SERANGAN

117 26 0
                                    

Bella dengan cepat menemukan kesadarannya. Ia berjalan menghampiriku dan dengan satu gerakan cepat menarik pergelangan tanganku hingga wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Ia menatapku dengan mata yang membara, seakan melihatku ada di sini menghidupkan api di dalam sana. Bella yang kini ada di hadapanku benar-benar berbeda dengan Bella yang selama ini kukenal. Cewek baik hati, ceria dan lembut itu pergi entah ke mana. Walau aku tak mengenal Bella dengan baik, tapi aku tetap bisa melihat perbedaan besar terjadi padanya.

"Lo kenapa ada di sini?" desisnya, bibirnya bergetar saat mengajukan pertanyaan penuh penekanan ini.

"Bell, plis, tangan gue." Aku meringis, berusaha melepaskan cengkramannya di pergelangan tanganku. Kukunya yang panjang menusuk kulitku cukup dalam.

"Lo selama ini gue baikin malah ngelunjak, ya." Ia mengeratkan pegangannya.

Aku mengerang, "Bell, plis, plis, ngomong baik-baik, oke?" kataku memohon.

Bella mendecih, hembusan nafasnya yang memburu menyapu wajahku, di bawah bulu matanya yang lentik bermaskara, matanya menatapku marah, "Selama ini gue sengaja nggak nyentuh lo seujung rambut pun, harusnya lo tau diri. Gue udah baik sama lo selama ini, dan gini cara lo terima kasih?"

Aku menarik lenganku sekuat tenaga, tapi itu malah membuat cengkraman Bella di lenganku makin mengencang. Aku bisa melihat kuku Bella menancap di sana.

"Lo jauhin Saka atau gue nggak akan segan-segan ngelakuin sesuatu sama lo!"

Aku menggigit bibir, "Lo salah paham! Gue nggak pernah deketin Saka!"

"Lo pikir gue bakal percaya, hm?" Bella bertanya dengan suara semanis madu, "Lo tuh ternyata lebih licik dari yang gue kira, ya. Lo bahkan berani bilang kalo lo nggak deketin Saka setelah gue nge-gap lo di rumah ini!" Bella menyentak lenganku, menarikku lebih kuat lagi.

"Lo kalo nggak tau apa-apa nggak usah nyimpulin seenaknya, deh!" Kataku penuh penekanan, berusaha menahan sakit di pergelangan tanganku. Aku tak bisa berdiam diri diperlakukan seperti ini oleh Bella, setidaknya aku harus melawan sebisaku.

Bella mengeluarkan senyum sinisnya, "Kalo gue liat lo lagi disekitaran Sa-"

"Bell!"

Bella tersentak mendengar namanya dipanggil oleh suara yang aku maupun dia mudah sekali mengenalinya. Bella melepas pergelangan tanganku kasar, rupanya ia tak mau repot-repot menyembunyikan keburukannya di depan Saka. Ia berbalik dan menatap Saka dengan angkuh.

Aku melihat ke arah Saka yang kini berdiri tak jauh dari kami. Maniknya menatap Bella sedingin sembilu. Aku bergidik melihat tatapan Saka. Tak pernah kulihat cowok itu semarah ini. Aku tak berani bersuara dan Saka juga sama sekali tak melirikku.

"Ngapain ini cewek ada di sini?" tanya Bella sengit.

"Besok kita omongin lagi, sekarang udah malem, ini kunci mobil gue yang mau lo pinjem." Saka mendekat, ia sama sekali tak melirikku.

Bella mendengus, "Lo pikir setelah ngeliat ini cewek ada di sini, gue mau nunggu sampe besok untuk dengar penjelasan? Kasih tau sekarang juga, kenapa dia ada di.si.ni!"

"Bukan urusan lo kenapa Taya ada di sini." Saka berkata dengan nada yang tak bisa diganggu gugat.

Bella mendekat, "Ya urusan gue lah! Lo tunangan gue dan apa yang cewek ini lakuin di rumah tunangan gue?!"

Saka mengangkat alisnya, "Lo jangan bikin gue ketawa. Sekarang juga lo keluar dari sini."

Bella mendengus, menyilangkan lengannya di depan dada, "Suka atau nggak suka, lo udah setuju untuk tunangan sama gue. Mau lo ada rasa atau nggak sama gue, gue tetep tunangan lo yang sah."

Malam&Kamu [Selesai]Where stories live. Discover now