Ke-16: Memutuskan untuk pergi

409 65 7
                                    

Ternyata ... Update dengan selang-seling itu enak, ya? Jadi lebih fresh ke otak, dan ide lancar bangetttt 😂😂😂

.
.
.
.
.

"Kamu mau kemana, Dek?" Satu pertanyaan singkat yang membuat Umji segera mendongak, namun setelahnya kembali acuh tidak acuh.

Hanya jawaban simpel yang bisa di dengar oleh pria itu. "Aku mau pergi." Suga mengerutkan dahi, menatap wanita yang sudah beberapa minggu tinggal di rumahnya itu dengan tatapan aneh.

Ada yang berbeda dari Umji biasanya ... Sekarang, wanita itu memilih pergi dari rumah. Memangnya ... Mencari tempat tinggal itu mudah, seperti melemparkan batu ke sungai.

"Kamu mau tinggal dimana? Saya ingatkan saja, mencari tempat tinggal itu sangat sulit ... saya tidak yakin juga, mungkin beberapa jam lagi kamu akan kembali ke rumah ini," ucapnya yang membuat Umji kembali menoleh kearah Suga.

Cih ... Kenapa pria di hadapannya ini songong banget, sih? Mendengar itu, Umji hanya memutar bola mata malas.

Kenapa Suga tidak mengehentikan dirinya, dan menjelaskan semua kejadian tadi? Minta maaf saja, tidak ....

"Emangnya peduli Mas sama aku itu, apa? Jadi ... terserah aku, dong! Mau pergi kemana aja juga itu hakku!" Suga mengangguk, yasudah ... Kali ini, pria itu akan mengalah.

Sanga sulit jika harus menghentikan aksi Umji, wanita itu keras kepala ... Jadi, biarkan saja dulu seperti itu, lagipula jika nanti Umji akan kembali ke rumahnya, Suga akan dengan besar hati membukakan pintu.

Tidak bermaksud apa-apa ... Hanya kasihan saja melihat Umji seperti itu, apalagi jangan dilupakan jika Umji mirip sekali dengan sosok Yewon. Adik yang sangat ia sayangi.

Suga masih menatap dan memerhatikan Umji yang masih sibuk memasukkan pakaian kedalam koper, sedangkan pria itu masih saja berdiri di ambang pintu seraya melipat tangan di dada.

"Kalau kamu mau kembali kesini, silahkan saja ... saya juga sudah menyuruh Bi Inah--"

"Pokoknya, aku enggak akan tinggal disini, lagi! Titik!" Suga hanya mengangguk pasrah, yasudah ... Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang.

Apakah tebakan Suga jika Umji akan
kembali itu benar? Atau ... Sebaliknya?

Umji segera memasukkan beberapa pakaian untuk kerja, pakaian tidur, dan barang-barang yang selama ini ia bawa ke rumah milik teman sepekerjanya.

"Ngomong-ngomong, alasanmu pergi dari sini itu apa, Dek?" Umji masih tidak ingin menjawab, sebenarnya sudah ingin menjawab ... Namun wanita itu berusaha untuk menutup mulut.

Supaya seperti terkesan dingin, dan cuek. Lagipula ... Masa Suga tidak tahu alasannya pergi?

Umji pergi karena sudah merasa aneh, dulu ... Prinsipnya memang seperti "Jika ada yang gratis, kenapa tidak?" sekarang sudah bukan lagi seperti itu.

Percuma gratisan, tapi jika Suga masih belum membuka hatinya untuk Umji. Ayolah ... Kurang cantik apalagi Umji itu? Mungkin jika dibandingkan dengan Jennie ... Wanita itu lebih cantik darinya.

Tapi, seharusnya Suga tahu ... Disini, Umji juga mencintai pria itu. Iya, sudah tahap kedalam mencintai, bukan suka lagi. "Aku pergi ya, Mas ...," ujarnya lirih dan segera melewati batang tubuh milik pria itu.

Suga mengangguk, kemudian menoleh menatap punggung Umji yang mulai menjauh dari pandangannya.

Yasudah, terlihat juga jika Umji memang serius dengan perkataannya. Pria itu merogoh ponsel, dan menelpon salah satu teman akrab Umji, Yerin.

Suga hanya menyampaikan, jika malam ini izinkan Umji untuk tidur di rumahnya, dan tinggal sementara. Memang, Yerin sedikit bingung dengan ini, namun Suga berjanji akan menceritakan semua.

"Baiklah ... aku akan menelpon Umji, bye!"

Tuut

Panggilan sudah terputus, Suga beniat untuk melangkahkan kaki dan pergi dari kamar tamu--yang kemarin-kemarin menjadi tempat untuk Umji.

Tapi, langkahnya terhambat, ketika mendengar birama nada dering telpon dari kamar ini.

Suga menoleh, kemudian meneguk salivanya kasar. Sial ... Umji pergi dan melupakan ponselnya.

•••

Kalau ditanya apakah Umji kesal saat ini? Jawabannya adalah tentu saja, iya!

Sudah malam, cuaca seperti akan turun hujan, suhu yang dingin, bahkan Umji tidak memakai baju hangat, dan menarik koper.

Tujuannya tidak tentu, Umji mungkin bisa saja pergi ke penginapan, tapi dia merasa asing, sebelumnya wanita itu belum pernah pergi ke penginapan.

Apalagi, tidak ada toko makanan yang buka, tentu saja ... Udah malam juga, kok ... Umji mulai mengomel kepada dirinya sendiri.

Memang benar, pergi dari rumah tapi kenapa harus malam-malam begini? Benar kata Bundanya dulu, Umji memang bodoh, tidak punya otak, gila, cerewet, pemarah, dan cengeng.

Karena bingung, wanita itu segera duduk di depan salah satu toko dan menutup wajah dengan kedua tangan.

Isakan mulai terdengar, Umji memang cengeng ... Tapi, hanya Suga yang tahu fakta itu, jika dia sedang kalut ... Kejadian ini pasti terjadi, ya ... Menangis.

Mencoba mencari-cari ponsel juga tidak ada, bodohnya jika Umji meninggalkan ponsel diatas tempat tidur, rumah milik Suga.

Sekarang Umji hanya bisa merutuki sendiri, salah sendiri menjadi orang yang ceroboh!

Seketika ... Salah satu suara membuatnya bergidik ngeri, dan dengan perlahan segera menatap seorang pria dari sela-sela jarinya.

"Sendirian saja, cantik?"

.
.
.

Bersambung ....

A/n: Umji udah cinta, bukan suka lagi ... Mas Suga enggak peka banget sama si Dedek 😭

Kira-kira, siapa orang yang ngomong terakhir itu?

Sengaja ... Aku gantungin kalian di pohon toge :")

😂

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

See you!

GULA PASIR [UMGA/SUMJI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang