Ke-8: Bukan pink, merah jambu!

432 84 17
                                    

Sebenernya, malesin juga kalau harus seperti ini. Ternyata benar kata Yerin, di komplek dekat rumahnya memang ada kasus pembunuhan.

Masalah satu belum selesai, sekarang ditambah dengan masalah ini. Tadinya, Umji tidak ingin pergi ke rumahnya kembali, benci melihat batang tubuh Ayah tiri itu, tapi bagaimana lagi?

Bunda baru saja mengirimkan pesan kepada Umji untuk kembali ke rumah.

Entah siapa

Entah siapa
Kembali kamu ke rumah! Enggak usah malu-maluin saya karena kamu jadi gelandangan!

Kira-kira, seperti itulah pesannya. Padahal, Umji juga memiliki pekerjaan. Untuk apa jadi gelandangan? Jika masih memiliki tabungan di bank dan juga diberikan tempat tinggal gratis oleh Mas kesayangannya.

Mau tidak mau, Umji harus pergi ke kamar Suga, untuk meminta izin kepada pria itu. Tangannya mengetuk beberapa kali kepada gapura kamarnya.

Tidak lama, pria berkulit putih pucat, yang sudah mengenakan piyama tidur berwarna pink dan juga bergambar hello kitty itu keluar dari kamar dengan raut wajah bingung.

Melihat itu, Umji ingin tertawa, namun ia tahan, bisa dilihat jika Suga juga belum sadar sepenuhnya. "Mau apa kamu ke kamar saya?"

"Eh? Anu ... itu, Mas ... aku mau izin pulang sebentar ke rumahku yang dulu, Bunda marah-marah nyuruh pulang." Matanya menjadi melebar, mengangkat sebelah alis, nyaris membuat Umji sedikit bingung juga.

"Nanti, kalau kamu ketemu si pria tua itu?"

Umji tersenyum kecil. "Aku 'kan cuma sebentar aja disana, Mas ... cuma mau periksa, katanya di komplek dekat rumah ada kasus pembunuhan." Mata Suga semakin melebar, tapi bagi Umji tidak terlihat melebar.

Mata sipit seperti itu, di lebarkan terlihat aneh. Hihihi ....

"Yasudah, saya antar! Ayo!" Umji diam, masih menatap penampilan pria di hadapannya dari atas sampai bawah, hingga membuat Suga mengernyitkan dahi. "Ada yang salah?"

Umji mengangguk, seakan menyetujuinya. "Mas, kamu itu 'kan keren ya ... keliatannya, kayak orang cool gitu ... terus tsundere juga, tapi kalau pake piyama hello kitty merah muda gini, jadi ... kayak anak-anak, hehehe ...."

Mengindahkannya, Suga ikut menatap seluruh tubuhnya, mata itu melebar dan kembali menutup pintu kamarnya dengan keras. Umji hanya tertawa melihat reaksi dari pria itu.

Tidak lama, Suga kembali muncul di balik pintu. "Kamu salah ... ini merah jambu, bukan merah muda!" kemudian kembali menutup pintu kamar.

"Apa bedanya, merah jambu sama merah muda, sih?"

•••

Hal yang paling Umji tidak suka adalah ... Kenapa harus tengah malam begini dia pergi ke komplek rumahnya? Enggak penting juga padahal.

Memang ada kasus pembunuhan, tapi kalau Bunda dan si Pria itu baik-baik saja, untuk apa Umji harus kembali lagi, kesini?

Ngomong-ngomong ... Bunda sudah tahu belum, ya masalah suami barunya itu?

Mengingatnya lagi, Umji hanya bergidik ngeri seraya mendesis pelan. "Enggak lagi, deh nanti aku kesini." Suga menoleh, hanya melirik sebentar dan kembali fokus kearah jalanan.

Mereka sudah berada di daerah komplek, tinggal mencari rumah Umji saja. "Rumahmu yang mana? Saya enggak tau ...."

"Sebentar lagi, Mas ... nah itu, yang di depan! Udah berhenti di sini aja, disana enggak bisa parkir mobil." Suga mengangguk, memarkirkan mobilnya di dekat pohon rindang.

"Saya ikut temani kamu kesana aja, Dek ...." Umji menoleh kemudian mengangguk. "Mas gak mau jauh-jauh dari aku, ya?"

"Bukan gitu ... biar ada apa-apa, kamu enggak usah nangis-nangis dan repotin saya kayak waktu kemarin lusa." mendengar itu, Umji hanya memesong netra. Iya, cuma Suga aja yang tau kalau Umji itu cengeng.

Umji mendelik. "Yaudah, tapi jangan kasih tau yang lain, kalau aku itu cengeng ya, Mas? Soalnya ... harga diri aku takut direndahkan--"

"Iya ...."

"Oke sip!"

Keduanya berjalan berdampingan menuju rumah Umji, sudah seperti pengantin baru saja. Umji menelan ludah secara kasar, ketika melihat Bunda yang sudah berdiri di depan rumah dengan berkacak pinggang.

Jangan sampai kepala Umji terkena panci yang Bunda punya lagi, kapok Umji kalau harus ngerasain sakit dibagian kepala untuk kedua kalinya. "Bagus, ya kamu ... baru pulang sekarang, bawa cowok gak dikenal lagi, emang kurang ajar!"

Umji menunduk, bagaimanapun juga ... Bunda itu orang yang sudah melahirkannya, harus tetap di hormati. "Kalau orang bicara itu jangan nunduk! Enggak sopan banget ...."

Kali ini Umji mendongak, sudah ... Biarkan aja menuruti apa yang diperintahkannya. Tidak ingin memiliki masalah kepada wanita dihadapannya lagi.

"Oh, ya ... kamu siapa? Kenapa disini?" Suga menatap wanita, yang memiliki status sebagai Bunda dari teman sepekerjanya ini. "Saya, Suga ... temannya Umji, disini saya hanya mengantarkan Umji pulang, tidak lebih."

Umji menoleh, menunjukkan isyarat yang tidak dimengerti oleh pria itu. "Yasudah, kamu kembali saja sana ... Umji, masuk!"

Sekali lagi, Umji melirik sebentar kearah Suga, berharap menolongnya kembali untuk kali ini. Melihatnya, Suga kemudian menarik pergelangan tangan Umji. "Maaf, Bu ... sepertinya, lebih baik Umji tinggal dengan saya."

Bunda menoleh, melirik kearah Suga dengan tatapan sinisnya. "Apa kamu bilang? Dia anak saya ... hak kamu apa, huh?" helaan napas terdengar, pria itu kembali mendongak. "Kalau saya mau nikahin anak Ibu, bagaimana? Masih tidak ada hak juga?"

"Saya ... sudah melamar anak Ibu, dan ... Umji juga menerimanya."

.
.
.

Bersambung ....

A/n: Nikahan! Nikahan! Nikahan!

😌😂😌

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

See you!

GULA PASIR [UMGA/SUMJI] ✔️Where stories live. Discover now