Part 12|

149K 8.9K 146
                                    



"Bagaimana keadaan mu bro?" Tanya Tino sebiasa mungkin, padahal ia sedang menahan tawanya.

"Sudah lebih baik." Jawab Ryszard bohong di hadapan Nea, padahal memang dirinya baik-baik saja dari kemarin. Tino menganggukan kepalanya lalu menatap Nea yang berdiri tak jauh dari sana.

"Sepertinya suami mu sudah boleh pulang, kakak ipar." ujarnya kepada Nea.

"Oh syukurlah" jawab Nea yang merasa senang karena penderitaan nya akan segera berakhir, setelah berhari-hari merawat suaminya yang cukup cerewet dan super manja. "Tapi ngomong-ngomong jangan panggil aku dengan sebutan kakak ipar," ucap Nea kepada ino karena ia tak nyaman dengan panggilan itu.

"Lalu aku harus memanggilmu apa? Kan kamu memang istri dari sahabatku yang sudah ku anggap sebagai kakak."

"Apa aku terlihat se tua itu?" Tanya Nea.

"Oh tentu saja tidak, bahkan kau masih sangat muda dan cantik. Jika kau tidak menikah dengan sahabatku mungkin aku yang akan melamarmu untuk jadi istriku." ucap Tino menyeringai seraya melirik Ryszard yang terlihat memerah menahan gejolak amarah nya.

"Kalau begitu panggil aku Nea saja."

"CUKUP! Apa kalian tak sadar jika ada orang lain di antara kalian?" Suara bariton Ryszard menghentikan obrolan antara Nea dan Tino, lalu menatap tajam ke arah Tino yang sengaja memanas-manasinya. Ia merasa tak di anggap disini, bisa-bisanya mereka hanya mengobrol berdua padahal ada Ryszard di antara mereka.

Ryszard tampak tidak suka terhadap sikap sahabatnya itu yang mencoba sok akrab dengan istrinya. Dan bahkan mungkin ia iri karena tak pernah mengobrol se santai itu dengan istrinya.

"Calm down bro, aku hanya ingin berbicara dengan istrimu. Tidak mungkin aku berani merebutnya dari mu" ucap Tino menenangkan sahabatnya itu yang terlihat marah kepada nya.

Sepertinya cuaca sedang tidak bersahabat untuk Tino sekarang, dari pada ia terus disini dan menjadi santapan harimau yang lapar lebih baik segera pergi.

"Sepertinya aku harus memeriksa pasien ku yang lain, dan untuk kau kakak ipar, kau bisa menghubungiku jika ada yang ingin kau tanyakan." Ucap Tino yang mendapatkan tatapan tajam dari Ryszard. "Ah maksud ku jika ada yang ingin kau tanyakan tentang suami mu, Nea." Ralat Tino.

"Tentu," jawab Nea dengan senyum manis nya. Lagi-lagi Ryszard merasa iri karena Nea tak pernah memberikan senyuman semanis itu untuk dirinya, yang ber-status sebagai suaminya.

Sepeninggalan Tino dari ruangan itu, Nea langsung menawarkan barang-barang Ryszard dan memasukkan ke koper sambil menunggu Emrik menjemput mereka.

"Sepertinya kau sangat menikmati obrolan bersama sahabatku" ujar Ryszard tiba-tiba.

"Hm, dia sepertinya orang yang baik dan yang penting dia orang yang ramah juga hangat." sahut Nea yang masih merapikan barang-barang Ryszard ke koper.

'Apa-apaan ini? Dia memuji laki-laki lain di depan ku? Awas saja kau!' Batin Ryszard, marah.

"Aku tidak suka kamu dekat dengan nya." ucap Ryszard tanpa menatap Nea dan malah mengarahkan pandangan nya ke jendela.

"Memangnya kenapa? Tetapi dia terlihat seperti orang baik." Jawab Nea memancing Ryszard.

"Tentu saja aku tidak suka karena aku suami mu" ucap Ryszard spontan.

Shit!

Keceplosan!

Apa mungkin Ryszard sudah mulai tertarik pada Nea? Sepertinya begitu. Tapi apakah secepat itu? Secara kan Ryszard dan Nea baru saja kenal mungkin satu bulan lalu. Namun dari awal pernikahan itu kan di rancang untuk balas dendam pada kimberly semata, ternyata tuhan berkehendak lain dan memunculkan perasaan itu di hati Ryszard sehingga dirinya tidak suka jika Nea di lirik apa lagi berbicara dengan pria lain.

"Apa? Bukankah kita menikah untuk bercerai pak?" Tanya Nea yang sedikit terkejut saat kata-kata itu terlontar dari mulut suaminya. "Lagi pula saya hanya mencicil saja untuk jaga-jaga jika suatu hari kita berpisah, saya tidak lama-lama menjomblo." ucap Nea dengan enteng nya sambil membereskan barang yang terletak di nakas samping tempat tidur.

Mencicil? Memangnya hutang?

Mendengar itu emosi Ryszard semakin naik hingga ke ubun-ubun, lalu menarik tangannya hingga tubuhnya terpental kepadanya yang tengah duduk dan bersandar di brankar rumah sakit.

Jarak antara mereka berdua sekarang sangat lah dekat hingga Nea dapat merasakan hembusan nafasnya yang ber aromakan mint.

Wajah Ryszard kini semakin mendekat ke wajah Nea dan- cup.

Bibir mereka menempel hingga membuat Nea melotot kaget. Sedangkan Ryszard merutuki dirinya sendiri di dalam hati, karena kelepasan mencium gadis yang berstatus sebagai istrinya itu. Tapi mau bagaimana lagi, bibir mereka sudah terlanjur menempel. Dari pada nanggung menurut Ryszard sebaiknya ia melanjutkannya saja toh tidak ada salah nya ia mencium istrinya sendiri.

Setelah lama berpikir dengan posisi bibir menempel, akhirnya Ryszard membuka mulutnya dan melumat bibir merah jambu itu.

Nea semakin di buat kaget dengan perilaku suaminya yang menurutnya jauh dari bisanya. Ciuman itu terasa menuntut bagi Nea hingga ia sejenak berhenti bernapas dan terpaku, seolah sedang mencerna apa yang sedang terjadi di antara mereka. Ryszard menggigit kecil bibir ranum itu hingga terbuka dan lidah nya menyusup ke dalam.

Nea masih terpaku, hatinya ingin sekali mendorong tubuh pria itu lalu menamparnya. Namun tubuhnya berkata lain, seolah menerima apa yang di lakukan pria yang ada di hadapan nya.

Ceklek

Suara pintu terbuka lebar menampilkan sesosok yang tadinya mereka tunggu, yaitu Emrik sang sahabat sekaligus asisten pribadi Ryszard. Yang membuat dua orang yang sedang berciuman itu kaget, refleks Nea melepaskan pangutan itu dari Ryszard dan-

"Plak" satu tamparan mendarat di pipi mulus Ryszard.

Emrik melotot melihat Ryszard di tampar oleh istrinya nya sendiri. Tapi ia diam saja tak ingin ikut campur masalah rumah tangga mereka. Tapi di dalam lubuk hati Emrik terselip tanda tanya besar, mengapa Ryszard mencium Nea? Padahal ia tahu persis sebab akibat  menikahi Nea.

Ryszard memegangi pipinya yang terasa panas dan memerah akibat tamparan dari istrinya. Sedangkan Nea, ia masih syok dengan kejadian barusan. Ciuman pertamanya direnggut begitu saja tanpa permisi, walaupun Ryszard adalah suaminya. Namun ia tidak mencintainya, apa lagi kejadian itu terpergok oleh Emrik.

"Berani sekali kamu menampar saya!" Geram Ryszard.

"Bapak yang kurang ajar, berani-beraninya mencuri ciuman pertama saya!" Sungut Nea tak kalah geram nya.

Emrik yang menyadari peperangan pasutri itu segera mengucapkan permisi dan keluar dari ruang rawat itu. Sepertinya ia datang di saat yang tidak tepat.

Setelah kepergian Emrik Ryszard bangkit dari duduk nya lalu berjalan mendekat ke arah Nea dengan tatapan yang mengerikan menurutnya.

'Oh tidak, ya tuhan selamatkan hamba mu ini' jerit Nea dalam hati seraya menggigit bibirnya.

'Apa aku melakukan kesalahan dengan menamparnya? Kenapa dia sangat terlihat menakutkan?'

Ryszard semakin mendekat dan Nea semakin mundur hingga tubuhnya terbentur tembok.

Nea mencoba menghindar,namun ia kalah cepat. Kedua tangan Ryszard sudah menguncinya di tembok. Ia hanya bisa meneguk salivanya,takut.

"A apa yang akan bapak lakukan?" Tanya nya dengan nada yang bergetar ketakutan.

"Menurut mu?" Ryszard menyeringai, sepertinya ia berhasil menakut-nakuti nya. "Kau sudah berani menampar ku, padahal aku hanya mencium mu." ucap nya tepat di telinga Nea. Merinding, itu lah yang di rasakan Nea saat napas hangat Ryszard berhembus di sekitar telinga dan lehernya.

Cut!

Sampe disini dulu ya, nanti kalau vote dan komen nya kenceng aku bakal langsung lanjutin.








Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Where stories live. Discover now