PINDAH

123 24 1
                                    

Setelah insiden kemarin, aku kembali mengunjungi Keyla hari ini. Kemarin setelah dokter datang dan menangani Keyla aku segera meminta suster untuk menghubungi orang tuanya. Setelah Tante Ira dan Om Krisna datang, aku menemani mereka sebentar sampai dokter selesai menangani Keyla dan pulang setelahnya.

Hari ini Tante Ira sedang berjaga, ia mengupaskan jeruk mandarin yang kemarin kubawa untuk Keyla, sementara kulihat Keyla memakannya dengan lahap. Aku datang dengan membawa seplastik buah apel dan tak lupa aku juga mengembalikan baju Keyla yang aku pinjam waktu itu. Tante Ira menjamuku hangat.

“Makasih untuk kemarin. Untung ada kamu!” kata Tante Ira sambil mempersilahkanku duduk di sofa di sampingnya. Keyla di ranjangnya memalingkan wajahnya dariku.

“Iya, Tan. Kebetulan pas banget aku lagi jengukin.”

Tante Ira mengangguk, “Sebenernya Tante udah titipin dia ke Bella kemarin sebelum pulang, tapi malah dianya nggak ada.”

Aku berusaha menyembunyikan ketidaknyamananku saat nama Bella disebut. Andai saja Tante Ira tahu kalau penyebab Keyla seperti itu kemarin adalah karena Bella, entah apa yang akan dilakukannya pada Bella sebagai seorang Ibu.

“Key, bilang makasih dong sama Taya! kamu diem aja dari tadi! Besok-besok kalo Mamah pulang kamu hati-hati dong! Untung kemarin ada Taya, kalo nggak, gimana kamu?”

Keyla melirikku malas, “Bisa tinggalin kita berdua, nggak, Ma? Aku mau ngomong berdua aja sama Taya.”

Tante Ira menaikkan alisnya, ia menatapku. Aku mengangguk dan Tante Ira keluar setelahnya.

Aku mendekat pada Keyla, duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang dan menatapnya. Aku sengaja tak mengatakan apapun, membiarkan Keyla mengambil momennya untuk bicara lebih dulu.

“Kemarin... makasih.” Katanya tanpa menatapku.

Aku menganggukkan kepala.

“Tapi, lo nggak usah pura-pura baik deh sama gue. Gue nggak akan berubah baik sama lo cuma karena lo baik sama gue.”

Aku tersenyum, kembali mengangguk.

“Gue benci banget karena gue punya hutang budi gini sama lo. Jadi nanti pasti akan gue bayar. Tapi bukan berarti gue bakal baik sama lo.” Katanya sambil melotot kepadaku.

Aku mengangguk-anggukkan kepala.

“Lo ngomong dong jangan ngangguk-ngangguk doang! Bisu emangnya?”

Aku tertawa, “Udahlah, Key, jangan pura-pura galak sama gue. Kita temenan aja.”

Keyla mendengus, “Ogah banget! Terus kemarin kalo gue nggak salah denger, Bella bilang lo tinggal di rumah Saka?!”

Aku tersenyum tak percaya, “Seriusan mau ngomongin ini?” Aku menggeleng tak percaya, “Iya. Gue emang tinggal di rumah Saka.”

Keyla melotot mendengarku mengakuinya dengan mudah, “Ngapain lo tinggal di sana? Emang lo siapanya Saka?”

“Haduh.. nggak lo, nggak Bella, kenapa si nanyanya sama. Gue disuruh Pak Wira tinggal di sana karena rumahnya mubadzir nggak ada yang ninggalin.”

“Tapi Saka tinggal di sana! Kalian tidur di rumah yang sama! Siapa yang bisa nerima fakta ini? Gue sih maklum banget kalo Bella ngehajar lo karena dia tau ini.”

Aku mengangguk, “Bener. Tapi percaya, deh, gue tinggal di sana nggak berarti gue sering ketemu Saka. Saka itu hampir nggak pernah pulang ke rumah kalo gue bisa bilang.”

“Lagian kenapa juga lo tinggal di sana?!”

“Kenapa gue harus ngasih tau lo? Emang kita temen sampe harus cerita satu sama lain?” tanyaku menggoda.

Malam&Kamu [Selesai]Where stories live. Discover now