Ke-9: Merasa aneh

426 78 9
                                    

Miifkin iki ying inggik mincil siti hiri ini :")

.
.
.
.

"Saya terima, nikah dan kawinnya Umji Yaisha binti Suhendra, dibayar tunai!"

"Bagaimana, saksi? Sah?"

"Sah!"

Puk

"Kamu kenapa monyong-monyong begitu, Dek?"

"Eh?"

Umji menoleh kearah samping, huh ... Yang tadi cuma mimpi ternyata, sialan emang!

"Enggak, enggak apa-apa, Mas!" Umji menunjukkan sederetan gigi-giginya, seakan wanita itu baik-baik saja. Melihat itu, Suga hanya mengangguk.

Keduanya, sekarang sedang berada di dalam mobil, menuju kembali ke rumah milik Mas idamannya Umji. Setelah berkata seperti tadi, dengan penuh paksaan, Suga menarik lengan Umji untuk pergi dari neraka sana.

Umji juga bernapas lega, setidaknya dia tidak akan terkena panci milik Bunda lagi. Seperti kemarin-kemarin. "Kalau saya boleh tau, kamu kenapa enggak pergi dari dulu saja dari rumah itu?"

Umji menoleh, menatap kearah Suga yang masih fokus untuk menyetir. Huh, Suga mengingatkan tentang memori kelamnya beberap tahun lalu.

Dia juga tidak bisa menjawab, dan tidak ingin menjawab. Tapi, bagaimana jika dia diusir dari rumah pria itu? Karena Umji hanyalah wanita yang tidak diketahui latar belakanganya. Mau tidak mau, ya ... Tetap harus di ceritakan.

"Udah banyak yang nanya aku kayak gitu, hehehe ...."

"Berarti, semua orang sudah tahu kelakuan Ibumu itu?" Umji menggelengkan kepala, bukan seperti itu ... Suga salah artian.

"Bukan, yang Mas tau dan orang lain tau itu berbeda, orang lain hanya tau, jika Bunda juga sering mabuk-mabukan. Bersama dengan si Pria tua itu, makanya ... semua tetanggaku bilang, nyuruh aku buat tinggalin mereka aja."

"Tapi, kalau Mas taunya jauh dari itu, Mas tau kalau aku seringkali dapet siksaan juga dari Bunda, termasuk kepalaku yang ditimpuk pakai panci," jelasnya seraya diiringi kekehan kecil.

Umji tidak memaksakan untuk tertawa dalan kondisi seperti ini, tapi ... Ini memang benar-benar lucu, menurutnya, Bunda itu sangat bodoh dan aneh. Orang lain jika menganiaya pasti memakai pisau atau benda tajam lainnya. Kalau ini hanya memakai panci dapur, bagaimana mencari alasan yang pas untuk lapor kepada polisi nantinya?

Suga menoleh, selama ini ... Umji memang terlihat baik-baik saja, seperti wanita yang tidak memiliki beban hidup. Padahal ... Hidupnya seperti ini, jauh lebih rumit daripada hidupnya. "Tapi, kelihatannya kamu sangat tidak keberatan diperlakukan seperti itu, ya ... bahkan tidak ingin beranjak meninggalkan rumah tersebut."

"Tadinya, kalau enggak ada si Pria itu, aku masih mau tinggal sama Bunda. Dulu, Bunda enggak kayak gitu, baik sama aku ... lembut, tapi setelah Ayah ninggalin kita, Bunda mulai mabuk-mabukan dan suka bertindak kasar. Walaupun begitu, untungnya aku udah dewasa, bisa bersikap semestinya ketika menghadapi Bunda. Bunda itu orang yang udah lahirin aku ke dunia, maka dari itu ... harusnya aku membahagiakan Bunda."

Ketika menyimak semua cerita dari wanita disampingnya, Suga hanya mengangguk. Teringat kepada Ibunya juga, yang selama ini dia benci.

Suga memang memiliki sedikit rasa bersalah, karena telah membenci anggota keluarganya, apalagi sang Ibu. "Sudah ... jangan ceritakan lagi, saya merasa risih waktu kamu tunjukkan wajah memelas itu."

Umji tersenyum, menatap Suga dengan lekat-lekat. "Tapi, Mas ... omongan kamu itu benar?" Suga mengernyit, memang tidak mengerti maksud dari wanita ini. "Nikahin aku! 'kan kita udah lamaran, iya 'kan?"

Mendengar itu kembali, Suga sedikit terbatuk, nyaris membuat Umji mengernyitkan kening. "Uh ... itu, saya ... cuma mau--"

"Gak apa-apa, pura-pura dulu aja ... nanti beneran, iya 'kan? Hehehe ...."

•••

Suga menghela napas kasar, masih mencerna seluruh kenyataan yang berada di hadapannya. Disana, lebih tepatnya ruang tamu di rumah pria itu, Umji tengah memutar lagu favoritnya dengan kencang. Nyaris membuat pria yang akan menikmati tidurnya kembali mengurungkan niat.

"Bisa dikecilin enggak suaranya, Dek? Saya mau lanjut tidur ... keganggu sama suaranya." Umji menoleh, kemudian tersenyum kecil. "Jangan tidur lagi, Mas ... tadi udah tidur 'kan sebelum ke rumah Bunda? Jadi ... tunggu aja disini sama aku, kita salat malam!"

Terlihat berpikir, tapi kemudian mengangguk menyetujui. Jarang-jarang juga Suga melakukan kegiatan salat malam. "Yaudah ...," jawabnya seraya mendekat menghampiri wanita itu.

"Oh iya, Mas ... nanti aku mau berdoa, semoga aku sama Mas bisa beneran nikah, ya!" Mendengarnya, Suga cuma mengangguk pasrah. Udah, anggukin aja dulu ... Biarin Umji senang.

Melihat respon dari pria berkulit putih pucat itu, Umji semakin bersemangat untuk salat malam. Otomatis, pria itu akan berdoa yang sama juga, kan?

"Jangan lupa, doa yang sama kayak gitu juga ya, Mas!"

"Enggak, itu enggak penting ...." Umji mengerucutkan bibir, Suga itu memang susah diajak kompromi. Berbeda dengannya, Suga tidak peduli, pria itu masih melipat tangan di dada, seraya mengangguk-angguk kecil. Mengikuti irama lagu, yang Umji nyalakan.

Umji juga pada akhirnya ikut menikmati irama lagu, keduanya tidak ada yang membuka suara, saling diam. Perlahan, Suga menoleh diam-diam kearah wanita di sampingnya.

Entah ... Pria itu merasa familier dengannya. Merasa, jika Umji sangat iras dengan adiknya yang hilang dulu.

Ah ... Mungkin hanya kebetulan saja. Diketahui kabarnya, jika adik Suga yang menghilang itu sudah ditemukan dengan kondisi tidak bernyawa.

.
.
.

Bersambung ....

A/n: Siapakah adik Suga? Dan kapan tanggal nikahan aslinya Milky couple 😂😂😂😂😂😂😂

Udah, udah ....

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

See you!

GULA PASIR [UMGA/SUMJI] ✔️Where stories live. Discover now