BASKET

175 28 2
                                    

Minggu ini GOR kampus amat ramai. Banyak sekali mahasiswa entah dari jurusan apa saja datang untuk melihat pertandingan yang sebenarnya tak resmi ini. Ini cuma pertandingan persahabatan antara satu jurusan dan jurusan lainnya. Kalau saja aku tak datang pagi, dan kalau saja Risa tak datang lebih pagi lagi, mungkin saat ini kami akan menonton pertandingan dari tribun teratas.

"Gue kesini jam 8. Dua jam sebelum pertandingan." Kata Risa saat aku duduk di kursi yang sudah ia jaga sejak tadi.

"Niat amat. Yang main senior semua, ya?"

"Nggak, sih.. ada anak semester satu tadi gue liat."

"Mulai jam berapa, sih?"

"Lima belas menit lagi.. Supporter anak bisnis kenapa isinya anak cewek semua gitu?"

Aku melihat tribun di seberang yang memang mayoritas diisi kaum hawa. Sejak kapan basket jadi begitu populer di kalangan perempuan? Kecuali mereka hanya ingin melihat pemainnya, Taya yakin mereka tak sepenuhnya menyukai olahraga basket itu sendiri.

"Pemain dari anak bisnis isinya cogan kali, Ris. Coba aja nanti liat."

Risa mendadak bersemangat. Apalagi saat pertandingan basket akan di mulai dan pemain dari kedua pihak memasuki lapangan. Risa memekik saat Reihan terlihat, aku hanya bisa tersenyum jengah di sampingnya.

"Ih, itu anak bisnis cakep-cakep!" pekik Risa tiba-tiba. Ia menunjuk ke arah tengah lapangan-ke arah yang sama di mana sejak tadi mataku terpaku.

"Saka." Gumamku tak menyangka akan bertemu lagi dengannya di kampus.

"Lo ada yang kenal?" tanya Risa.

Aku menggeleng cepat-cepat, merasa sepertinya akan jadi hal heboh kalau kubilang aku mengenal Saka. Aku tak ingin dibombardir pertanyaan oleh Risa di saat aku ingin menikmati pertandingan basket yang sebenarnya aku sendiri tak terlalu memahaminya.

Pertandingan dimulai saat wasit melempar bola di tengah lapangan tinggi-tinggi. Pemain dari masing-masing tim melompat hampir bersamaan untuk mendapatkan bolanya, dan pemain dari jurusan bisnis adalah Saka. Cowok itu dengan mudah mendapatkan bolanya karena posturnya yang tinggi. Risa memekik di sampingku, kegirangan karena hal itu, padahal seharusnya ia mendukung jurusannya sendiri, jadi kenapa ia amat senang melihat pemain lawan mendapatkan bola?

Pertandingan berjalan sengit. Sementara Risa menjerit di sampingku, aku berusaha fokus menikmati pertandingan. Belakangan aku ragu apakah ini benar-benar pertandingan basket atau pertunjukan boyband, karena sejak tadi pekikkan melengking tak pernah berhenti. Apalagi dari tribun bisnis yang 60% dihuni kaum perempuan.

Bola besar sportivitas bergulir dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya, dibawa dan dioper oleh para pemain. Berkali-kali bola dilempar menuju ring dari jarak dekat maupun jauh dan berkali-kali pula lolos ke dalam lubang berjaring itu.

Pertandingan selesai setelah kuarter ke-4 habis. Pemenangnya adalah jurusan bisnis dengan skor yang hanya berbeda 1 angka. Semua pemain sekarang saling bersalaman dengan sportif. Saat Reihan menyalami Saka, Risa memekik girang, ia sibuk berteriak, 'dua cogan saling bertemu'.

"Udah yuk balik," ajakku.

Risa menatapku memohon, "Nanti dulu, yaaaaa?"

Aku mengernyit, "Mau ngapain lagi, sih? Tandingnya 'kan udah selesai. Yang lain juga udah pada bubar."

"Tapi pemainnya belum pada bubar Taya sayang.. gue masih pengen liat Reihan sama cowok jangkung jurusan bisnis itu."

Aku menatap Risa malas, "Ngapain coba ngeliatin mereka? Nggak bakal dapet apa-apa juga. Mending sekalian samperin sana, baru ada hasil.."

Malam&Kamu [Selesai]Where stories live. Discover now