Ke-5: Kesayangannya Mas

479 82 1
                                    

"Tumben banget berangkatnya bareng sama Suga, Ji?" tanya Yerin yang baru saja datang bersamaan dengan Umji, keduanya bertemu di parkiran motor tadi. Yang ditanya hanya tersenyum. "Tadi, enggak sengaja aja ketemu dijalan, Kak ... jadinya bareng, deh."

Umji memang bohong, kata Suga, jangan diberitahukan kepada siapapun soal mereka tinggal bersama, takut berpikiran aneh-aneh. Padahal, aneh-aneh apa coba?

Segala harus cuek di rumah pagi tadi, lagi ... Mendengar jawaban dari Umji, wanita itu hanya membulatkan mulut dan ber'oh'ria.

"Yaudah, Kak ... ayo cepetan ke kantor, lagian juga, ini aku kenapa bisa-bisanya sih berangkat agak telat begini?" ajaknya yang hanya dijawab kekehan oleh Yerin. Ini semua dikarenakan oleh Suga, pria itu segala ingin pergi ke toilet sebentar dan berakhir dengan keduanya sedikit telat menuju sekolah.

Untung saja, ada Yerin juga yang telat. Jadi, Umji tidak telat sendiri, hehehe ....

Keduanya sampai di ruangan kantor untuk guru, Yerin dan Umji duduk di mejanya masing-masing dan segera meletakkan tas yang dia kenakan. "Sekarang ngajar di kelas mana, Ji? Siapa tahu jadwalnya kita samaan, kan?"

Umji menoleh kesamping, menatap Yerin lalu tersenyum. "Aku ngajar di kelas 7-L, Kak ... palingan cuma kasih materi aja, dikasih latihan, minggu depan ulangan harian." Yerin mengangguk, lalu kembali membuka suara. "Jam keberapa?"

"Jam ke-3, jam pertama juga aku harusnya ngajar di kelas 8, tapi ada perubahan jadwal, Kak ...." lagi-lagi Yerin hanya mengangguk untuk menyahuti.

Suara bel sekolah berbunyi, Yerin segera merapihkan buku paket yang akan menjadi bahan untuk mengajarnya sekarang, wanita itu melirik sebentar kearah Umji untuk berpamitan pergi mengajar, dan hanya dibalas anggukan oleh sang empu.

Waktu luang masih tersisa, Umji memutuskan untuk mengecek kembali absen siswa dan siswi kelas 7-L, takut ada kesalahan. Tidak berselang pama, birama seseorang yang familier di pengdengarannya membuat wanita itu mendongak.

Disana ada Suga, yang tengah berjalan bersama dengan Jennie menuju kantor seraya berbincang ria. Umji mendengar semuanya.

"Mas, emangnya enggak keberatan?"

"Keberatan bagaimana?"

"Ya, gini Mas ... nanti kalau aku pulang bareng sama Mas, kamu enggak capek apa harus muter dua kali?"

"Tidak apa-apa, saya hanya ingin meminta maaf kepadamu saja untuk perihal tadi, lewat mengantarkanmu pulang."

"Makasih, ya, Mas!"

Ketika melihat kedua sang pemilik birama, Umji melamparkan pandangan kearah lain, lebih tepatnya kearah Vernon. Untuk memastikan dilihat orang, bahwa wanita itu memperhatikan Vernon, bukan menguping pembicaraan Suga dan Jennie.

Padahal, Suga sudah berjanji kepadanya untuk pulang bersama. Tapi, nyatanya pria itu malah berencana mengantarkan Jennie pulang. "Umji ...." Merasa namanya terpanggil, Umji mendongak dan mendapati Suga yang berada di hadapannya.

"Eh, iya ada apa, Mas?"

Helaan napas bisa didengar olehnya. "Maaf ... sepertinya, saya tidak bisa pulang bersama denganmu. Tapi, kalau bersedia menunggu, saya mungkin bisa mengantarmu pulang, bagaimana?"

Umji tersenyum, menggelengkan kepala. "Enggak, Mas ... maksudku ... kenapa bukan aku yang duluan di anter pulang aja? Baru Mas anterin Bu Jennie?" pria itu melebarkan mata, seakan terkejut ketika Umji mengetahui rencananya untuk mengantarkan Jennie pulang. "Maaf ... tidak bisa, kaki Jennie terkilir gara-gara saya jadi--"

"Iya enggak apa-apa, deh Mas! Masih belum pulang juga, masih lama ... kenapa harus dibicarakan sekarang, sih? Kalau emang enggak mau, aku bisa naik angkutan umum aja," potong Umji seraya fokus kembali kearah layar komputer. Perdebatan keduanya mengundang tatapan aneh dari Vernon, sedari tadi pria bule itu mendengar pembicaraan keduanya, dengan dahi yang sedikit berkerut.

•••

Sekarang, Umji, Eunha, Yuju, dan Yerin tengah duduk bersama di kantin sekolah, untuk mengisi perut mereka yang kosong. "Ah ... iya, aku lupa ... ternyata udah istirahat berlangsung, aku ngajar lagi, ya ...."

Mendengarnya, Umji ikut menyahut. "Memangnya, Kak Eunha ngajar di jam kedua?" Eunha mengangguk, seraya melahap makanan yang berada di hadapannya.

Umji hanya mengangguk, kemudian kembali menatap makanannya, hanya menatap, enggan untuk memakan. Dia masih kesal dengan sikap Suga tadi, kenapa sangat perhatian banget sama Bu Jennie? Padahal ... Mereka juga kayaknya emang enggak ada hubungan apa-apa.

Kecuali, kalo memang belum dan akan menjadi. Semoga saja tidak.

Kenapa Umji merasa, kalau Jennie itu bagaikan kesayangannya Suga? Selalu di prioritas pertamakan oleh pria itu. Jangan bilang, kalau Suga itu tertarik dengan Jennie. Kalau itu memang benar, sudah di pastikan ... Mungkin akan menjadi hari patah hati nasional bagi Umji.

Yerin yang menyadari keanehan dari Umji, wanita itu kemudian mengelus pundak Umji pelan, sehingga membuat sang empu menoleh kearahnya. "Ada apa, Kak?"

"Enggak, enggak ada apa-apa, justru kamu yang ada apa? Kenapa diem aja?" menyadari pertanyaan Yerin beralih kemana, Umji hanya tersenyum kecil. "Enggak apa-apa, Kak ... lagi gak ada mood buat makan aja, hehehe ...."

Yerin mengangguk untuk mengerti, susah sekali jika harus mempercayai Umji. Lantaran, wanita ini sangat hobi sekali makan. Tidak mungkin hanya karena mood jadi mogok makan seperti ini.

Ah, tapi Yerin tidak berpikir aneh-aneh, mungkin Umji tidak ingin menceritakan masalahnya. Itu privasi, biarkan saja, yang terpenting Umji masih aman dalam pengawasannya.

Sedangkan Umji, dia masih saja bergelut dengan pemikirannya tentang hubungan Suga dan Jennie. Huh ... Jangan sampai Umji tidak berkonsisten mengajar, hanya karena memikirkan Suga dan Jennie.

.
.
.

Beraambung ....

A/n: Haloo 😂

Aku kembali muncul disini, untuk double update ☺

#HaripatahhatinasionalUmji

Hastagnya milik Umji 😂

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

See you!

GULA PASIR [UMGA/SUMJI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang