Part 18|

150K 9K 153
                                    


Hari telah berganti. Seperti apa yang dikatakan Ryszard, kemarin malam ia pulang terlambat dan lagi-lagi mendapati istrinya tengah tertidur pulas tentunya di kasur bukan di sofa. Karena Ryszard telah menyuruh orang untuk memindahkan sofa itu.

"Tumben kamu sudah bangun." Suara itu mengagetkan Nea yang sedang mencuci mukanya di wastafel. Pagi ini entah ada angin apa Nea bangun sangat pagi, bahkan lebih pagi dari Ryszard biasanya.

"Astaga!" Pekik Nea kaget mendengar dan melihat sesosok ada di belakang nya melalui cermin besar dihadapan nya.

"Bapak ngagetin aja deh!" Gerutu Nea berbalik kearah Ryszard.

"Kamu tidak menjawab pertanyaan saya."

"Ya gak tau pak, tiba-tiba saya kebangun." jawab Nea apa adanya.

"Kamu kemarin benar tidak menunggu saya?" Tanya Ryszard menggeser Nea sambil mengambil sikat dan pasta gigi.

"Iya, kan bapak sendiri yang bilang buat gak nungguin dan tidur duluan."

Nea sangat tidak peka. Padahal niat Ryszard mengabarinya pulang malam kemarin dan bilang supaya Nea tidak menunggunya dan tidur lebih dulu adalah sebuah kode untuk Nea tidak tidur dulu sebelum ia pulang. Entah lah, di posisi ini siapa yang salah. Ryszard tak bicara sejujur nya apa yang ia mau atau Nea tak peka dengan kode yang diberikan Ryszard.

Di meja makan.
Seperti sebelum nya setiap pagi rutinitas mereka adalah sarapan bersama.

"Saya sudah mendaftarkan kamu di salah satu universitas." Ucap Ryszard tiba-tiba desela makan nya.

"Uhuk-uhuk." Nea tersedak mendengar nya.

"A apa? Maksud bapak saya harus kuliah?" Tanya Nea sedikit meninggikan suaranya karena masih syok . 

"Hm." jawab Ryszard dengan deheman singkat.

"Gak bisa gitu dong pak! Saya gak mau kuliah." ujar Nea lalu meletakkan sendoknya.

Seharusnya Nea senang seperti perempuan pada umumnya yang seusianya. Karena di usianya yang belum genap dua puluh tahun, perempuan diluar sana sedang menjalani pendidikan sebagai mahasiswa. Tapi berbeda dengan Nea yang menolak itu mentah-mentah.

"Kenapa kamu tidak mau?" Tanya Ryszard.

"Saya udah capek. Menurut saya sukses gak harus kuliah, lagi pula kenapa bapak tiba-tiba daftar in saya kuliah tanpa bilang ke saya?" Selain Nea malas ia juga memikirkan kedepan nya nanti. Mungkin sekarang Ryszard yang akan membiayainya kuliah tapi nanti jika mereka berpisah siapa yang akan membiayainya, sedangkan saat ini Nea tak bekerja.

Ryszard pikir, Nea akan lebih senang jika ia kuliah. Karena itu akan membuat nya memiliki pengalaman dan mungkin akan menambah teman barunya, juga bisa dijadikan kegiatan sehari-hari dari pada dia diam dirumah.

"Saya tidak mau orang-orang berpikir saya tidak bisa cari istri. Karena mempunyai istri yang hanya lulusan SMA." kata Ryszard dengan pedas, walau itu bukan lah kenyataan nya. Ia lagi-lagi tak mau menurun kan harga dirinya. Sebenarnya ia tak akan pusing dengan omongan orang diluar sana tentang Nea, namun yang ia kawatir kan jika Nea lah yang akan terkena dampak dari itu.

Nea diam tak menjawab apapun. Hati nya sedikit tersenggol saat Ryszard mengatakan hal itu. Tapi semua itu kan memang fakta, jika Nea hanya gadis lulusan SMA. Dia mencoba berpikir, sebenarnya tidak ada ruginya jika dia kuliah namun ia terlalu malas untuk berpikir lagi setelah beberapa waktu lulus SMA.

"Pokoknya mau tidak mau kamu harus kuliah. Dan nanti akan ada seseorang yang menemanimu belanja keperluan kuliah." Ucap Ryszard final.

Setelah itu mereka melanjutkan acara makan nya yang sempat tertunda karena perdebatan tadi.

Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Where stories live. Discover now