Ke-29: Lamaran (katanya)

373 63 20
                                    

"Sudah siap?"

"Ih, sebentar Mas ... akunya belum siap, bentar lagi deh ... ini sakit banget, duh!"

"Mana? Sini saya bantu."

"Ih, pelan-pelan, Mas! Sakit ... kalo berdarah gimana? Susah banget di copotnya."

"Ya kenapa juga kamu suruh saya buat masukin ini? Jadinya kayak begini, kan?"

"Enggak lagi deh, Mas ... nyesel aku!"

Suga hanya mendengus kasar, kemudian menarik kembali cincin yang tengah macet di jari telunjuk Umji.

Lagian, sudah tidak masuk, masih di paksakan untuk di pakai. Memang ada-ada saja.
"Ih, Mas jahat banget ... sakit tau!"

Masa bodoh, Suga tidak peduli dengan rintihan wanita di hadapannya ini. Masih fokus dengan benda yang berada di jari Umji tersebut.

"Enggak mau tau, nanti kalo nikahan atau lamaran, enggak mau pakai cincin, deh!"

Mendengarnya, Suga kemudian mendongak, menjeda kegiatannya yang tadi. Kenapa perkataan Umji itu ... Terasa seperti memberikan kode kepadanya?

"Nah, sudah selesai." Umji menunduk, kemudian tersenyum lebar ketika benda 'laknat' tersebut sudah benar-benar terlepas dari jari manisnya.

"Makasih, Mas!"

"Iya, sana pergi siap-siap ...."

Umji mengangguk, kemudian segera menuju meja rias dan memasukkan benda-benda yang memang dia butuhkam ketika di sekolah nanti.

Lipstik salah satuhnya, katanya sih ... Kalau sudah makan siang di kantin, tinggal di pakai kembali.

Setelah memasukkan beberapa benda yang akan di butuhkan, wanita itu kemudian menoleh, dan menyipitkan kedua mata ketika melihat Suga yang kini tengah bersandar di gapura kamar.

"Eh, Mas ... lagi ngapain? Tunggu aja di bawah," ucapnya yang hanya di jawab oleh gelengan.

"Cepat, saya masih sabar menunggu kamu ... kenapa wanita itu harus lama-lama sekali jika bersiap, sih?"

Umji mengangguk, kemudian berjalan di belakang Suga yang lebih dulu menuju ke garasi. Katanya, sekarang pergi ke sekolah memakai mobil, karena takut ketahuan yang lain, mereka memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali.

Seraya menunggu suara klakson mobil, yang mengisyaratkan dirinya untuk segera masuk ke dalam mobil tersebut, Umji kemudian merogoh ponsel di dalam tas nya.

Membuka aplikasi kamera dan mulai mengarahkan ke wajah.

"Ih, enggak salah pakai gaya rambut kayak gini ... cantik banget ya, aku ini?"

Ckrek

Ckrek

Dua kali terdengar suara kamera itu, kemudian membuat senyumnya mengembang, ketika melihat hasil jepretannya kali ini lebih bagus dari biasanya.

"Kalau aku post di Instagulapasir, kira-kira dapet hati berapa, ya? Lima puluh? Enam puluh? Atau ... mungkin seratus?"

Pemikirannya seketika buyar, ketika mendengar suara klakson mobil Suga di luar sana. Membuat wanita itu segera kembali memasukkan ponsel ke dalam tas, dan menghampirinya.

Pokoknya nanti harus di post di sosial media, supaya pengikut akun Umji menjadi banyak, hehehe ....

•••

"Mas, gimana dong, kalau ketemu sama Mas Vernon? Soalnya ... dia kemarin komen di Instagulapasir-ku."

Umji sekarang sedang mengeluh kepada Mas kesayangannya. Yang di tanya hanya mengedikkan kedua bahu, dan masih fokus kepada lurusnya jalanan.

Seakan tidak menyukai balasan dari Suga, wanita itu akhirnya lebih memilih ikut mengabaikan pria di sampingnya.

Lagi pula, Suga juga tidak mau membantunya, kan?

Jahat memang!

"Ya, nanti saya yang bantu kamu bicara dengan Vernon." Umji menoleh, kemudian dengan cepat wanita itu menggelengkan kepala. "Gimana kalau nanti Mas Vernon---"

"Itu urusan saya, yang nanti kamu tahu, Vernon sudah tidak mengangkut masalah kemarin lagi."

Umji mengernyitkn dahi, namun kemudian lebih memilih mengangguk patuh. "Oh iya, kamu suka gelang?"

Yang ditanya kemudian menoleh, masih sedikit bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh pria di sebelahnya. "Iya ... kenapa? Oh, Mas mau beliin aku gelang ya?" seketika wajahnya menjadi berbinar.

Suga mengangguk. "Ya ... nanti, kalau saya sudah benar-benar siap."

"Eh? Maksudnya ... gimana? Memangnya, kalau mau kasih gelang ke orang lain, harus tunggu siap dulu?"

Mendengarnya, pria berkulit putih pucat itu kemudian terkekeh pelan. "Ini perihal, dan artinya berbeda, Dek ... ini bukan memberikan gelang tanpa ada artian apapun."

Umji mengernyitkan dahi.

Entahlah, ini yang salah otaknya, atau memang Suga yang berbicara dengan tidak benar?

Sulit sekali untuk di pikirkan di otak.

Kalau begitu ... Saya kasih gelang di hari lamaran kita, apa dia suka?

.
.
.

Bersambung ....

A/n: Siapa? Siapa yang mau di lamar siapa? Masnya ngegas banget :")

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

See you!

GULA PASIR [UMGA/SUMJI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang