REIHAN

179 31 0
                                    

Ini hari pertamaku masuk kuliah dan aku benar-benar tak bisa tidur semalaman karena kejadian di Gala Night. Semalam saat melihat Saka di sana, mendadak aku merasa sangat aman—entah dari apa. Saka meminta cowok yang terus mengikutiku itu untuk berhenti memaksa dan bilang kalau dia yang akan mengurusku. Cowok itu menatap bingung pada Saka, tapi saat melihatku berjalan ke samping Saka ia langsung pergi. Sebenarnya, aku tak sepenuhnya berharap pada Saka, aku hanya ingin cowok itu cepat-cepat pergi, tapi ternyata Saka lebih baik dari dugaanku. Ia memintaku menunggu di halte dan memanggilkan taksi untukku, bahkan ia yang membayar taksinya.

Aku menebak-nebak sedang apa cowok itu di kampus dan kenapa ia tak pulang sampai pagi ini. Aku bukannya ingin bertemu Saka, malah kalau bisa aku ingin menghindar karena rasanya canggung setelah semalam ia menolongku dari cowok entah siapa yang terus membuntutiku. Saat asyik berpikir tahu-tahu saja jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Aku memaksakan diri untuk tidur setelahnya dan malah berakhir dengan bangun kesiangan.

Kelasku ada di lantai tiga, setelah tadi saat terjebak macet di bis aku membuka pdf lembar jadwalku untuk mengecek ruangan mana yang akan menjadi tempatku belajar untuk pertama kalinya. Sampai di gedung jurusanku, kerumunan orang di depan lift membuatku urung menaikinya dan akhirnya memilih menaiki tangga. Rasa gugup membuatku tak memperhatikan langka saat menaiki tangga dan malah tersandung hingga terjatuh ke depan. Aku mengaduh, mengusap tulang keringku yang terantuk tepian tangga. Sakit sekali.

"Nggak apa-apa?"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Cowok yang sama dengan semalam menatapku khawatir dari samping bahuku. Mungkinkah cowok ini melihatku terjatuh tadi? Mendadak aku merasa malu bukan main karena orang lain melihatku tersandung.

"Gak-papa.. gak-papa.." jawabku cepat.

"Kenapa buru-buru banget?" tanya cowok itu seraya melangkah menaiki tangga.

Aku menyejajari langkahnya, "Telat. Tadi jalan macet banget."

Cowok itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan gumam 'hmm' panjang, "Kelasnya di lantai berapa?"

"Lantai 3."

"Oh," ia terlihat ragu sesaat, "Maaf semalem gue maksa."

"Oh, gue juga minta maaf. Gue lagi nggak enak badan jadi bawaannya emosi." Kataku merasa tak enak. Sikapku semalam memang sangat buruk.

"Sekarang udah sehat?"

Aku mengangguk.

"Oke, kalo gitu gue duluan." Katanya dengan senyum lega.

"Oh iya." aku mengangkat tangan.

Sesampainya di kelas, dosen ternyata sudah datang dan sedang menerangkan materi. Aku masuk lewat pintu belakang dengan berjingkat lalu duduk di samping Risa yang sejak tadi sudah ribut bertanya di mana aku berada dan kenapa bisa terlambat di hari pertama

"Dari mana aja lo?" tanyanya.

"Macet," jawabku sekenanya.

"Gue juga tadi telat 5 menit. Tapi tenang sih.. soalnya dosen yang ini nggak peduli kalo kita telat. Katanya kalo kita jarang masuk juga nggak apa-apa, asal waktu UAS nilainya bagus aja." Risa cengengesan.

Aku juga ikut cengengesan, "Kalo kita bisa dapet nilai bagus.. kalo nggak? Udah jarang masuk, nilai jelek, bisa-bisa ngulang matkul dia semester depan. Gue sih kayaknya mau rajin masuk aja.."

***

Risa sedang bercerita dengan semangat. Ia juga memperlihatkan foto orang yang sedang ia bicarakan di ponselnya. Cewek itu agaknya naksir berat dengan cowok yang ada di foto. Sementara Risa bercerita, aku memperhatikan foto cowok yang ternyata adalah cowok yang sama dengan yang kutemui di Gala Night dan pagi tadi di tangga.

"Namanya Reihan." Ujar Risa, "Semester 5. Dua tahun lebih tua."

"Lo tau dari mana ini cowok? Kan dia kakak tingkat."

Risa menatapku malas, "Dia itu terkenal banget di jurusan kita. Dari ospek juga kan udah banyak tuh fans-nya. Masa lo nggak tau, sih?"

"Artis kali, ah.." aku memperhatikan fotonya lamat-lamat. Aku baru sadar kalau cowok itu memang ganteng. Kenapa aku tidak sadar sama sekali?

"Betewe tadi pagi waktu telat, gue ketemu dia di tangga."

Mata Risa membulat, "LUCKY! Ah, tau gitu gue pengen telat bareng lo deh.."

"Kemarin juga waktu kita kepisah di Gala Night."

"Demi??? Ah menang banyak lo! Tau gitu gue nggak lepasin tangan lo."

Aku menceritakan kejadian malam itu. Bagaimana Reihan mengikutiku hingga ngotot mengantarku pulang, lalu terakhir bagian di mana Saka 'menyelamatkanku'.

"Gue ya kalo jadi lo mau banget dianter Kak Rei."

Aku memutar bola mataku, "Gue kan nggak tau kalo dia kakak tingkat kita, gue kira dia cowok aneh tukang nguntit."

"Makanya, Non, gaul dikit dong! Lo tau gak sih kalo pas ospek kemarin tuh dia jadi inceran banyak banget anak cewek. Termasuk gue."

"Gue dengar sih anak-anak pada ngomongin Kak Rei-Kak Rei tapi gue nggak tau orangnya yang mana."

Risa mengibaskan tangannya, "Yang penting sekarang lo tau. Eh.. kalo gitu ikut gue yuk.."

"Ke mana?"

"Nonton pertandingan basket. Anak-anak jurusan kita mau tanding sama anak-anak bisnis. Nanti hari minggu. Yuk temenin gue nonton.... mau ya? Mau ya? Kak Rei main soalnya."

Aku menatap malas pada Risa, "Ada udang di balik batu rupanya." []

Malam&Kamu [Selesai]Where stories live. Discover now