Rainie | 34

1.5K 203 31
                                    

Revisi📌

34. Berubah
_________________

"Semua orang itu pasti mempunyai sisi baiknya."
___________________


"Mamaa!"

Kantung kresek hitam itu terjatuh ke lantai dan membuatnya ikut tumpah, menodai lantai Rumah sakit berubin putih tersebut.

Dengan gerakan cepat, gadis itu berlari ke arah Sang Mama yang nampak kejang-kejang dan kesulitan bernapas. Membuat rasa khawatir bercampur rasa takut kian melingkupi hatinya.

"Mamaa, Mamaa!"

Tetes air mata kian membuncah -- membasahi kedua pipinya. Ia sungguh menyesal. Karena tadi ia meninggalkan Hana seorang diri hanya untuk membeli makanan di luar.

Gadis itu pikir, semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada apapun yang terjadi. Namun ternyata, asumsinya itu salah.

"Dokter! Dokter!"

Qinan berteriak histeris, memanggil dokter atau siapapun yang bisa membantunya sekarang.

Seorang dokter lelaki datang dan masuk setelah mendengar teriakan dari ruang rawat Hana. Membuat Qinan mengalihkan atensi dan berlari ke arah dokter itu.

"Dok, tolong Mama saya. Tadi saya--"

"Baiklah, biarkan saya periksa Bu Hana terlebih dahulu."

Qinan hanya mengangguk kecil -- membiarkan dokter tersebut berjalan melewatinya dan memeriksa keadaan sang Mama.

Gadis itu sungguh sangat khawatir. Rasa takut kehilangan kian menjalar dan merongrong rongga hatinya. Debaran jantungnya kian terasa bertalu-talu.

"Maaf, Dek. Kamu harus menunggu di luar," ujar seorang suster pada Qinan yang nampak masih bertahan dan berdiri di ruangan Hana.

Tanpa ada pergerakan sedikit pun untuk pergi meninggalkan tempatnya.

"Tapi Sus--"

"Mohon tunggu di luar. Biarkan dulu Dokter memeriksa pasien."

Dengan sedikit rasa keterpaksaan, akhirnya gadis itu mundur beberapa langkah. Hanya menatap lurus ke arah Hana yang sedang berada dalam penanganan dokter. Sebelum akhirnya, pintu tersebut tertutup rapat dan membuatnya hanya bisa menatap daun pintunya saja.

Beberapa detik lamanya, Qinan berdiri di depan pintu ruangan tempat Hana dirawat. Dengan perasaan yang tak menentu. Lalu setelah itu, ia beranjak dan duduk di kursi tunggu.

Hembusan napasnya terdengar sangat berat. Menyiratkan makna akan adanya rasa takut yang begitu besar. Gadis itu mengusap wajahnya gusar. Hatinya kian semakin tak tenang.

Rasa kesepian dan kesendirian juga kian terasa. Mengingat tak ada kehadiran sosok gadis yang sangat ia sayangi. Sosok adik yang saat ini ia rindukan.

Qinan mendongakkan wajahnya ke atas -- membuat air mata menetes dan mengalir dari kedua ekor mata indahnya. Cobaan yang Tuhan berikan padanya kian terasa sangat besar.

Rainie ( END )Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα