn buru-buru mengambil tas yang berada disofa dan berlari keluar dari kamarnya.

"Maaaa, paaa Baleryn pergi dulu ya, bye aku sayang kalian, pak ayokk Baleryn Udah telat!!"ucap Baleryn dengan sedikit teriakan, sambil berlari kecil menuruni tangga.

Rendy dan istrinya yang melihat Baleryn berlari-larian ditangga jadi merinding sendiri, itulah kebiasaan Baleryn kalau lagi terburu-buru tidak peduli dengan semuanya, walau dia jatuh junggir balik  sekali pun.

"Eh sayang hati-hati dong, nanti jatuh gimana? Mana ada lagi putri papa,"ucap Rendy cemas ke Baleryn yang sibuk memasang sepatunya.

Baleryn berjalan kearah kedua orangtuanya, menyalim tangan mereka bergantian dan mencium pipinya.
"Baleryn yang cantik ini pergi ke sekolah dulu ya, kalau Baleryn pulang telat, Baleryn kabarin kok, dahh Baleryn sayang kalian."ucap Baleryn dan berjalan ke pintu utama.

🌾🌾

Olivia duduk didekat pohon beringin yang cukup rindang, memakan snek chiky yang baru dia beli dikantin, sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, sesuatu yang aneh dirasakan keluar dari hidungnya, tangannya terangkat untuk mengelap sesuatu itu.

Darah? kok bisa?.

"Ih kok ada darah? Mungkin karena kecapean kali ya? Baleryn gak boleh tahu nih, yang ada gue disuruh berobat lagi,"ucap Olivia dan langsung buru-buru kekamar mandi untuk membilas.

Baleryn yang kebetulan lewat jadi bingung sendiri kenapa Olivia lari buru-buru gitu? Karena penasaran Baleryn mengikuti Olivia sampai didepan pintu kamar mandi.

"Hei, lo kenapa?"sentak Baleryn yang membuat Olivia kaget dan memutar tubuhnya menghadap Baleryn.

"Eh? Gak papa kok,"jawab Olivia sambil tersenyum manis. Alis Baleryn terangkat satu, belum percaya betul dengan jawaban Olivia, namun pikiran itu ditepis jauh oleh Baleryn, Olivia gak akan pernah bohong sama Baleryn.

"Owh, yaudah yuk ke lapangan!"ajak Baleryn dan langsung menarik tangan Olivia.

Seluruh pasang mata menatap Baleryn dan Olivia bergantian secara insten, waktu mereka terkuras banyak hanya untuk menunggu dua manusia yang datang-datang tanpa dosa. Baleryn, bukannya merasa bersalah justru mengajak mereka semua untuk pemanasan sambil meregangkan semua ototnya.

"Ayok gyus, pemanasan dulu!"ucap Baleryn sambil mengayunkan kaki kirinya.

"Dari mana saja kalian?"tanya Pak Bayu(guru olahraga) dengan sedikit bentakan.

"Dari toilet Pak, soalnya tadi Saya kebelet, kalau ditahan entar Saya pipis di sinikan, jadi brabe urusannya."jawab Baleryn.

Pak Bayu tidak menggubris jawaban dari Baleryn, dia menganggap itu hanya angin lewat, soalnya dia banyak dengar kabar berurusan dengan satu anak ini tidak akan selesai dengan waktu yang sedikit, bahkan dia sanggup buat masalah kecil menjadi besar. Pak Bayu mengalihkan perhatiannya kembali ke semua siswa-siswi dan menuntut mereka berjalan santai.

Merasa jengah dengan Baleryn yang sibuk entah ngapain? Olivia memilih berjalan terlebih dahulu meninggalkan Baleryn dan masuk ke barisan murid-murid yang lainnya.

"Oke Liv, ayok!"ajak Baleryn dengan tangan yang ingin meraih tangan Olivia tanpa menoleh ke orang tersebut, merasa dari tadi belum ada yang ia gapai, Baleryn menoleh ke sebelah kanan dan kiri.

"Astaga, Mak lampir itu kemana? Gue ditinggal sendiri? Tega kamu Mak! Tega!!"teriak Baleryn sambil berlari mengejar rombongan. Karena kakinya yang cukup pendek, bukannya berhasil mengejar rombongan malah tertinggal jauh dan tersesat. Baleryn hanya terus berjalan dan berjalan, ingin rasanya dia menangis.

"Ihh kenapa jalan santainya harus lewat jalan hutan gini sih? Kenapa gak lewat jalan beraspal aja? Kan jadi tersesat guenya!!"ucap Baleryn kesal, sambil menendangi batu krikil dan mencabutin dedaunan.

Tangan Baleryn ditarik paksa oleh seseorang, karena lengah dan kurang seimbang tubuh Baleryn terjatuh dan kakinya tergores sedikit ke batu.
"Hwaaaa kaki aku berdarah, mama kaki Baleryn berdarah!"ucap Baleryn dengan isakan tangis, merasa bersalah karena menarik Baleryn dengan kuat dan tanpa permisi, orang tersebut mengambil alih dan menggendong Baleryn ala bridal style.

Baleryn yang hanya fokus ke kakinya tidak perduli, kenapa? Dan siapa? Yang menggendongnya, orang tersebut mendudukkan Baleryn ke ban yang di jadikan sebagai pot bunga, mengambil air mineral yang dari tadi dia bawa.

"Soory gue gak sengaja."ucap orang tersebut tanpa menoleh kearah Baleryn. Mendengar itu Baleryn menoleh keorang tersebut, dia jadi ingat kenapa dia bisa jadi begini, dia pikir dia jatuh sendiri karena kurang konsen.

"Lo? Lo bukannya yang kemarin itu kan?"tanya Baleryn sambil menunjuk orang tersebut.

Orang tersebut tersenyum smrik ke Baleryn, sambil menjabat tangannya.
"Nathannael Danuarta."ucapnya memperkenalkan diri, Baleryn sedikit ragu menerima jabatan tangan itu, memang nih cowok ganteng banget hampir sama dengan Tuan Setan, tapi tetap aja, nih cowok misterius, perasaan dia gak satu kelas dengan nih orang, tapi kenapa dia bisa ada disini?.

"Ba.. Baleryn."Jawab Baleryn tanpa menerima jabatan tangan itu dan kembali fokus ke kakinya.

"Soory ya."ucapnya.

Baleryn melirik sedikit ke Nathan,
"Iya gak papa kok,"Jawab Baleryn.

"Lo kok bisa ada disini?"tanya Nathan sambil duduk disamping Baleryn.

"Seharusnya gue yang nanya itu, Lo kok bisa ada disini? Kan yang olahraga kelas kami,"ucap Baleryn dengan nada cueknya.

Nathan mendengus,"gue lagi jalan-jalan aja dan kebetulan lewat sini,"jawabnya.

Alis Baleryn mengkerut,"Terus buat apa Lo narik-narik gue?"tanya Baleryn sedikit kepo.

Nathan tersenyum hambar,"hm, tadi Lo mau injek katak, makanya gue tarik!"Jawab Nathan santai sambil mengeluarkan HP-nya dari saku.

"Hah! Seriusan? Gue mau injek katak?"tanya Baleryn. Nathan hanya menganggukkan kepalanya.

"Ih kok bisa? Kalau dia mati gimana? Kan kasihan nanti siapa yang cari makan buat keluarganya? Eh tapi apa dia punya keluarga?"guman Baleryn yang masih bisa didengar Nathan, Nathan terkekeh kecil mendengar gumaman itu.

Lo lucu ya? Sayang kalau gak dimainin, lihat aja Adikku tersayang gue apain incaran Lo, batin Nathan.

Next To chapter selanjutnya..

Jangan lupa tinggalkan jejak ⭐🙏

Follow akun author juga ya^^

BALERYNWo Geschichten leben. Entdecke jetzt