HIMJUR

162 27 0
                                    

Reihan dan beberapa kakak tingkat lainnya masuk ke dalam kelasku saat jam kosong setelah mata kuliah terakhir sore itu. Reihan terlihat memegang setumpuk kertas di pelukannya. Salah seorang senior perempuan maju ke tengah ruangan.

“Maaf ya.. boleh minta waktunya sebentar, kan? Kuliahnya udahan atau masih ada lagi?”

Koor jawaban ‘nggak’ terdengar menggema di seluruh kelas.

“Oke.. ini kita mau sosialisasi HimJur. Ada yang tau apa itu HimJur?” seorang cewek di depan menjawab, “Yapp.. Himpunan Jurusan. Nah.. ini tuh organisasi buat anak-anak jurusan kita, di mana kita bisa secara aktif menyalurkan aspirasi dan kreatifitas kita selama kuliah untuk lebih memajukan jurusan kita. Nah, ini ada Reihan, selaku presiden HimJur kita yang baru, mungkin udah pada kenal kali, ya? Dia kan terkenal..” kakak itu tertawa, melirik Reihan di tempatnya yang hanya tersenyum gerah.

“Sekarang kita lagi buka perekrutan anggota untuk temen-temen yang mau gabung..” lanjut Reihan yang kini bersandar di meja dosen, “Kalo ada yang tanya buat apa, ini tuh bermanfaat banget buat temen-temen yang mau belajar bagaimana berorganisasi. Jangan takut nanti bakal dituntut untuk terus kerja, kerja dan kerja. Nggak kok.. kita santai, tapi tetap terorganisir. Kalo yang namanya capek ya wajar, namanya juga kita berusaha untuk kesejahteraan jurusan kita tercinta.”

“Tul!!!” sahut senior yang lain kompak.

“Kita nggak kaku, kok.. nggak gigit juga.. sama kita mah santai tapi tetep serius. Bercanda boleh, asal ujungnya beres.. liat aja sih kita-kita nih.. nggak ada kan yang kayaknya terlalu serius?”

“Selow.. selow..” cewek yang bicara pertama kali mengibaskan tangannya.

“Nah.. hari ini kita bagiin form keanggotaannya. Diisi, terus serahin lagi ke kita selasa minggu depan tanggal 13 bagi yang berminat gabung.”

“Oh ya..” Senior yang lain menyela, “Di HimJur ada banyak departemen dan di dalam departemen itu nanti dibagi lagi jadi beberapa divisi. Itu di form halaman akhir ada pilihan kalian maunya divisi apa, kalo yang belum tau departemen-departemen itu tugasnya apa aja, nanti bisa ditanyain sama kakak-kakaknya, ya.. PC aja, ini CP-nya.” Ia menunjuk papan tulis yang menampakkan dua baris angka. “Bisa tanya Kak Rei.. udah tau kan yang mana orangnya? Atau bisa tanya ke Kak Ila.. tuh orangnya yang tinggi cantik di pojok.” Seorang cewek melambai ramah dari pojok depan kelas.

Reihan kemudian membagi dua tumpukan form di tangannya, memberikan masing-masing tumpuk pada masing-masing sisi barisan tempat duduk di sisi kiri dan kanannya.

“Oper ya!”

Form itu dioper satu persatu dari satu orang ke orang yang lain. Aku berada di barisan ketiga mengambil satu form dan mengoper sisanya yang lain ke belakang. Aku membuka lembar demi lembar form di tanganku, membacanya sekilas dan menyimpannya di atas meja. Aku kembali melihat ke arah depan di mana kakak-kakak tingkat di depan sibuk menjawab beberapa pertanyaan dari teman sekelas yang lain. Aku kemudian melihat ke arah Reihan yang ternyata juga sedang melihat ke arahku, cowok itu tersenyum, bicara tanpa suara padaku agar aku mengisi form-nya dan bergabung dengan HimJur.

Aku ragu membalas senyumnya, mengangguk sekilas dan mengalihkan perhatianku kembali pada form di depanku. Entah kenapa aku malah berharap kalau Reihan tak mengenalku sama sekali. Lagipula, darimana dia tahu namaku bahkan sejak setelah ospek? Kami memang memakai nametag selama ospek, tapi mana mungkin dia mengingat nama tiap mahasiswa baru yang jumlahnya ribuan.

Malam&Kamu [Selesai]Where stories live. Discover now