Part 17|

146K 9.8K 459
                                    


Pagi ini kegiatan Nea dan Ryszard diawali dengan sarapan pagi yang cukup tenang setelah keributan kecil di pagi hari yang cukup menguras tenaga.

Suasana cukup sunyi karena mereka tak saling mengobrol, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu, tak berselang lama sarapan pagi mereka selesai namun belum beranjak dari duduk masing-masing. Sampai pada saat Emrik datang dengan membawa beberapa paperback.

"Selamat pagi" ucap Emrik menghampiri pasutri yang sedang sarapan itu.

"Pagi," balas Nea dengan senyuman di bibirnya, sedang kan Ryszard hanya mengungkapkan kepalanya.

"Anda mau sarapan, Pak Emrik?" Tawar Nea basa-basi kepada Emrik.

"Tidak, terimakasih nona. Saya tadi sudah sarapan dijalan." Tolak Emrik.

"Apa yang saya pesan sudah kamu bawa?" Tanya Ryszard kepada Emrik.

"Ah sudah pak, ini." jawab Emrik seraya memberikan paperback itu pada Ryszard.

Ryszard menerimanya lalu memberikan nya pada Nea. Nea hanya menatapnya dengan tanda tanya di raut mukanya.

"Buka saja!"

Dengan hati-hati Nea pun membukanya. Mulutnya refleks  terbuka lebar saat mendapati ponsel yang selama ini ia impikan ada didalam sana. Tangan nya bergetar saat mengambil kotak ponsel itu dari paperback. Masih belum selesai ketakjupan nya, Nea di buat melongo lagi dengan keberadaan ponsel lain di paperback. Nea mengeluarkan nya satu persatu, dan dihitung nya ada empat buah ponsel disana dengan berbagai warna.

"I ini punya siapa pak?" Tanya Nea dengan suara bergetar.

"Itu untukmu" jawab Ryszard dengan santai. Nea menutup mulutnya tak percaya.

"Apa? Yang bener aja pak untuk apa saya ponsel sebanyak ini? Lagi pula kenapa bapak beli ponsel kayak beli gorengan aja, beberapa biji." cerocos Nea.

"Saya tidak tahu warna apa yang kamu suka. Jadi saya menyuruh Emrik membeli semua warna." jawab nya.

Emrik juga tidak habis pikir dengan teman sekaligus tuan nya itu yang menyuruh nya membeli ponsel semua warna, tapi itu sudah mending karena tadinya Ryszard ingin membeli semua jenis ponsel terbaru hanya untuk istrinya.

"Saya pilih yang ini aja pak." ucap Nea mengambil ponsel yang berwarna gold. Ryszard pun menganggukinya.

"Jadi yang lain buat apa dong?" Tanya Nea.

"Terserah kamu."

"Terserah saya ya? Hm dikasih buat siapa yaa??" Gimana Nea bertanya kepada dirinya sendiri.

Nea sempat berpikir akan mengirimkan dua posel ke kampung untuk kedua adiknya, namun ia urungkan karena takut jika ibu dan adik nya curiga padanya, mana mungkin Nea bisa membeli ponsel semahal itu.

"Saya berangkat dulu," ucap Ryszard berdiri dari tempatnya dan mengambil tasnya yang tidak jauh dari sana.

"Eh pak tunggu!" Cegah Nea saat Ryszard meninggalkan nya begitu saja.

"Kenapa?"

Nea mengambil tangan Ryszard tanpa permisi dan menyalaminya seperti seorang istri kepada suami pada umum nya, dengan senyuman tentunya.

"Cuman mau salim aja." ucap Nea saat selesai bersalaman.

Ryszard tertegun, walau itu bukan pertama kalinya Nea menyalaminya. Lalu ia mengambil dompetnya dari sakunya dan menyerahkan Black card ketangan Nea.

"Tidak ada penolakan!" Ryszard mengucapkan itu sebelum Nea menolak nya.

"Tapi saya nggak perlu ini pak. Kalau bapak mau ngasih saya, uang aja biar gampang. Hehehe..." ucap Nea di akhiri dengan cengiran.

Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant